Sabtu, 27 September 2014

MEMPERTAJAM HATI




                                 MEMPERTAJAM HATI
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri ( dengan beriman ), dan dia ingat nama Tuhannya, kemudian dia sholat. Tetapi kamu ( orang orang kafir ) memilih kehidupan duniawi, sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.
                                       ( Q.S. Al A’laa 14-17 )
Tubuh manusia terdiri dari jiwa dan raga, karena raga atau tubuh ujudnya jelas, maka banyak yang faham dalam merawatnya : Rambut agar terawat  dicuci dengan sampo dan pomade, wajah agar bersih dirawat dengan pencuci wajah atau perawatan muka, badan agar bersih dicuci dengan sabun mandi, ketiak agar wangi diusap deodorant dan sebagainya. Demikian teliti manusia dalam merawat tubuhnya.
Namun bagaimana dalam hal merawat jiwa, nah disini banyak yang lupa dan menterlantarkannya, karena jiwa bersifat abstrak, sehingga hati jadi mudah merana, mudah resah, mudah tertekan, mudah kecewa, karena tidak dirawat dan dipelihara.   
MERAWAT JIWA
Maka Allah Yang Maha Tahu segalanya mengingatkan dengan firman Nya :
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri “, membersihkan diri artinya mensucikan jiwa, dengan beriman dan selalu ingat pada Tuhannya : Dengan melaksanakan apa yang diperintah dan menjauhi apa yang dilarang Nya.
Jiwa atau hati sama halnya dengan tubuh perlu dirawat dan dipelihara juga, agar jiwa jadi sehat, jadi tenang. Betapa nikmatnya hidup bila memiliki jiwa yang tenang.
FITHRAH JIWA
Hati yang tenang dan bahagia menjadi dambaan siapa saja, namun banyak tak tahu arah dalam menggapainya, padahal agama telah memberi jalan keluarnya, namun karena manusia terlalu cintanya pada dunia dan memperturutkan hawa nafsunya sehingga lupa pada firman Nya, yang jelas mutlak kebenarannya :
“ Orang orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenang “. ( Q.S. Ar Ra’du 28 )   
Ketenangan hati bukan karena berlimpahnya harta, bukan kerena tingginya jabatan, bukan pula karena titel yang disandangnya, bukan juga karena kecantikan isterinya.
Namun Hati atau jiwa akan tenang dan bahagia bila sering diajak mengingat Sang Pencipta Nya ( dzikir ).
MEMFUNGSIKAN HATI
Ibarat pisau agar tajam perlu diasah, demikian pula halnya dengan hati atau jiwa, perlu juga dipertajam agar peka.
“ Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk ( isi neraka jahannam ) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ( ayat ayat Allah ) dan mereka mempunyai mata ( tetapi ) tidak dipergunakannya untuk melihat (  tanda tanda kekuasaan Allah ), dan mereka mempunyai telinga ( tetapi ) tidak dipergunakannya untuk mendengar ( ayat ayat Allah ). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi, mereka itulah orang orang yang lalai. ( Q.S. Al A’raaf 179 )
Jiwa diasah dan dipertajam dengan memahami firman Allah ( textual, ayat Al Quran ), bahkan tidak hanya memahami ayat ayat textual saja, namun jiwa harus difungsikan juga : Ketika melihat keindahan bentuk dan beraneka macamnya ikan, burung, bunga, buah buahan, gunung dan aliran sungainya, hutan belantara beserta marga satwanya ( ayat kauniah ), maka jiwa harus ikut merasakan dan merenung dengan mengingat betapa Besar dan Pandai Sang pencipta Nya. Lebih lebih yang menciptakan mata dengan perlengkapannya yang cukup canggih, sehingga bisa melihat pemandangan yang indah, bayangkan betapa susah dan merananya bila tidak bisa melihat alias buta ( tuna netra ), Subhaanallah.
Ketika mendengar kicau burung, gemericik air sungai atau air terjun, deburan ombak di pantai, alunan musik, maka jiwa harus diajak serta menyelami dan merasakan kebesaran Sang Pencipta yang telah menciptakan telinga dengan systim audionya yang canggih, sehingga bisa mendengar dan menikmati merdu dan indahnya suara, bayangkan betapa menderita dan tersiksa bagi yang tidak bisa mendengarnya ( tuna rungu ), Subhaanallah.
Dengan mengaktifkan jiwa, selalu mengingat dan mengembalikan kepada Sang Pencipta Nya, maka dalam jiwa akan timbul rasa syukur dan puas, dengan demikian jiwa makin bening, makin bersih, makin peka, makin tajam, sehingga mudah diajak ke arah yang benar, karena hatinya telah terbuka tajam, peka lantaran jiwa yang bening penuh ketenangan sehingga jadi tajam melihat kebenaran.
Tidak hanya mata dan pendengaran saja, namun ketika mencium, meraba dan merasa, jiwa harus ikut pula merasakan betapa nikmatnya ketika indera pencium ( hidung ), peraba ( kulit ) dan perasa ( lidah ) berfungsi dengan baik. Maka akan timbul rasa syukurnya kepada yang Maha Kuasa, dengan demikian jiwa makin tenang, nyaman dan bahagia dibuatnya.
Ingat tatkala terserang flu, berakibat hidung tersumbat, tidak bisa merasakan bau masakan,  lidah pun tak bisa merasakan nikmatnya masakan, betapa tersiksanya ?.
Dengan mengajak jiwa selalu mengingat karunia Yang Maha Kuasa, Sang Maha Pencipta, jiwa makin tajam, makin meningkat kuwalitasnya.
Jauh beda dengan hati yang tertutup dan beku, berakibat sulit diajak kejalan yang lurus karena tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah, karena terlalu cenderung dan cintanya pada dunia dan selalu memperturutkan hawa nafsunya.
MEMPERTURUTKAN HAWA NAFSU
Bila jiwa mau tunduk pada firman Allah, maka derajatnya akan menjadi tinggi, namun bila sebaliknya dan memperturutkan hawa nafsunya akan jadi hina, sehingga diumpamakan seperti anjing yang menjulurkan lidahnya.
“ Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan ( derajat ) nya dengan ayat ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan memperturutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya ( juga ). Demikian Itulah perumpamaan orang orang yang mendustakan ayat ayat Kami. Maka ceritakanlah ( kepada mereka ) kisah kisah itu agar mereka berfikir. Amat buruklah perumpamaan orang orang yang mendustakan ayat ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat dzalim “. ( Q.S. Al A’raaf 176 – 177 )
JIWA YANG TENANG
Jiwa yang selau ingat pada Tuhan Nya akan menjadi bersih dan tenang, kelak akan menghadap Allah dalam keadaan tidak hina.
“ Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, ( yaitu ) di hari harta dan anak laki laki tidak berguna, kecuali orang orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih “. ( Q.S. As Syu’araa’ 87-89 )
Jiwa yang tenang kelak akan dipanggil dengan hati yang puas dan diridloi Allah, dan dimasukkan kedalam syurga Nya.
Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba hamba Ku, masuklah ke dalam syurga Ku.  ( Q.S. Al Fajr 27-30 )
Semoga Allah selalu memberikan petunjuk Nya agar selalu mengingat kepada Nya, Amiin.

KISAH TAULADAN
KARROMAH IMAM ABU HANIFAH
Yazid bin Al Kumaid berkata : ” Abu Hanifah adalah seorang yang taqwa kepada Allah. Suatu saat ketika Ali bin Al Husain, mengimami kami dalam sholat Isya’, beliau membaca surat Al Zalzalah, sementara imam Abu Hanifah menjadi makmum.
Seusai sholat, para jama’ah pada pulang kerumah masing masing, sedang aku melihat imam Abu Hanifah masih berdzikir sambil menarik nafas.
Kemudian aku segera beranjak pulang dan meninggalkan masjid, agar beliau  tidak terganggu dengan kehadiranku, sementara lampu minyakku yang tinggal sedikit kutinggal dalam masjid untuk penerangan dalam masjid.
Menjelang fajar aku datang lagi ke masjid, aku melihat imam Abu Hanifah sedang sholat, seusai sholat beliau memegang jenggotnya sambil berkata : ” Wahai Dzat yang membalas kebaikan sebesar biji sawi dengan kebaikan, Wahai Dzat yang membalas keburukan sebesar biji sawi dengan keburukan, jauhkanlah An Nukman hambamu ini dari api neraka dan dari perbuatan buruk yang mendekatkan kepada api neraka. Masukkanlah ia ke dalam rahmat Mu yang sangat luas “.
Kemudian aku mengumandangkan adzan, tiba tiba lampu minyak itu menyala terang sehingga menerangi imam Abu Hanifah yang sedang berdiri melaksanakan sholat.
Ketika aku menemui beliau, beliau bertanya : “ Apakah engkau ingin mengambil lampu minyak itu ? “. Aku menjawab : “ Aku tadi telah mengumandangkan adzan sholat Shubuh “, beliau berkata : “ Rahasiakan apa yang kamu lihat ! “. Kata kata ini menujukkan bahwa beliau khawatir bila karromahnya ( kemulyaan ) tersiar dan membuat ujub diri beliau.
Imam Abu Hanifah kemudian sholat sunnah dua rekaat, kemudian duduk sehingga aku mengumandangkan iqomah
Kemudian beliau sholat bersama kami dengan wudlu yang beliau gunakan ketika sholat Isya’ semalam ( sejak sholat Isya’sampai shubuh beliau tidak batal wudlu ). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar