NIKMATNYA BAROKAH
“ Jika
sekiranya
penduduk negeri negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka barokah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan ( ayat ayat
Kami )
itu, maka
Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya “.
( Q.S.
Al A’raaf 96 )
Betapa
nikmatnya hidup bila tahu arah dan tujuan, karena akan membuat bahagia, nikmat dan tenang, disebabkan curahan
barokah dari Yang Maha Rahman.
Bukankah banyak
yang terkesima pada harta benda yang menarik dan menggiurkan ?, membuat orang
pada lupa daratan. Sehingga tak tahu mana yang halal dan haram, yang penting
menghasilkan uang. Padahal tak menjamin hati terpuaskan, karena ketidak barokahan.
BAROKAH
Barokah artinya kebaikan yang
lebih dari sisi Allah, barokah diberikan karena aktifitasnya
berdasar iman dan taqwa, sehingga apapun yang dilakukan tidak lepas dari landasan
iman dan taqwa.
Dengan
demikian sikap dan aktifitasnya selalu berjalan dalam ridlo Allah, dalam
lindungan Allah, sehingga barokah akan dicurahkan dari langit dan bumi. Dari
langit hujan yang bermanfaat bukan banjir yang menyusahkan. Dari bumi hasil
yang bermanfaat, bukan semburan lumpur yang membawa bencana dan gempa yang
menakutkan dan membuat sengsara.
PESONA
HARTA
Karena
kuatnya pesona harta benda, membuat orang tua jadi ikut muda, seolah lupa
fisiknya yang lemah, itulah pesona dunia. Sehingga Nabi s.a.w. menjelaskan :
WALAU
TUA BERJIWA MUDA
Dari Abu Hurairah r.a. katanya : “ Nabi s.a.w. bersabda : “ Hati seorang
tua tetap muda dalam hal mencintai dua perkara, yaitu mencintai hidup dan harta
benda “. (
H.R. Muslim )
Dari Anas r.a. katanya :” Rasulullah s.a.w. bersabda : “
Setiap manusia pasti akan menjadi tua, namun jiwanya tetap muda mengenai dua
perkara, yaitu tamak akan harta benda, dan selalu ingin panjang umur “. ( H.R. Muslim )
TAMAK
Karena demikian menariknya
harta, sampai manusia pada rakus memilikinya, sehingga Rasulullah s.a.w.
menjelaskan secara extrim.
Dari Anas bin Malik r.a. dari Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Andaikata anak
Adam itu memiliki emas satu lembah, niscaya dia ingin memiliki satu lembah
lagi, tidak ada yang dapat mengisi penuh mulut ( hawa nafsu ) nya melainkan
tanah ( kematian ). Dan Allah menerima taubat siapa yang bertaubat kepada Nya
“. ( H.R. Muslim )
Kiranya
tak berlebihan penjelasan Nabi s.a.w. tersebut, karena dalam kenyataannya
memang demikian, sehingga sampai ada yang memiliki perusahaan sampai ratusan.
HAKEKAT
KAYA
Pada umumnya pengertian kaya
hanya terpaku pada jumlahnya harta, padahal orang yang berharta saja masih
belum merasa kaya. Ukuran kaya bukan pada jumlah harta, tetapi hakekat kaya
justru terletak pada hati atau jiwa yang
merasakannya.
Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Yang disebut
kaya bukanlah kaya harta benda, tetapi yang dikatakan kaya adalah kaya hati “. ( H.R.
Muslim )
Kaya hati
maknanya merasa cukup dan pandai bersyukur kepada Yang Maha Memberi karunia, merasa puas dan
lega terhadap nikmat yang diterimanya.
HARTA
HALAL DAN BAROKAH
Karena pesona dunia Nabi
s.a.w. menjelaskan kehawatirannya terhadap umatnya dalam menyikapi urusan dunia,
dalam hadits yang cukup panjang beliau berdialog dengan salah seorang
sahabatnya :
Dari Abu Sa’id al Khudri r.a. katanya : “ Rasulullah s.a.w. bersabda,
kemudian berpidato kepada orang banyak : “ Demi Allah tidak ada yang aku
hawatirkan terhadap anda sekalian melainkan harta benda yang telah dikaruniakan
Allah kepadamu sebagai perhiasan dunia “. Kemudian seorang laki laki bertanya :
“ Ya Rasulullah adakah mungkin sesuatu yang baik mendatangkan bencana ? ”.
Mendengar pertanyaan itu Rasulullah s.a.w. diam sejenak, kemudian beliau balik
bertanya : “ Apa yang anda tanyakan ? ”. Orang tersebut mengulangi
pertanyaannya : “ Adakah mungkin sesuatu yang baik mendatangkan bencana ? “.
Jawab Rasulullah s.a.w. : “ Sesungguhnya sesuatu yang baik itu memang
mendatangkan kebaikan, tetapi apa yang kelihatan baik belum tentu selamanya
baik. Rumput yang tumbuh di musim hujan, kadang kadang dapat membunuh binatang
ternak atau membinasakannya. Melainkan bagi yang memakannya hanya sampai
kenyang, sesudah itu dia berhenti kemudian menghadap ke matahari, buang air
atau kencing, sesudah itu baru dia makan kembali. Siapa yang mem peroleh harta
dengan jalan halal, dia akan mendapat barokah dengan harta itu. Tetapi siapa
yang memperolehnya dengan jalan yang tak halal, maka contohnya seperti orang
makan yang tak pernah kenyang “. ( H.R. Muslim )
Dengan
demikian jelas menurut paparan
beliau, bahwa yang mencari rizki dengan jalan halal akan memperoleh barokah,
yang mencari dengan jalan sebaliknya seperti orang makan yang tak pernah
kenyang, artinya tidak barokah !.
PENJUAL
DAN PEMBELI JUJUR
Rasulullah s.a.w.
menceritakan kisah mulia antara penjual dan pembeli tanah, yang sangat berhati
hati ( taqwa ) dalam melaksanakan transaksinya, karena dilandasi keimanannya, sikap
curang dijauhinya. Sehingga barokah tercurah pada keduanya.
Dari abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Seorang laki
laki membeli sebidang tanah dari orang lain, si pembeli mendapati sebuah
tempayan berisi emas dalam tanah itu, kemudian dikatakannya kepada penjual : “
Hai fulan ambillah emasmu ! “, jawab si penjual : ” Aku telah menjual tanah itu
kepadamu beserta segala isinya ! “. Kemudian mereka pergi kepada seorang hakim
minta keadilan. Hakim berkata : “ Adakah anda berdua mempunyai anak ? ”, jawab
salah seorang : “ Ada aku punya anak laki laki “, yang lain berkata : “ Ada aku
punya anak perempuan “. Kata hakim : “ Kawinkan kedua anak kalian itu, dan
belanjakan harta itu untuk keperluanmu berdua, dan sedekahkan sebagiannya ! “. ( H.R. Muslim )
BAROKAH
BERKAT JUJUR
Iman yang mantap membuahkan
sikap taqwa, sikap taqwa membuahkan
kejujuran dan keadilan. Dengan sikap jujur akan mendatangkan barokah, karena
dalam kejujuran pasti akan mencari sesuatu dengan cara yang halal, bukan
sebaliknya !.
Betapa
mulianya pembeli yang menemukan tempayan berisi emas, dia merasa bukan haknya,
karena hanya membeli sebidang tanah, sehingga mengembalikan emas kepada pemilik
tanah.
Demikian pula si penjual tanah, tidak mau menerima karena merasa menjual beserta isinya. Si hakimpun
dengan jujur memutuskan pula dengan bijaksana, agar keduanya menjodohkan putra
putrinya. Harta berupa tempayan penuh emas untuk mereka berdua, dan sebagian
disedekahkan, cukup adilkan ?.
BERKAT
IMAN DAN TAKWA
Begitu mulia
nilai kejujuran dan keadilan, buah keimanan dan ketakwaan sehingga masalah
rumit bisa terselesaikan, dengan penuh kebarokahan, karena Allah memang telah
menjanjikan :
“ .......Barangsiapa bertakwa
kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki
dari arah yang tiada disangkasangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada
Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya ...”. ( Q.S. At
Thalaq 2-3 ).
Bandingkan dengan negeri kita, walau hasil bumi melimpah ruah, segalanya ada,
namun tidak barokah, sehingga memutuskan perkara saja rumitnya luar biasa !!!.
KISAH
TAULADAN
GURU YANG PIAWAI
GURU YANG PIAWAI
Suatu hari seorang guru yang
sufi sedang memberikan kuliah pada para muridnya, dengan penuh semangat berdiri
didepan murid muridnya. Agar pelajaran dapat dinalari dan diserap secara
sempurna, ia mengambil sebuah ember kosong dan diletakkannya di atas meja.
Kemudian diisinya ember tersebut dengan batu sebesar genggaman tangan sampai
penuh.
Kemudian
dia bertanya kepada murid muridnya : “ Menurut kalian apakah ember ini telah
penuh ? “. Semua murid menjawab serentak : “ Ya “. Sang guru bertanya lagi : “
Kamu yakin ? “. Kemudian sang guru mengeluarkan sekantung kerikil dan
menuangkannya ke dalam ember sambil mengocok ngocoknya, hingga batu kerikil memenuhi sela sela batu yang masih kosong.
Kemudian
sang guru bertanya kepada murid muridnya : “ Nah apakah sekarang ember ini
sudah penuh ? “, kali ini para murid sama terdiam, salah seorang murid menjawab
: “ Mungkin tidak ! “. “ Bagus kalian sudah mulai mengerti “ kata sang
guru.
Kemudian
sang guru melanjutkan peragaannya dengan mengeluarkan sekantung pasir, dan
menuangkannya ke dalam ember sampai penuh. Kemudian sang guru bertanya kembali
kepada para muridnya : “ Baiklah sekarang apakah ember ini sudah penuh ? “, “
Belum “, jawab para murid serentak, sang guru dengan tersenyum puas berkata : “
Bagus kini kalian makin mengerti ! “.
Kemudian
sang guru meneruskan peragaannya dengan mengambil beberapa botol air, dan
menuangkan airnya ke dalam ember, hingga memenuhi ember bahkan sampai tumpah.
Kemudian sang guru berkata : “ Tahukah
kalian apa maksud peragaan ini ? “, seorang murid dengan penuh semangat
mengacungkan jari sambil berkata dengan yakinnya : “ Maksudnya adalah tak
perduli seberapa padat jadwal kita, bila kita mau berusaha sekuat tenaga maka
pasti kita dapat mengerjakannya ! “.
“ Oh bukan
! “, sahut sang guru “ Bukan itu maksudnya, peragaan tadi mengajarkan kepada
kita bahwa bila kaian tidak memasukkan batu besar terlebih dahulu, maka kalian
tidak akan pernah bisa memasukkan kerikil, pasir dan air ! “.
Selanjutnya
sang guru melanjutkan nasehatnya : “ Nah yang dimaksud dengan batu besar adalah
hal yang utama, hal yang penting setiap detik, yang kita hadapi. Bahkan dalam
menjalani waktu untuk mengisi sisa sisa umur yang terbatas, seperti besarnya
ember yang ukuranyya terbatas “.
Pada
ahir nasehatnya sang guru melanjutkan petuahnya : “ Ingatlah, bila kalian tidak
mendahulukan batu besar, kalian akan kehilangan kesempatan, karena kalian terlena
dengan mendahulukan yang kecil kecil yang tidak penting, yang tak berguna dan
merisaukan. Maka biasakan berbuat yang bermanfaat, tinggalkan hal kecil yang
sia sia “.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar