Selasa, 02 September 2014

NIKMATNYA BAROKAH




                                         NIKMATNYA BAROKAH
                                               
Jika sekiranya penduduk negeri negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka barokah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ( ayat ayat Kami ) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan   perbuatannya.
                                        ( Q.S. Al A’raaf 96 )
Betapa nikmatnya hidup bila tahu arah dan tujuan, karena akan     membuat  bahagia, nikmat dan tenang, disebabkan curahan barokah dari Yang Maha Rahman.
Bukankah banyak yang terkesima pada harta benda yang menarik dan menggiurkan ?, membuat orang pada lupa daratan. Sehingga tak tahu mana yang halal dan haram, yang penting menghasilkan uang. Padahal tak menjamin hati terpuaskan, karena ketidak barokahan.
BAROKAH
         Barokah artinya kebaikan yang lebih dari sisi Allah, barokah diberikan karena aktifitasnya berdasar iman dan taqwa, sehingga apapun yang dilakukan tidak lepas dari landasan iman dan taqwa.
Dengan demikian sikap dan aktifitasnya selalu berjalan dalam ridlo Allah, dalam lindungan Allah, sehingga barokah akan dicurahkan dari langit dan bumi. Dari langit hujan yang bermanfaat bukan banjir yang menyusahkan. Dari bumi hasil yang bermanfaat, bukan semburan lumpur yang membawa bencana dan gempa yang menakutkan dan membuat sengsara.
PESONA HARTA     
Karena kuatnya pesona harta benda, membuat orang tua jadi ikut muda, seolah lupa fisiknya yang lemah, itulah pesona dunia. Sehingga Nabi s.a.w. menjelaskan :
WALAU TUA BERJIWA MUDA
        Dari Abu Hurairah r.a. katanya : “ Nabi s.a.w. bersabda : “ Hati seorang tua tetap muda dalam hal mencintai dua perkara, yaitu mencintai hidup dan harta benda “. ( H.R. Muslim )
Dari Anas r.a. katanya :” Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Setiap manusia pasti akan menjadi tua, namun jiwanya tetap muda mengenai dua perkara, yaitu tamak akan harta benda, dan selalu ingin panjang umur “. ( H.R. Muslim )
TAMAK
     Karena demikian menariknya harta, sampai manusia pada rakus memilikinya, sehingga Rasulullah s.a.w. menjelaskan secara extrim.
          Dari Anas bin Malik r.a. dari Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Andaikata anak Adam itu memiliki emas satu lembah, niscaya dia ingin memiliki satu lembah lagi, tidak ada yang dapat mengisi penuh mulut ( hawa nafsu ) nya melainkan tanah ( kematian ). Dan Allah menerima taubat siapa yang bertaubat kepada Nya “. ( H.R. Muslim )
          Kiranya tak berlebihan penjelasan Nabi s.a.w. tersebut, karena dalam kenyataannya memang demikian, sehingga sampai ada yang memiliki perusahaan sampai ratusan.
HAKEKAT KAYA
         Pada umumnya pengertian kaya hanya terpaku pada jumlahnya harta, padahal orang yang berharta saja masih belum merasa kaya. Ukuran kaya bukan pada jumlah harta, tetapi hakekat kaya justru terletak pada hati atau jiwa  yang merasakannya.
        Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Yang disebut kaya bukanlah kaya harta benda, tetapi yang dikatakan kaya adalah kaya hati “. ( H.R. Muslim )
        Kaya hati maknanya merasa cukup dan pandai bersyukur kepada Yang Maha Memberi karunia, merasa puas dan lega terhadap nikmat yang diterimanya.
HARTA HALAL DAN BAROKAH
     Karena pesona dunia Nabi s.a.w. menjelaskan kehawatirannya terhadap umatnya dalam menyikapi urusan dunia, dalam hadits yang cukup panjang beliau berdialog dengan salah seorang sahabatnya :
          Dari Abu Sa’id al Khudri r.a. katanya : “ Rasulullah s.a.w. bersabda, kemudian berpidato kepada orang banyak : “ Demi Allah tidak ada yang aku hawatirkan terhadap anda sekalian melainkan harta benda yang telah dikaruniakan Allah kepadamu sebagai perhiasan dunia “. Kemudian seorang laki laki bertanya : “ Ya Rasulullah adakah mungkin sesuatu yang baik mendatangkan bencana ? ”. Mendengar pertanyaan itu Rasulullah s.a.w. diam sejenak, kemudian beliau balik bertanya : “ Apa yang anda tanyakan ? ”. Orang tersebut mengulangi pertanyaannya : “ Adakah mungkin sesuatu yang baik mendatangkan bencana ? “. Jawab Rasulullah s.a.w. : “ Sesungguhnya sesuatu yang baik itu memang mendatangkan kebaikan, tetapi apa yang kelihatan baik belum tentu selamanya baik. Rumput yang tumbuh di musim hujan, kadang kadang dapat membunuh binatang ternak atau membinasakannya. Melainkan bagi yang memakannya hanya sampai kenyang, sesudah itu dia berhenti kemudian menghadap ke matahari, buang air atau kencing, sesudah itu baru dia makan kembali. Siapa yang mem peroleh harta dengan jalan halal, dia akan mendapat barokah dengan harta itu. Tetapi siapa yang memperolehnya dengan jalan yang tak halal, maka contohnya seperti orang makan yang tak pernah kenyang “.  ( H.R. Muslim )
          Dengan demikian jelas menurut paparan beliau, bahwa yang mencari rizki dengan jalan halal akan memperoleh barokah, yang mencari dengan jalan sebaliknya seperti orang makan yang tak pernah kenyang, artinya tidak barokah !.             
PENJUAL DAN PEMBELI JUJUR
        Rasulullah s.a.w. menceritakan kisah mulia antara penjual dan pembeli tanah, yang sangat berhati hati ( taqwa ) dalam melaksanakan transaksinya, karena dilandasi keimanannya, sikap curang dijauhinya. Sehingga barokah tercurah pada keduanya.
        Dari abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Seorang laki laki membeli sebidang tanah dari orang lain, si pembeli mendapati sebuah tempayan berisi emas dalam tanah itu, kemudian dikatakannya kepada penjual : “ Hai fulan ambillah emasmu ! “, jawab si penjual : ” Aku telah menjual tanah itu kepadamu beserta segala isinya ! “. Kemudian mereka pergi kepada seorang hakim minta keadilan. Hakim berkata : “ Adakah anda berdua mempunyai anak ? ”, jawab salah seorang : “ Ada aku punya anak laki laki “, yang lain berkata : “ Ada aku punya anak perempuan “. Kata hakim : “ Kawinkan kedua anak kalian itu, dan belanjakan harta itu untuk keperluanmu berdua, dan sedekahkan sebagiannya ! “. ( H.R. Muslim )
BAROKAH BERKAT JUJUR
    Iman yang mantap membuahkan sikap taqwa, sikap taqwa  membuahkan kejujuran dan keadilan. Dengan sikap jujur akan mendatangkan barokah, karena dalam kejujuran pasti akan mencari sesuatu dengan cara yang halal, bukan sebaliknya !.
           Betapa mulianya pembeli yang menemukan tempayan berisi emas, dia merasa bukan haknya, karena hanya membeli sebidang tanah, sehingga mengembalikan emas kepada pemilik tanah. 
            Demikian pula si penjual tanah, tidak mau menerima karena  merasa menjual beserta isinya. Si hakimpun dengan jujur memutuskan pula dengan bijaksana, agar keduanya menjodohkan putra putrinya. Harta berupa tempayan penuh emas untuk mereka berdua, dan sebagian disedekahkan, cukup adilkan ?.         
BERKAT IMAN DAN TAKWA
 Begitu mulia nilai kejujuran dan keadilan, buah keimanan dan ketakwaan sehingga masalah rumit bisa terselesaikan, dengan penuh kebarokahan, karena Allah memang telah menjanjikan :
“ .......Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangkasangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya ...”. ( Q.S. At Thalaq 2-3 ).

         Bandingkan dengan negeri kita, walau hasil bumi melimpah ruah, segalanya ada, namun tidak  barokah, sehingga memutuskan perkara saja rumitnya luar biasa !!!.   


KISAH TAULADAN
GURU YANG PIAWAI
       Suatu hari seorang guru yang sufi sedang memberikan kuliah pada para muridnya, dengan penuh semangat berdiri didepan murid muridnya. Agar pelajaran dapat dinalari dan diserap secara sempurna, ia mengambil sebuah ember kosong dan diletakkannya di atas meja. Kemudian diisinya ember tersebut dengan batu sebesar genggaman tangan sampai penuh.
Kemudian dia bertanya kepada murid muridnya : “ Menurut kalian apakah ember ini telah penuh ? “. Semua murid menjawab serentak : “ Ya “. Sang guru bertanya lagi : “ Kamu yakin ? “. Kemudian sang guru mengeluarkan sekantung kerikil dan menuangkannya ke dalam ember sambil mengocok ngocoknya, hingga batu kerikil  memenuhi sela sela batu yang masih kosong.
Kemudian sang guru bertanya kepada murid muridnya : “ Nah apakah sekarang ember ini sudah penuh ? “, kali ini para murid sama terdiam, salah seorang murid menjawab : “ Mungkin tidak ! “. “ Bagus kalian sudah mulai mengerti “ kata sang guru. 
Kemudian sang guru melanjutkan peragaannya dengan mengeluarkan sekantung pasir, dan menuangkannya ke dalam ember sampai penuh. Kemudian sang guru bertanya kembali kepada para muridnya : “ Baiklah sekarang apakah ember ini sudah penuh ? “, “ Belum “, jawab para murid serentak, sang guru dengan tersenyum puas berkata : “ Bagus kini kalian makin mengerti ! “.
Kemudian sang guru meneruskan peragaannya dengan mengambil beberapa botol air, dan menuangkan airnya ke dalam ember, hingga memenuhi ember bahkan sampai tumpah. Kemudian sang guru berkata  : “ Tahukah kalian apa maksud peragaan ini ? “, seorang murid dengan penuh semangat mengacungkan jari sambil berkata dengan yakinnya : “ Maksudnya adalah tak perduli seberapa padat jadwal kita, bila kita mau berusaha sekuat tenaga maka pasti kita dapat mengerjakannya ! “.
“ Oh bukan ! “, sahut sang guru “ Bukan itu maksudnya, peragaan tadi mengajarkan kepada kita bahwa bila kaian tidak memasukkan batu besar terlebih dahulu, maka kalian tidak akan pernah bisa memasukkan kerikil, pasir dan air ! “.
Selanjutnya sang guru melanjutkan nasehatnya : “ Nah yang dimaksud dengan batu besar adalah hal yang utama, hal yang penting setiap detik, yang kita hadapi. Bahkan dalam menjalani waktu untuk mengisi sisa sisa umur yang terbatas, seperti besarnya ember yang ukuranyya terbatas  “.
Pada ahir nasehatnya sang guru melanjutkan petuahnya : “ Ingatlah,   bila kalian tidak mendahulukan batu besar, kalian akan kehilangan kesempatan, karena kalian terlena dengan mendahulukan yang kecil kecil yang tidak penting, yang tak berguna dan merisaukan. Maka biasakan berbuat yang bermanfaat, tinggalkan hal kecil yang sia sia “.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar