TIAP PIMPINAN AKAN DITANYA !
“ Dan
orang orang
yang memelihara amanat amanat
( yang
dipikulnya )
dan janji “.
( Q.S. Al Mu’minun 8 )
Pemimpin adalah tugas
yang berat, karena merupakan amanat, yang kelak bakal dipertanggung jawabkan di
akherat, bila bisa mengembannya jadi nikmat dan selamat, karena banyak pahala
didapat, namun bila hianat di akherat akan merupakan beban yang sangat berat.
AKAN DITANYA
Pada hakekatnya setiap orang
adalah pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri. Bila sudah berkeluarga,
menjadi pemimpin rumah tangga atau kepala keluarga. Di lingkungan masyarakat
kepemimpinan disebut ketua R.T., ketua R.W. lurah, camat, bupati, gubernur dan
seterusnya. Di perusahaan pimpinan disebut direktur, atau direktur umum.
Semakin tinggi jabatan, semakin besar pertanggung jawaban kepada Dzat
yang Menciptakan di hari kebangkitan
PERTANYAAN SESUAI JENJANG
Dari Ibnu
Umar r.a. berkata : “ Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Kamu semua
adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya.
Penguasa adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang
kepemimpinannya.
Suami adalah pemimpin didalam keluarganya dan akan dimintai
pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Isteri adalah pemimpin di dalam
rumah suaminya dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang
kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin didalam mengelola harta majikannya dan
akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Kamu semua adalah pemimpin dan
akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya “.( H.R.Bukhari Muslim) Kepemimpinan
merupakan amanat, merupakan titipan ( kepercayaan ). Kepemimpinan tak hanya di
tingkat atas saja, bahkan sampai ketingkat bawahpun merupakan pemimpin.
Karena
memimpin merupakan amanat, maka harus dijaga dan dipelihara dengan baik.
“ Dan
orang orang
yang memelihara amanat amanat
( yang
dipikulnya )
dan janjinya “. ( Q.S. Al Mu’minun 8 )
Dengan
demikian semakin tinggi jabatan yang diemban, berarti semakin berat pula beban
yang akan dipertanggung jawabkan kelak di hadapan Allah.
Maka
bagi yang faham pasti tidak terlalu berambisi dalam mengejar kepemimpinan ini,
karena beratnya pertanggung jawaban yang bakal ditanyakan kelak di hari kebangkitan nanti.
KEPALA
KELUARGA AKAN DITANYA
Kepemimpinan tidak hanya
ditingkat atas saja yang akan ditanya, bahkan dalam rumah tangga, sebagai
kepala keluarga akan ditanya dalam memimpin keluarganya.
Dari
mana harta diperoleh ?, berapa yang diberikan pada isteri dan anak anaknya ?,
berapa yang dinfakkan untuk para fakir, anak yatim dan fii sabiilillah.
Bagaimana
cara mengayomi dan membimbing keluarganya, baik makanannya, pakaian, sampai
tempat tinggalnya, sehingga keluarganya jadi sejahtera dan tidak sampai
menderita menurut kadar kemampuannya, bahkan sampai dalam melaksanakan ibadahnya.
ISTERI
AKAN DITANYA
Demikian pula halnya dengan
isteri, akan ditanya pula dalam mengelola harta suaminya, pendidikan anak
anaknya dan memimpin pembantunya.
Ibarat kesebelasan
sepak bola, isteri adalah back, yang harus bisa menahan serangan yang datang,
sehingga tak sampai kebobolan. Suami ibarat penyerang yang bertugas di luar
sebagai pencari nafkah. Bila kesebelasan kompak maka team akan sukses dan
menang.
Tugas
isteri cukup berat, karena sangat menentukan keberhasilan pendidikan putra
putrinya, karena seorang isteri sangat banyak peluang dirumah.
Maka
berbahagialah memiliki isteri yang sholihah, karena selalu dekat dengan putra
putrinya, sehingga bisa mengawasi, memberikan nasehat dan ketauladanan dalam
kesehariannya.
PELAYAN JUGA DITANYA
Walau pelayan seolah jabatan
yang rendah, namun kelak akan ditanya pula tentang pertanggung jawabannya dalam
mengelola harta majikannya.
SERIUS
Dengan demikian jelas, bahwa masalah kepemimpinan merupakan
hal yang sangat serius dalam agama.
Namun
anehnya justru banyak yang mengejarnya demi mendapatkan harta semata tanpa
memperhitungkan resiko yang bakal dipikulnya kelak.
PIMPINAN NEGARA
Memimpin suatu negara, adalah jabatan puncak,
baik sebagai presiden, raja atau kholifah merupakan jabatan tertinggi dan
sangat bergengsi, apabila berhasil sehingga rakyatnya hidup dalam keadaan
makmur dan sejahtera, maka akan mendapat ampunan dan pahala berlimpah. Namun bila sebaliknya sehingga rakyatnya
menderita dan sengsara, maka sangat besar resikonya, karena adzab neraka bakal menghadangnya !.
MENGEJAR JABATAN DEMI HARTA
Bayangkan pada saat saat pemilihan di negara tercinta ini, betapa banyak yang pada mengajukan diri menjadi pemimpin daerah maupun badan legislasi.
Dan..... dengan nekadnya meminjam milyaran rupiah demi mengejar jabatan dan gengsi, dengan harapan kelak bila jadi, uang pinjaman pasti akan bisa kembali, tanpa berfikir panjang bila kemungkinan tidak jadi.
SEMBRONO
Betapa sembrononya dalam menata hati, karena yang dikejar hanya materi, tanpa berfikir akibat terhadap rakyat nya dikemudian hari, apalagi resiko di hari kebangkitan nanti.
Dengan pola berfikir semacam ini sangat berbahaya sekali, karena bila jadi, hanya berfikir bagaimana cara hutangnya bisa kembali. Bila tidak jadi apalagi .....pasti stress pasti akan dialami.
BONDO NEKAD
Di suatu daerah ada seorang pimpinan kelompok pemberangkat jamaah haji, cukup dikenal dan disegani, rupanya nekat ingin mencalonkan diri jadi bupati.
Dengan nekadnya uang jamaah calon haji, dipinjam sebagai modal kampanye sehari hari, dengan harapan bila jadi bupati uang akan kembali.
Namun apa yang terjadi ?, cita citanya gagal tak terealisasi, akhirnya penyakit gagal ginjal menggerogoti, mungkin akibat do'a para calon jama'ah haji yang didzalimi, yang sangat kecewa sekali. Ini baru di dunia apalagi siksa di akherat yang jelas akan dialami !.
Bayangkan sekitar 200 orang yang gagal beribadah haji, gara gara sang kiai memperturutkan nafsu jadi bupati.
Begini akibat bila lupa diri, sehingga sudi mengorbankan para duta Allah yang dengan susah payah menabung bertahun tahun guna menunaikan ibadah haji.
KHOLIFAH
UMAR IBNUL KHATHTHAB
Karena
besarnya tanggung jawab kelak, Umar ibnul Khoththob tak pernah meminta dan
mengejar jabatan Kholifah, karena beliau faham sabda Nabi s.a.w. yang
menjelaskan bahwa jabatan yang diminta akan lebih besar tanggung jawabnya kelak
di akherat.
Jabatan Kholifah yang disandangnya merupakan permintaan dan
usulan para sahabat yang menunjuknya.
Dalam
menjalankan pemerintahan beliau dikenal sangat berhati hati, sikap adil, jujur
dan tegas selalu dipegang teguh dalam melaksanakan kepemimpinannya.
MEMERIKSA HARTA
Agar
pemerintahan berjalan lancar, baik, bersih dan aman, beliau menunjuk dan
mengangkat pembantu ( pejabat ), ketika akan berangkat menunaikan tugas ke
daerah yang dituju, maka diadakan pemeriksaan dan mendata jumlah kekayaannya.
Setelah
berahir masa jabatan, harta kekayaannya diperiksa kembali, agar bisa diketahui dari
mana harta yang diperolehnya, sesuaikah dengan hasil gaji sebagai pejabat yang
diembannya, bila tidak maka kelebihan harta harus dikembalikan ke kas negara (
baitul maal ).
Cara Umar,
kemudian ditiru oleh pemerintah kita, namun dalam pelaksanaannya sangat jauh
beda, sehingga walau jelas terbukti menyelewengkan harta negara, namun terlihat
kesulitan dalam menghukumnya, apalagi memberantasnya, karena hukum sangat kebal
bagi atasan, rasa sungkan jadi penghalang.
Sehingga tebang pilih jadi pegangan dan acuan
BERSIKAP
ADIL
Sikap adil Umar sangat
dikenal dalam sejarah, ketika putra beliau berbuat zinah dengan seorang wanita, sehingga
hamil dan melapor kepada beliau dengan membawa bayinya. Umar segera memanggil putranya guna ditanya laporan wanita
tersebut, dan putranya mengakui perbuatannya.
Maka hukuman dilaksanakan sendiri
oleh Kholifah Umar, sampai putranya meninggal dunia.
Begitu tegas dan adilnya Umar r.a. sebagai pemimpin dalam menegakkan hukum, sehingga tidak tebang pilih dalam menegakkannya, walau terhadap keluarganya sendiri.
MENGONTROL
LANGSUNG
Dalam melaksanakan
tugas, Umar tak hanya puas dengan hanya mengandalkan laporan pembantunya saja, namun
beliau lebih suka memeriksa secara langsung kelapangan, hawatir akan sikap
bawahan yang biasa bersemboyan A.B.S. ( asal bapak senang ).
MEMASAK BATU
Suatu
malam beliau menyamar dan mengontrol rakyatnya, kemudian mendengar suara tangis
di suatu desa, beliau bertanya : “ mengapa anakmu menangis ? “, jawab si ibu :
“ anakku kelaparan “, sedang periuknya sedang mengepul diatas tungku. Umar
bertanya : “ apa yang dimasak “, “ batu “ jawab si ibu “, untuk apa ? “ tanya
Umar. “ agar dikira memasak “, betapa kagetnya Umar.
Dengan sedihnya beliau ke
kas negara guna meminta gandum, kemudian dipikulnya sendiri, dan langsung
dimasak dan dihidangkannya. Sedang si ibu tak tahu bahwa yang memikul dan
memasaknya adalah seorang Kholifah ( pimpinan negara ). Subhaanallaah.
Beginilah sosok pemimpin yang
faham akan tanggung jawabnya. Semoga Allah menerima amalnya dan mengampuni dosa
dosanya. Amiin.
KISAH TAULADAN
BERKAH SUKA SEDEKAH
Dari
Abdurrahman bin Yazid bin Jabbir berkata : “ Maula ( budak ) perempuan Abu
Umamah menceritakan kepadaku : “ Abu Umamah adalah orang yang suka bersedekah
dan senang mengumpulkan sesuatu untuk disedekahkan, tidak pernah menolak bila ada orang meminta
kepadanya.
Suatu
hari datang seorang peminta minta, padahal ia tidak memiliki apa apa kecuali
uang 3 dinar, maka diberinya orang tersebut 1 dinar, kemudian datang lagi
peminta minta maka diberinya 1 dinar, dan datang lagi peminta minta diberinya
pula 1 dinar.
Sudah
barang tentu aku marah, kemudian aku berkata : “ Wahai Abu Umamah, engkau tidak
menyisakan untuk kami sesuatupun “.
Kemudian
dia tidur siang, ketika adzan asar dikumandangkan aku membangunkannya, kemudian
dia berangkat ke Masjid, setelah itu aku bercakap cakap dengan dia, kemudian
aku mempersiapkan makan malam dan memasang pelana kudanya.
Ketika aku
masuk ke kamar untuk merapikan tempat tidur, tiba tiba aku menemukan mata uang
sebanyak 300 dinar.
Aku berkata dalam hatiku
tidak mungkin ia melakukan seperti apa yang ia perbuat kecuali sangat percaya
dengan apa yang akan menjadi penggantinya.
Setelah
Isya’ ia memasuki rumah dan ketika melihat makanan yang telah dihidangkan dan
pelana kuda telah terpasang, ia tersenyum kemudian berkata : “ Inilah kebaikan
yang diberikan dari sisi Nya “.
“ Aku
berada dihadapannya sampai ia makan malam, ketika itu aku berkata : “ Semoga
Allah Senantiasa mengasihimu dengan infak yang telah engkau sedekahkan. Sebenarnya
engkau telah menyisihkan simpanan tetapi mengapa engkau tidak memberi tahu aku,
sehingga aku dapat mengambilnya “. Abu Umamah
bertanya : “ Simpanan yang mana ? , aku tidak menyimpan apapun ! “.
Kemudian
aku angkat kasurnya, tatkala Abu Umamah melihat dinar itu, ia bergembira dan
keheranan.
Dengan spontan
aku potong tali ikatku sebuah tali yang menandakan sebagai pemeluk agama majusi
atau nasrani, dan aku menyatakan memeluk agama Islam “.
Ibnu
Jarir berkata : “ Aku melihat wanita itu ( bekas budak ) menjadi guru kaum wanita,
di Masjid Himsha yang mengajarkan Al Quran yahudi, As Sunnah dan Ilmu
Faraid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar