DUTA NABI MENGHADAP KAISAR ROMAWI
“ Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik .....“.
( Q.S. An Nahl 125
)
Dalam
mengembangkan agama Islam, Rasulullah s.a.w. sangat bijaksana strateginya, disamping dengan
ajakan dan ketauladanan, juga berkirim surat lewat duta yang ditunjuknya. Salah
satunya surat yang dikirim ke kaisar Rumawi ( Heraclius ).
Penyerahan surat dan
dialog dengan Kaisar dikisahkan oleh Abu Sufyan.
PENYERAHAN SURAT
Dari Ibnu
Abbas r.a. katanya : “ Abu Sofyan mengisahkan kepadanya dari lesan Abu Sofyan sendiri kisah sebagai
berikut : “ Pada masa berlangsungnya perjanjian damai antara aku dengan
Rasulullah s.a.w. aku pergi berniaga ke Syam.
Ketika aku
sedang berada disana, disampaikan orang sepucuk surat dari Rasulullah s.a.w.
kepada Kaisar Heraclius, penguasa agung Rumawi. Yang membawa surat adalah Dihyah Al Kalbi kemudian disampaikan kepada
pembesar Bushra, kemudian pembesar Bushra menyampaikannya kepada Kaisar
Heraclius.
DIALOG
Tanya Heraclius : “ Adakah disini orang orang
dari bangsa laki laki yang menda’wakan dirinya menjadi Nabi itu ? “, jawab
mereka : “ Ada “. Kemudian saya ( Abu Sofyan ) dipanggil mereka menghadap
Heraclius bersama beberapa orang Quraisy kawan kawanku, kami masuk dan duduk
dihadapan baginda. Heraclius bertanya : “ Siapakah diantara kalian yang dekat
pertalian darahnya dengan orang yang menda’wahkan dirinya menjadi Nabi itu ? “,
jawabku : “ Aku “. Kemudian mereka menyuruhku duduk kedepan, sedang kawan
kawanku duduk dibelakangku.
LEWAT PENERJEMAH
Kemudian
dipanggilnya penerjemah sambil berkata : “ Katakan kepada mereka bahwa aku (
Heraclius ) menanyakan kepada mereka tentang laki laki yang menda’wahkan
dirinya sebagai Nabi, jika dia berdusta katakan dia dusta “.
Kata Abu Sufyan :
“ Demi Allah ! kalau aku tidak takut akan dicap pendusta sungguh telah kudustai
dia “.
BANGSAWAN BUKAN RAJA
Kemudian Heraclius berkata kepada penerjemah : “ Tanyakan kepadanya bagaimana
kebangsaan orang itu dikalanganmu ? “, jawabku : “ Dia seorang bangsawan
dikalangan kami “, ia bertanya lagi : “ Apakah dia keturunan raja ? “, jawabku
: “ Tidak “.
BUKAN PEMBOHONG
Tanyanya : “ Pernahkah kalian mengatakannya pembohong sebelum ia
mengaku menjadi Nabi ? “, jawabku : “ Tidak “, tanyanya lagi : “ Siapakah yang jadi
pengikutnya, orang orang orang besar atau rakyat kecil ? “.
RAKYAT KECIL
Jawabku : “ Hanya rakyat
kecil “, tanyanya : “ Apakah pengikutnya bertambah atau berkurang ? “, jawabku
: “ Mereka selalu bertambah “.
TIDAK ADA YANG MURTAD
Tanyanya : “ Adakah diantara pengikutnya itu orang
yang murtad karena benci kepada agama yang dikembangkannya itu ? “. Jawabku : “
Tidak “.
KADANG KALAH KADANG MENANG
Tanyanya : “ Pernahkah kamu berperang
dengannya ? “, jawabku : “ Ya pernah “, tanyanya : “ Bagaimana jalannya
peperanganmu dengannya ? “. Jawabku : “ Peperangan kami berjalan silih berganti
antara menang dan kalah, kadang kadang kami yang menang dia kalah, kadang
kadang kami yang kalah dia yang menang “.
TIDAK INGKAR JANJI
Tanyanya : “ Pernahkah dia inkar janji
? “, jawabku : “ Tidak bahkan kami sedang dalam masa perjanjian damai, yaitu
tidak akan serang menyerang dengannya. Aku tidak tahu apa yang dibuatnya
terhadap perjanjian itu “. Kata Sufyan selanjutnya : “ Demi Allah, tidak ada
kalimat dapat kuucapkan selain dari pada itu “. Tanyanya : “ Adakah orang lain
sebelum dia yang mengaku menjadi
Nabi seperti dia pula ? “, jawabku : “ Tidak “.
MAKIN YAKIN
Kemudian
dia berkata kepada penerjemahnya : “ Katakan kepadanya, kutanyakan kepadamu
tentang bangsanya ( status sosial ), maka engkau katakan dia bangsawan, memang
demikianlah halnya semua Rasul Rasul, mereka dibangkitkan dari kalangan
bangsawan kaumnya “. Kutanyakan pula kepadamu : “ Apakah dia turunan raja,
jawabmu tidak “.
Kataku “ Jika bapak atau kakeknya yang menjadi raja, tentu dia
ingin mengembalikan keuasaan nenek moyangnya “. Kutanyakan pula tentang pengikutnya,
apakah terdiri dari rakyat atau orang orang besar, engkau jawab hanya terdiri
dari rakyat kecil.
Memang merekalah pengikut para Rasul. Kutanyakan pula
pernahkah kamu menuduhnya sebagai pembohong sebelumnya, jawabmu tidak.
Aku tahu
dia tidak akan pernah berdusta terhadap manusia, apalagi berdusta terhadap
Allah. Saya tanya kepadamu adakah pengikutnya yang murtad, karena setelah
dipeluknya lalu dia membenci agama itu, jawabmu tidak.
Memang begitulah halnya
apabila iman telah tertanam dalam hati seseorang. Katanya pula apakah
pengikutnya berkurang, jawabmu bahkan mereka selalu bertambah, ya seperti
itulah iman hingga sempurna “.
Katanya pula : “ Pernahkah kamu memeranginya,
jawabmu memang kamu memerangi, dan peperangan berjalan silih berganti, kadang
kadang menang dan kadang kalah. Memang demikianlah halnya para Rasul itu selalu
diuji, namun demikianlah kemenangan terahir selalu berada difihak mereka.
Kutanyakan pula : “ Pernahkah dia inkar janji “, jawabmu tidak pernah, memang
demikianlah para Rasul tak pernah inkar janji.
Kutanya pula engkau adakah orang
lain sebelum dia yang mengaku menjadi Nabi seperti dia, jawabmu tidak, kataku
kalau ada orang lain sebelumnya yang mengaku jadi Nabi seperti dia, mungkin dia
hanya ikut ikutan dengan orang yang sebelumnya itu.
MEMBENARKAN
KENABIAN
Kemudian
dia bertanya : “ Apa saja yang diperintahkan kepadamu ? “, jawabku : “ Dia
menyuruh kami sholat, membayar zakat, menghubungkan shilaturrahmi dan hidup
suci “.
Katanya : “ Jika yang kamu
katakan itu benar semuanya, maka tak salah lagi orang itu sesungguhnya Nabi !.
Aku tahu bahwa dia akan muncul, tetapi aku tidak menduga bahwa dia akan muncul
di kalangan kalian.
Kalaulah aku yakin bahwa aku dapat bertemu dengannya, aku
memang ingin benar bertemu dengannya.
Dan kalau aku telah berada didekatnya, akan kubasuh kedua telapak kakinya. Dan
daerah kekuasaanya kelak akan sampai ke daerah kekuasaanku ini ! ”.
AJAKAN
Kata Abu Sufyan
: “ Kemudian dimintanya surat Rasulullah s.a.w. tersebut kemudian dibacanya,
didalamnya tertulis : “ Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dari Muhammad Rasulullah kepada Heraclius pembesar Rumawi.
Berbahagialah orang yang mengikuti petunjuk. Kemudian aku mengajak anda masuk
Islam, Islamlah anda niscaya anda selamat, Islamlah anda niscaya Allah akan
memberi anda pahala berlipat ganda. Jika anda menolak maka anda akan memikul
dosa seluruh rakyat anda.
Hai ahli kitab
marilah kita bersatu dalam kalimat yang sama antara kita semua, yakni bahwa
kita tidak akan menyembah selain hanya kepada Allah semata mata, tidak akan
menyekutukan Nya dengan sesuatu yang lain, dan tidak menjadikan sebagian kita
menjadi Tuhan sebagian yang lain, kecuali hanya Allah semata mata !.
Jika
mereka menolak maka katakanlah kepada mereka : “ Saksikanlah bahwa kami adalah orang orang Muslim “.
TA’KJUB
Setelah Heraclius
membaca surat, terdengar suara heboh disekitarnya. Dia memerintahkan kami agar
keluar, sampai diluar aku berkata kepada kawan kawanku :
“ Sungguh luar biasa urusan Ibnu Abi Kabsyah ( panggilan Nabi ),
sehingga dia ditakuti oleh raja bangsa kulit kuning. Karena itu aku senantiasa
yakin bahwa agama Rasulullah s.a.w. ini pasti menang, sehingga ahirnya Allah
memasukkan Islam kedalam hati sanubariku “. ( H.R. Muslim )
Demikianlah da’wah Nabi lewat surat, karena kebijakan isinya, sehingga membuat Kaisar Rumawi yakin akan kebenaran misi ajaran agama yang dibawa Nabi.
Demikianlah da’wah Nabi lewat surat, karena kebijakan isinya, sehingga membuat Kaisar Rumawi yakin akan kebenaran misi ajaran agama yang dibawa Nabi.
Lebih lebih
diperkuat kesaksian tentang ketinggian ahklaknya oleh para nara sumber, yang
memberikan testimoninya secara jujur dan meyakinkan.
KISAH
TAULADAN
WAFAT DENGAN JARI MENUNJUK KEATAS
Dari Ja’far bin Aslam berkata : “ Tatkala kaum muslimin berada di tengah
medan perang Yamamah, yang pertama kali menjadi kurban adalah Abu Uqail. Dia
terkena panah pada bagian antara kedua bahu dan dadanya, tetapi tidak sampai meninggal
dunia.
Kemudian panah dicabutnya, di siang hari tangan kirinya terasa lemah,
kemudian dibawa kedalam kemah.
Ketika peperangan makin memanas, umat Islam mengalami
kekalahan, sementara Abu Uqail masih dalam kondisi lemah karena lukanya, tiba
tiba ia mendengar Ma’n bin Addy menjeru : “ Wahai kaum Anshar, mohonlah
pertolongan kepada Allah, seranglah musuhmu ! “.
Ibnu Umar berkata : “ Setelah mendengar seruan, Abu Uqail
berdiri untuk menemui kaumnya. Maka aku bertanya : “ Apa yang kamu inginkan ?,
kamu tidak harus ikut menyerang “.
Abu Uqail menjawab : “ Tadi aku mendengar seseorang memanggil namaku “.
Aku katakan kepadanya : “ Yang memanggil mengatakan wahai orang Anshar, bukan
memanggil wahai orang yang terluka ! “.
Abu Uqail berkata : “ Aku termasuk orang Anshar oleh
karena itu aku harus menyambut seruannya sekalipun dengan merangkak “, jawabnya
dengan semangat.
Dengan sigapnya Uqail mengenakan sabuk dan mengambil
pedang sambil berseru : “ Wahai kaum Anshar, seranglah musuh sebagaimana dalam
perang Hunain, bersatulah kalian semoga Allah melimpahkan Rahmat kepadamu.
Majulah kemedan perang karena kaum Muslimin itu bersembunyi, hanya sekedar
memperdaya musuh, giringlah musuhmu sehingga masuk kedalam kebun, kemudian membaurlah
dengan mereka dan gunakan pedang kalian untuk menebas mereka ! “.
Aku perhatikan tubuh Abu Uqail, ternyata tangannya penuh luka
dan terlepas dari bahunya, pada tubuhnya terdapat 14 luka yang menyebabkan ia
meninggal dunia. Saat itu bertepatan dengan terbunuhnya musuh Allah yakni
Musailamah si Nabi palsu.
Aku berada di sisi abu Uqail ketika ia menghembuskan
nafasnya yang terahir, aku memanggil namanya : “ Wahai Abu Uqail “, ia menjawab
: “ Labbaik “, dengan suara terbata bata ia bertanya : “ Siapa yang kalah ? ”,
aku menjawab : “ Bergembiralah musuh Allah telah terbunuh ! “
Kemudian ia menunjuk kelangit dengan jarinya sambil memuji Allah,
diikuti dengan hembusan nafasnya yang
terakhir.
Demikian hebat semangat jihad Uqail, sehingga terus dan tetap berjuang walau tubuhnya
penuh luka, demi tegaknya kalimat tauhid, kalimat tertinggi di sisi Nya.
Ya Allah ampuni dosanya dan masukkan kedalam syurga Mu yang penuh kenikmatan. Amiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar