Minggu, 07 September 2014

NASEHAT BUAT ABU DZAR




NASEHAT BUAT ABU DZAR

" Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, memerintah kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung “. ( Q. S. Ali Imron 104 )
Ketika Rasulullah s.a.w. mulai menata sistim pemerintahan, dengan memberikan jabatan pada para sahabat sesuai dengan keahlian dan kemampuan, rupanya Abu Dzar Al Ghifari tidak mendapat bagian jabatan.   
BERPARTISIPASI
Terdorong keinginan ikut berpartisipasi dalam menegakkan pemerintahan ini, Abu Dzar pun meminta jabatan pada Nabi, atas permintaan ini dengan lembutnya beliau menasehati : “ Wahai Abu Dzar aku sungguh menyayangimu seperti aku menyayangi diriku sendiri. Engkau memiliki kelemahan, sedang jabatan adalah amanat yang berat. Ketahuilah bahwa pada hari kiamat nanti, para pemangku jabatan akan merasakan penyesalan yang besar, kecuali yang dapat melaksanakan dengan sungguh sungguh dan penuh keikhlasan hati “.
Atas penolakan Nabi s.a.w. yang cukup bijak ini, Abu Dzar tak sakit hati, bahkan meminta nasehat pada Nabi. “ Kalau begitu berilah aku nasehat ya Rasulullah “,  “ Ingatlah olehmu lima hal, sayangilah orang miskin jadilah sahabat mereka. Lihatlah orang lebih rendah darimu dan jangan melihat yang diatasmu. Sambunglah tali shilaturrahim walau orang itu menjauhimu. Katakan kebenaran walaupun pahit. Dan perbanyak  mengucapkan laa haula walaa quwwata ilaa billaah ( tidak ada daya dan kekuatan melainkan beserta Allah ).
Walau nasehat ini ditujukan pada Abu Dzar, pada hakekatnya juga untuk kita juga.   
MENYAYANGI ORANG MISKIN
Sering bergaul dan menyayangi orang miskin beda dengan yang menjauhi, dengan mengakrabi si miskin jiwa jadi ikut menghayati penderitaan yang dialami, dengan demikan akan membuat hati jadi pandai mensyukuri.
Apalagi bila disertai rasa saling mencintai, akan menumbuhkan sikap berbagi,  berakibat membuat rasa puas di hati, karena jiwa yang sehat pada hakekatnya suka diajak saling mencintai. Bila sikap ini terus dibina akan membuahkan sikap lemah lembut dan rendah hati, dan jauh dari sikap mendzalimi, sikap yang sangat mulia dan terpuji.  . MELIHAT KEBAWAH
Diantara kelemahan qodrat manusia terlampau suka pada dunia, dan takkan pernah puas dalam mengejarnya. Bukankah Nabi s.a.w. bersabda : " Sekiranya anak Adam memiliki harta benda satu lembah, pasti ia akan berusaha lagi untuk memiliki dua lembah. Dan andaikan  telah memiliki dua lembah pasti akan berusaha lagi untuk memiliki tiga lembah. Memang tidak ada sesuatu yang dapat memenuhi keinginan anak Adam melainkan tanah ( mati ). Dan Allah akan menerima taubat bagi mereka yang bertaubat “. ( H.R. Bukhari dan Muslim )
Dengan melihat keatas membuat jiwa tak terpuaskan, ibarat minum air lautan, karena bila nafsu diperturutkan dan dijadikan rujukan, akan membuat lupa daratan, karena mengejar tuntutan nafsu yang dikendalikan setan, sehingga mudah lupa mana yang halal dan haram, jiwa jadi terombang ambing tak karuan.
Beda dengan melihat kebawah, melihat nasib yang tak punya, yang lebih sengsara, yang lebih susah darinya, sehingga membuat jiwa jadi lega, berkat nikmat yang telah diterimanya. Dengan demikian akan mudah membangkitkan rasa syukurnya. .                  
Bayangkan seorang yang sudah memiliki sepeda motor, dan selalu berangan angan ingin memiliki kendaraan roda empat, dia selalu tersiksa bila ada mobil melewatinya, bagaimana bisa nikmat dalam mengendarai motornya, karena selalu melihat yang diatasnya. 
Mestinya dia melihat kebawah, melihat yang bersepeda  sambil berkata : “ Alhamdulillah saya sudah punya motor sehingga tidak bersusah payah mengayuh sepeda, yang bisa membuat badan jadi lelah dan payah “.
Demikian pula dengan yang bersepeda, bila selalu berangan angan memiliki sepeda motor, akan selalu tersiksa dan tak akan bisa menikmati nyamannya mengayuh sepeda. Padahal banyak pejalan kaki yang menginginkan punya sepeda, mestinya ia bersyukur bisa naik sepeda tak berjalan kaki yang bisa menguras tenaga.
Bagi yang belum memiliki sepeda, hendaknya pandai pula mensyukuri karena masih bisa berjalan dengan kedua kakinya, sebab masih banyak yang tidak punya kaki sehingga sehingga berjalan dengan memakai penyangga, bahkan ada yang merangkak pula. Apalagi bila melihat orang sakit, jangankan berjalan menggerakkan kakinya saja sudah tidak bisa.
Lucunya saat ini banyak yang punya sepeda motor bahkan punya mobil pada beli sepeda, karena ingin menikmati mengayuh sepeda, lucu dan aneh kan ?. Yang punya sepeda motor dan punya mobil saja ingin bersepeda, yang bersepeda justru ingin sebaliknya.
Ini hikmah bila melihat kebawah, jiwa jadi nikmat dibuatnya, meningkatkan status  harus, namun selama belum tercapai nikmati dan syukuri karunia Nya.      
SHILATURRAHIM
Shilaturrahim ( menyambung tali kekeluargaan ) banyak manfaatnya, karena dapat menambah rizki dan menambah umur. “ Barang siapa ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rizkinya maka takwalah kepada Allah dan sambunglah tali shilaturrahim “, demikian sabda Nabi s.a.w..
Dengan shilaturrahim akan menyambung hubungan sanak famili, sehingga tidak terputus pertalian darah, dengan sambungnya ikatan keluarga bertambah pula ilmu dan pengalaman, dengan bertambahnya ilmu dan pengalaman,  membuat jiwa luas wawasan, hati terasa lapang karena punya perbandingan, dengan demikian jiwa jadi lebih mudah dan tabah dalam menghadapi dan menyelesaikan persoalan. 
Beda dengan yang kuper ( kurang pergaulan ), jiwanya kerdil karena kurang wawasan, sehingga tidak bisa menyelesaikan persoalan, berakibat jiwanya resah tidak tenang, yang akan membuat daya tahan tubuhnya makin lemah dan mudah penyakitan.        
Dengan banyak kenalan Insyaa Allah rizki juga akan datang, karena ketika mertamu saja sudah dapat hidangan, apalagi bila memperkenalkan bidang usaha yang dilakukan, akan bertambah jumlah langganan.
KATAKAN WALAU PAHIT
Mungkin ini agak berat nampaknya, namun Nabi s.a.w. tahu bahwa Abu Dzar mampu melaksanakannya, sehingga Abu Dzar kemana mana selalu berfatwa, khususnya pada orang berharta, bahkan pada para khalifah agar selalu hidup sederhana jangan bermewah mewah. Sehingga Abu Dzar sering dijauhi karena fatwa yang disampaikan dianggap cukup pahit bagi yang mendengarkannya.
PERBANYAK MEMBACA KALIMAT HAUQOLAH
Memperbanyak membaca : Laa haula walaa quwwata illaa billaah ( tidak daya dan kekuatan melainkan beserta Allah ) sangat ditekankan Nabi s.a.w., dengan aktif membaca kalimat ini, membuat jiwa semakin menyadari bahwa apapun yang dilakukan semata mata karena bantuan kekuatan ilahi, bukan karena kekuatan dirinya sendiri.
Dengan demikian akan bisa menjauhkan dari sikap membanggakan diri, merasa semua keberhasilan disebabkan hasil usahanya sendiri. Sikap ini sangat berbahaya sekali !, karena akan bisa membuat jauh dengan Sang Ilahi Rabbi. Lebih lebih  bila dikemudian hari menemui kegagalan jiwanya sangat kecewa dan tersiksa sekali, dan celakanya ......bila berhasil takkan pandai mensyukuri !.         


                                       KISAH TAULADAN
                             RASULULLAH MENGHILANG
Ummu Jamil adalah istri Abu Lahab, sedang Abu Lahab adalah saudara Abdullah bin Abdul Muthalib lain ibu, jadi Ummu Jamil termasuk bibi Rasulullah. Namun semenjak beliau menjadi Nabi, Ummu Jamil dan Abu Lahab menjadi penentang paling besar terhadap beliau. Segala macam cara ditempuh untuk mencelakakan dan membinasakan beliau.
 Guna mengajak kaum keluarga dan kerabatnya dalam memeluk agama Islam, Rasulullah kemudian pergi ke Bukit Shafa, dari bukit tersebut beliau menyeru kaum kerabatnya untuk berkumpul. 
 Setelah mereka datang beliau berseru : “ Bila kukatakan dari balik bukit ini akan keluar pasukan berkuda yang hendak menyerang kalian, apakah kalian percaya ?”. Mereka pun menjawab : “ Kami belum pernah mendengar engkau berkata dusta ! “. Beliau pun meneruskan perkataannya : “ Kalian kuperingatkan bahwa kalian akan mendapat siksa yang besar ! “.
Belum sempat beliau melanjutkan ucapannya, tiba tiba Abu Lahab menyela dengan sebuah bentakan : “ Binasalah kamu Muhammad ! jadi hanya untuk ini kamu mengumpulkan kami disini ? “. Sebagai jawaban umpatan Abu Lahab, maka Allah s.w.t menurunkan surat Al Lahab ayat 1-5.
Sejak saat itu, Ummu Jamil mendapat sebutan “ Si Hamalatul Hathab “, karena selalu menyebar fitnah untuk Rasulullah dan kaum muslimin lainnya. Sebutan ini sangat tepat karena disamping menyebar fitnah, juga suka menaburkan duri di jalan yang biasa dilewati Rasulullah tiap hari.
Seperti diriwayatkan Ibnu Ishaq, ketika Ummu Jamil mendengar turunnya surat Al Lahab yang bekaitan langsung dengan diri dan suaminya, yang terkesan menghinanya, dia menjadi semakin benci terhadap Rasulullah s.a.w. Dengan penuh emosi Ummu Jamil pergi membawa sepotong pecahan batu tajam, menemui Rasulullah s.a.w. yang sedang duduk di dekat Ka’bah bersama Abu Bakar.
Dengan nafas terengah engah diangkatnya pecahan batu untuk dilemparkan kepada beliau, namun sebelum batu dilemparkan, tiba tiba Rasulullah s.a.w. menghilang dari pandangan matanya. Yang terlihat di depan Ummu Jamil hanya Abu Bakar, sehingga dia tidak jadi melempar. Kemudian Ummu Jamil berkata kepada Abu Bakar : ” Seandainya dia berada di sini, tentu akan kulempar mulutnya dengan batu ini ! “.
Setelah Ummu Jamil pergi, Abu Bakar berkata kepada Rasulullah s.a.w. : “ Ya Rasulullah bukankah tadi dia melihat anda disini ? “. Beliau menjawab : “ Tidak ia tidak melihatku karena Allah telah menghilangkan penghlihatannya kepadaku ! ”.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar