NASEHAT
BUAT ABU DZAR
" Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
memerintah kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah
orang-orang yang beruntung “. ( Q. S. Ali Imron 104 )
Ketika Rasulullah s.a.w. mulai menata sistim
pemerintahan, dengan memberikan jabatan pada para sahabat sesuai dengan
keahlian dan kemampuan, rupanya Abu Dzar Al Ghifari tidak mendapat bagian jabatan.
BERPARTISIPASI
Terdorong keinginan ikut berpartisipasi dalam menegakkan pemerintahan
ini, Abu Dzar pun meminta jabatan pada Nabi, atas permintaan ini dengan lembutnya
beliau menasehati : “ Wahai Abu Dzar aku sungguh menyayangimu seperti aku
menyayangi diriku sendiri. Engkau memiliki kelemahan, sedang jabatan
adalah amanat yang berat. Ketahuilah bahwa pada hari kiamat nanti, para
pemangku jabatan akan merasakan penyesalan yang besar, kecuali yang dapat
melaksanakan dengan sungguh sungguh dan penuh keikhlasan hati “.
Atas penolakan Nabi
s.a.w. yang cukup bijak ini, Abu Dzar tak sakit hati, bahkan meminta nasehat
pada Nabi. “ Kalau begitu berilah aku nasehat ya Rasulullah “, “ Ingatlah olehmu lima hal, sayangilah
orang miskin jadilah sahabat mereka. Lihatlah orang lebih rendah darimu dan
jangan melihat yang diatasmu. Sambunglah tali shilaturrahim walau orang itu
menjauhimu. Katakan kebenaran walaupun pahit. Dan perbanyak mengucapkan laa haula walaa quwwata
ilaa billaah ( tidak ada daya dan kekuatan melainkan beserta Allah ).
Walau nasehat ini ditujukan pada Abu Dzar,
pada hakekatnya juga untuk kita juga.
MENYAYANGI
ORANG MISKIN
Sering bergaul dan menyayangi
orang miskin beda dengan yang menjauhi, dengan mengakrabi si miskin jiwa jadi
ikut menghayati penderitaan yang dialami, dengan demikan akan membuat hati jadi
pandai mensyukuri.
Apalagi bila disertai rasa saling mencintai, akan
menumbuhkan sikap berbagi, berakibat
membuat rasa puas di hati, karena jiwa yang sehat pada hakekatnya suka diajak
saling mencintai. Bila sikap ini terus dibina akan membuahkan sikap lemah
lembut dan rendah hati, dan jauh dari sikap mendzalimi, sikap yang sangat mulia
dan terpuji. . MELIHAT KEBAWAH
Diantara kelemahan qodrat manusia
terlampau suka pada dunia, dan takkan pernah puas dalam mengejarnya. Bukankah Nabi s.a.w. bersabda : " Sekiranya anak Adam memiliki harta benda
satu lembah, pasti ia akan berusaha lagi untuk memiliki dua lembah. Dan
andaikan telah memiliki dua lembah pasti
akan berusaha lagi untuk memiliki tiga lembah. Memang tidak ada sesuatu yang
dapat memenuhi keinginan anak Adam melainkan tanah ( mati ). Dan Allah akan menerima taubat bagi mereka yang bertaubat “. ( H.R.
Bukhari dan Muslim )
Dengan melihat keatas membuat jiwa tak terpuaskan, ibarat minum air lautan, karena
bila nafsu diperturutkan dan dijadikan rujukan, akan membuat lupa daratan, karena
mengejar tuntutan nafsu yang dikendalikan setan, sehingga mudah lupa mana yang
halal dan haram, jiwa jadi terombang ambing tak karuan.
Beda dengan melihat kebawah, melihat nasib yang tak
punya, yang lebih sengsara, yang lebih susah darinya, sehingga membuat jiwa
jadi lega, berkat nikmat yang telah diterimanya. Dengan demikian akan mudah membangkitkan
rasa syukurnya. .
Bayangkan seorang yang sudah
memiliki sepeda motor, dan selalu berangan angan ingin memiliki kendaraan roda
empat, dia selalu tersiksa bila ada mobil melewatinya, bagaimana bisa nikmat
dalam mengendarai motornya, karena selalu melihat yang diatasnya.
Mestinya dia
melihat kebawah, melihat yang bersepeda
sambil berkata : “ Alhamdulillah saya sudah punya motor sehingga tidak
bersusah payah mengayuh sepeda, yang bisa membuat badan jadi lelah dan payah “.
Demikian pula dengan
yang bersepeda, bila selalu berangan angan memiliki sepeda motor, akan selalu
tersiksa dan tak akan bisa menikmati nyamannya mengayuh sepeda. Padahal banyak
pejalan kaki yang menginginkan punya sepeda, mestinya ia bersyukur bisa naik
sepeda tak berjalan kaki yang bisa menguras tenaga.
Bagi yang belum
memiliki sepeda, hendaknya pandai pula mensyukuri karena masih bisa berjalan
dengan kedua kakinya, sebab masih banyak yang tidak punya kaki sehingga
sehingga berjalan dengan memakai penyangga, bahkan ada yang merangkak pula. Apalagi
bila melihat orang sakit, jangankan berjalan menggerakkan kakinya saja sudah
tidak bisa.
Lucunya saat ini banyak
yang punya sepeda motor bahkan punya mobil pada beli sepeda, karena ingin
menikmati mengayuh sepeda, lucu dan aneh kan ?. Yang punya sepeda motor dan punya mobil
saja ingin bersepeda, yang bersepeda justru ingin sebaliknya.
Ini hikmah bila melihat
kebawah, jiwa jadi nikmat dibuatnya, meningkatkan status harus, namun selama belum tercapai nikmati dan
syukuri karunia Nya.
SHILATURRAHIM
Shilaturrahim ( menyambung tali kekeluargaan ) banyak
manfaatnya, karena dapat menambah rizki dan menambah umur. “ Barang siapa ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rizkinya maka takwalah kepada Allah dan sambunglah tali shilaturrahim “, demikian
sabda Nabi s.a.w..
Dengan shilaturrahim akan menyambung hubungan sanak famili, sehingga tidak terputus pertalian darah, dengan sambungnya ikatan keluarga bertambah pula ilmu dan pengalaman, dengan bertambahnya
ilmu dan pengalaman, membuat jiwa luas
wawasan, hati terasa lapang karena punya perbandingan, dengan demikian jiwa
jadi lebih mudah dan tabah dalam menghadapi dan menyelesaikan persoalan.
Beda dengan yang
kuper ( kurang pergaulan ), jiwanya kerdil karena kurang wawasan, sehingga
tidak bisa menyelesaikan persoalan, berakibat jiwanya resah tidak tenang, yang
akan membuat daya tahan tubuhnya makin lemah dan mudah penyakitan.
Dengan banyak kenalan Insyaa
Allah rizki juga akan datang, karena ketika mertamu saja sudah dapat hidangan,
apalagi bila memperkenalkan bidang usaha yang dilakukan, akan bertambah jumlah
langganan.
KATAKAN WALAU PAHIT
Mungkin ini agak berat nampaknya,
namun Nabi s.a.w. tahu bahwa Abu Dzar mampu melaksanakannya, sehingga Abu Dzar kemana
mana selalu berfatwa, khususnya pada orang berharta, bahkan pada para khalifah
agar selalu hidup sederhana jangan bermewah mewah. Sehingga Abu Dzar sering
dijauhi karena fatwa yang disampaikan dianggap cukup pahit bagi yang
mendengarkannya.
PERBANYAK MEMBACA KALIMAT HAUQOLAH
Memperbanyak membaca : Laa haula walaa quwwata illaa billaah ( tidak daya dan kekuatan melainkan beserta Allah ) sangat
ditekankan Nabi s.a.w., dengan aktif membaca kalimat ini, membuat jiwa semakin menyadari
bahwa apapun yang dilakukan semata mata karena bantuan kekuatan ilahi, bukan karena
kekuatan dirinya sendiri.
Dengan
demikian akan bisa menjauhkan dari sikap membanggakan diri, merasa semua
keberhasilan disebabkan hasil usahanya sendiri. Sikap ini sangat berbahaya
sekali !, karena akan bisa membuat jauh dengan Sang Ilahi Rabbi. Lebih lebih bila dikemudian hari menemui kegagalan jiwanya
sangat kecewa dan tersiksa sekali, dan celakanya ......bila berhasil takkan pandai mensyukuri !.
KISAH
TAULADAN
RASULULLAH MENGHILANG
RASULULLAH MENGHILANG
Ummu Jamil adalah istri Abu Lahab, sedang
Abu Lahab adalah saudara Abdullah bin Abdul Muthalib lain ibu, jadi Ummu Jamil
termasuk bibi Rasulullah. Namun semenjak beliau menjadi Nabi, Ummu Jamil dan
Abu Lahab menjadi penentang paling besar terhadap beliau. Segala macam cara
ditempuh untuk mencelakakan dan membinasakan beliau.
Guna
mengajak kaum keluarga dan kerabatnya dalam memeluk agama Islam, Rasulullah
kemudian pergi ke Bukit Shafa, dari bukit tersebut beliau menyeru kaum
kerabatnya untuk berkumpul.
Setelah mereka datang beliau berseru : “ Bila
kukatakan dari balik bukit ini akan keluar pasukan berkuda yang hendak
menyerang kalian, apakah kalian percaya ?”. Mereka pun menjawab : “ Kami belum
pernah mendengar engkau berkata dusta ! “. Beliau pun meneruskan perkataannya :
“ Kalian kuperingatkan bahwa kalian akan mendapat siksa yang besar ! “.
Belum sempat beliau
melanjutkan ucapannya, tiba tiba Abu Lahab menyela dengan sebuah bentakan : “
Binasalah kamu Muhammad ! jadi hanya untuk ini kamu mengumpulkan kami disini ?
“. Sebagai jawaban umpatan Abu Lahab, maka Allah s.w.t menurunkan surat
Al Lahab ayat 1-5.
Sejak saat itu, Ummu
Jamil mendapat sebutan “ Si Hamalatul Hathab “, karena selalu menyebar fitnah
untuk Rasulullah dan kaum muslimin lainnya. Sebutan ini sangat tepat karena
disamping menyebar fitnah, juga suka menaburkan duri di jalan yang biasa
dilewati Rasulullah tiap hari.
Seperti diriwayatkan
Ibnu Ishaq, ketika Ummu Jamil mendengar turunnya surat Al Lahab yang bekaitan
langsung dengan diri dan suaminya, yang terkesan menghinanya, dia menjadi semakin
benci terhadap Rasulullah s.a.w. Dengan penuh emosi Ummu Jamil pergi membawa
sepotong pecahan batu tajam, menemui Rasulullah s.a.w. yang sedang duduk di dekat
Ka’bah bersama Abu Bakar.
Dengan nafas
terengah engah diangkatnya pecahan batu untuk dilemparkan kepada beliau, namun sebelum
batu dilemparkan, tiba tiba Rasulullah s.a.w. menghilang dari pandangan matanya.
Yang terlihat di depan Ummu Jamil hanya Abu Bakar, sehingga dia tidak jadi
melempar. Kemudian Ummu Jamil berkata kepada Abu Bakar : ” Seandainya dia berada
di sini, tentu akan kulempar mulutnya dengan batu ini ! “.
Setelah Ummu Jamil pergi,
Abu Bakar berkata kepada Rasulullah s.a.w. : “ Ya Rasulullah bukankah tadi dia melihat
anda disini ? “. Beliau menjawab : “ Tidak ia tidak melihatku karena Allah
telah menghilangkan penghlihatannya kepadaku ! ”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar