KELUH KESAH MENGOTORI JIWA
“ Sesungguhnya
manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat
kebaikan ia amat
kikir, kecuali
orang orang
yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap
mengerjakan shalatnya, dan orang orang yang dalam
hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin)
yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa apa (yang tidak mau
meminta), dan
orang orang
yang mempercayai hari pembalasan “. ( Q.S. Al Ma’arij 19-26 )
Sudah
menjadi tabiat manusia bahwa maunya hidup dalam keadaan enak terus, senang terus,
sehat terus, kaya terus, tanpa mau ada resiko yang menghadangnya, begini memang
tabiat manusia mau enaknya saja.
Maka
firman diatas dengan tepatnya mengungkap tabiat manusia yang sangat lemah
sikapnya, suka berkeluh kesah dan bakhil.
BERNASIB JELEK KELUH KESAH
Bayangkan
ketika cuaca panas menyengat, mereka sama sambat : “ Betapa panas cuacanya,
alangkah nyamannya bila hujan “.
Namun
apa yang terjadi bila benar benar turun hujan, justru mereka tidak bersyukur
bahkan berkeluh kesah lagi sambil berkata dengan kesalnya : “ Hujan teruuus, jemuran
tidak kering kering, jalanan pada banjir, susah deh bila hujan tidak berhenti
“. Aneh kan sikapnya ?.
Apalagi
bila tertimpa sakit, keluh kesahnya makin seeruuu : “ Sakit flu ndak sembuh
sembuh, hidung terasa buntu, kepala terusan ngilu, o alaaah nasibmu ! “. Namun
ketika sembuh, tahu ?, apakah dia merasa sehat, merasa sembuh, oooh tidak !, justru
seolah cuek dengan kesehatan yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Pengasih
dan Penyayang. Itulah tabiat manusia.
BILA ENAK BAKHIL
Karena
Kemurahan dan Kasih Sayang Nya, manusia selalu diberi segalanya, dijaga Nya,
diurusnya terus menerus, bahkan tanpa kantuk dan tidur.
“ Allah
tidak ada Tuhan ( yang berhak disembah ) melainkan Dia yang
hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk Nya), tidak mengantuk dan
tidak tidur. Kepunyaan Nya apa yang di langit dan di
bumi....”.
( Q.S. Al Baqarah 255 )
Betapa sibuk
Nya Allah mengurus makhluk Nya, namun akankah manusia sadar dan pandai
bersyukur kepada Nya ?. Justru yang
terjadi sebaliknya, ketika nasib baik berfihak kepadanya, melupakan karunia
Nya. Tahu ketika mendapat untung, mendapat rizki justru banyak yang lupa sedekah, yang diingat
hanya ketika rugi saja, dengan umpatan luar biasa. Itulah tabiat manusia.
TEKUN SHOLAT
Guna
mengatasi tabiat yang lemah, suka resah dan sambat yang membahayakan kesehatan
jiwa, terapinya hanya kembali kepada jiwa itu sendiri, resepnya dari Sang
Pencipta jiwa itu sendiri, yakni dengan melaksanakan sholat secara kontinue (
dawam ).
Mengapa
sholat ?, bukankah banyak yang melaksanakan sholat tetapi masih sering sambat
dan resah ?, bahkan rakus, ketidak jujuran masih melekat dan menghiasi
prilakunya, khianat tetap saja menjadi bawaannya, apalagi menipu, curang bahkan
korupsi jadi langganannya, mengapa ?.
TIMPANG
Disini
jelas bahwa walau ibadah sholatnya tekun dilakukannya, namun hanya sebatas olah
tubuh belaka, hanya sebatas menggugurkan kewajiban saja, jiwanya tidak diikutkan sertakan.
Memang
sudah baik di satu sisi, namun di sisi lain ada ketimpangannya, sehingga jadi
tidak balance, kurang seimbang. Dengan demikian ibadah sholatnya tidak membekas
pada prilakunya, padahal seharusnya dengan melaksanakan sholat bisa tercegah
dari perbuatan keji dan munkar.
“ Sesungguhnya shalat itu mencegah dari ( perbuatan
perbuatan ) keji dan mungkar.. .....”. (
Q.S. Al Angkabut 45 ). Begini akibat bila sholat tidak dilaksanakan secara utuh,
sehingga sampai ada yang mengejek dengan tajamnya saking kesalnya : “ Percuma
jungkal jungkel ( sholat ) tapi pancet ae kelakuane ! ( percuma jungkal balik namun tetap saja
prilakunya ) “.
Beda
dengan yang menyertakan jiwanya, karena meresapi maknanya, sehingga prilakunya terkontrol
karena membekasnya makna bacaan.
YANG MENGUASAI HARI PEMBALASAN
Bukankan dalam tiap rekaat sholat diwajibkan
membaca surat Al Fatihah, mengapa ?, disini rahasianya, karena terdapat kalimat
: “ Maaliki yaumiddiin ( yang menguasai hari pembalasan ) “, dimana kelak pada
hari qiamat semua jin dan manusia pada diadili di mahkamah luar biasa yang adil
dan telitinya, apalagi Allah sebagai
Penguasanya.
Tidak ada yang bisa mengelak dari perbuatannya, anggauta tubuhpun
ikut bicara sebagai saksi perbuatannya, bahkan Malaikat Raqib dan Atid sebagai
pencatat data prilakunya pada melaporkan yang telah dicatatnya secara akurat.
Sehingga
yang khusyu’ dalam sholatnya jelas kalimat tersebut akan membekas dalam
kesehariannya, sehingga takkan sembrono dalam prilakunya, bahkan bekas tanda
sujud nampak diwajahnya, nampak jernih, bening, cerah, murah cenyum, suka
menyapa alias ramah tamah tampilannya, sejuk memang bagi yang melihatnya. Sifat
dzalim pantangannya, karena selalu terbayang mahkamah luar biasa, Maaliki
yaumiddiin, yang selalu dibaca minimal 17 kali dalam kesehariannya.
HANYA KEPADAMU KAMI MENGHAMBA
Bukankah pada ayat ke 4 terdapat kalimat : “ Iyyaaka na’budu wa iyyaaka
nasta’in ( hanya kepada Mu kami beribadah / menghamba dan hanya kepada Mu kami
meminta tolong ) “.
Dari pernyataan ini bisa diambil hikmah, bahwa hidup hanya untuk mengabdi kepada Nya,
dengan demikian akan malu bila berlaku curang, malu bila khianat, malu ila dusta apalagi menipu, malu bila
mencuri apalagi korupsi uang negara yang merupakan milik rakyat juga.
HARTANYA ADA BAGIAN TERTENTU
Bukankah
dalam sholat berjama’ah diharuskan merapatkan shof, merapatkan barisan, artinya
usai sholatpun kebersamaan harus tetap diujudkan, keperdulian harus diamalkan,
termasuk sikap perduli kepada fakir dan miskin, ini bukti ujud sebagai hamba
yang konsekwen melaksanakan sholat. Sehingga hablumminallah dan hablumminannas
berjalan seimbang. Indah memang.
PERCAYA KEPADA
HARI PEMBALASAN
Walau dalam sholat sudah
terangkum kalimat Yang Menguasai hari Pembalasan, namun pada firman tersebut
diatas Allah masih menyertakan kembali kalimat : “ Waalladziina yushoddiiquuna
biyaumiddiin ( orang orang
yang mempercayai hari pembalasan ), ini
menujukkan betapa pentingnya mengontrol prilaku, sehingga tidak merugikan orang
lain yang menyebabkan resiko diterimanya adzab di akherat kelak yang sangat
sangat berat akibatnya.
Bila resep sudah dilaksanakan, artinya
melaksanakan sholat secara kontinue, tidak bakhil alias suka bersedekah kepada
kaum dhu’afa dan tetap mengingat adanya hari qiamat, Insyaa Allah jiwa tidak
mudah resah tak mudah berkeluh kesah.
KISAH TAULADAN
ENAK MISKIN SAJA AGAR TEKUN IBADAH
Di zaman
Nabi s.a.w. hiduplah seorang sahabat yang tekun beribadah, Sa’labah nama panggilannya,
hidup sangat miskin dalam kesehariannya, sholat berjama’ah tak pernah
ditinggalkannya.
Usai
melaksanakan sholat berjama’ah pasti pulang dengan segera, keadaan ini
terpantau para sahabat yang berada dibelakangnya.
Melihat kebiasaan ini sahabat
jadi penasaran dan melaporkan kepada Nabi s.a.w. dengan harapan agar
memanggilnya, guna mendudukkan persoalannya. Agar tidak terjadi menambah dosa
akibat membicarakan aibnya.
Suatu
saat dipanggilnya Sa’labah oleh baginda Nabi s.a.w. sambil bertanya : “ Wahai
Sa’labah mengapa engkau segera bergegas pulang setiap usai melaksanakan sholat
wahai sahabatku ? “.
Jawab Sa’labah sambil menundukkan wajahnya : “ Ya
Rasulullah, bukannya aku segera pulang karena tak mau berdzikir kepada Allah,
namun aku kasihan istriku “. “ Mengapa ? “, tanya Rasulullah s.a.w.
“ Karena
aku hanya mempunyai selembar pakaian yang saya pakai ini untuk sholat, sehingga
ketika istriku melaksanakan sholat dengan terpaksa bergantian memakainya,
makanya saya segera pulang agar istriku bisa melaksanakan sholat tepat waktu sebagaimana yang engkau fatwakan “.
Rupanya
kemiskinan ini membuat istrinya usul agar Sa’labah minta dido’akan Nabi supaya
kehidupannya agak sedikit meningkat. Atas usul istrinya Sa’ labah menemui Nabi
s.a.w. minta dido’akan. Nabi s.a.w. bersabda : “ Sa’labah engkau enak dalam
keadaan miskin saja agar bisa tetap tekun ibadah “.
Namun rupanya dalam
keseharian Sa’labah tidak betah, sehingga terus mendesak Nabi agar tetap mendo’akannya.
Akhirnya Nabi s.a.w. mendo’akan dan memberinya sepasang domba, berkat do’a Nabi
kambing berkembang pesat, sehingga Sa’labah terpaksa menggembalakannya keluar
kota Madinah, yang menyebabkan sudah tidak nongol lagi sholat berjama’ah.
Akhirnya
tibalah saat menunaikan zakat, namun ketika ditagih para sahabat utusan Nabi,
Sa’labah rupanya enggan menunaikan, sehingga Nabi melaknatnya. Akhirnya jumlah kambing
makin hari kian menyusut, bahkan Sa’labah meninggal mengenaskan di zaman
kholifah Usman r.a.
Begini akibatnya bila lupa sholat,
lupa sedekah bahkan melupakan kebangkitan di hari kemudian. Na’udzu billaahi
min dzaalik.