WALAU MUSIBAH SILIH BERGANTI
KETABAHAN TETAP TINGGI
“ Dan ingatlah akan
hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan nya : “Sesungguhnya aku diganggu
syaitan dengan kepayahan dan siksaan ".
(
Q.S. Shaad 41 )
Berbagai riwayat
para Nabi yang unik dan menarik dikisahkan dalam Al Quran, sebagai cermin yang
banyak mengandung hikmah ketauladanan, agar bisa diambil pelajaran agar hidup
menjadi lebih baik dan penuh kebijakan.
Masing
masing utusan memiliki sisi keistimewaan, diantaranya Nabi Ayyub a.s.
Beliau
dikenal sangat tabah dalam menerima ujian, dari kepunahan harta, kematian
keluarga, sakit bertahun tahun bahkan sampai dibenci dan dikucilkan.
HAMBA
YANG SHOLIH
Nabi Ayyub
a.s. adalah seorang hamba yang kaya raya, dikaruniai keturunan banyak yang
sholih sholihah. Walau harta melimpah namun beliau pandai mensyukuri nikmat
Tuhan Nya, ibadahnya tekun dan suka menolong kaum dhu’fa.
IBLIS PROTES
Bukan
Iblis bila tidak berulah, melihat ketaatan Ayyub a.s. Iblis dengki dan iri hati
sambil berkata : “Ya Allah hamba Mu Ayyub semata mata bukanlah beribadah kepada
Mu, bukan pula bersyukur memuji Mu, tetapi agar hartanya makin berlimpah, dan keturunanya makin bertambah. Agar kambing
dan biri biri yang berjumlah ribuan tidak berkurang, agar sapi dan unta yang
berjumlah ratusan semakin Engkau tambah, agar binatang piaraan makin gemuk.
Ayyub hanya menyembah harta bukan menyembah kepada Mu. Mensyukuri harta bukan
bersyukur kepada Mu. Jika Kau izinkan aku akan merampas harta kekayaannya,tentu
tidak akan beribadah kepada Mu”.
DIJAWAB
Atas
protes Iblis Allah menjawab : “ Ayyub adalah hambaku yang beriman dan ikhlas,
dia beribadah kepada Ku sebagai hamba yang taat, suci dari pengaruh harta, suci
dari sifat tamak dan rakus “.
Tetapi karena Allah ingin
menjadikan Ayyub lebih suci dan bersih imannya, juga sebagai contoh tentang
keimanan dan kesabaran bagi umat manusia, Iblis diberinya izin : “ Boleh kau
coba kumpulkan semua kaki tanganmu, lakukan apa yang kau rencanakan, perhatikan
nanti kesudahannya ! “, seru Allah.
HARTA LUDES
Atas izin
Allah, iblis berhasil menjalankan misinya, dalam sekejap lenyap semua harta dan
kekayaan Ayyub a.s. Dengan merubah bentuk berpenampilan orang tua, Iblis datang
menggoda : “ Sekarang hartamu sudah punah, Allah yang selalu kau puji dan
sembah rupanya tak menolongmu, sia sia engkau beribadah kepada Nya “.
Atas
gertakan ini Ayyub menjawab dengan tenang dan sabar : “ Semua harta pada hakekatnya adalah milik Allah semata, harta
hanyalah titipan Nya, Maha Suci Allah yang telah mengambil titipan Nya kembali
“.
Melihat
ketegaran Ayyub, iblis minta izin kembali untuk menggoda dan diizinkan.
PADA MENINGGAL
Untuk
kedua kalinya Iblis dengan sekutunya memasuki istana dan menewaskan keluarga
dan putera puteri Ayyub, menghancurkan mahligai dan istananya. Kemudian Iblis
mendatangi seraya berkata : “ Seluruh anak dan hartamu ludes sudah, demikianlah
Allah membalasmu “. Atas gertakan Iblis ini Ayyub menjawab dengan tabah : “ Allah yang memberi Allah pula yang
mengambil Nya, Allah yang menghidupkan dan Allah pula yang mematikan. Aku tetap
memuji Nya karena Allah telah melaksanakan hak Nya “.
SAKIT BERKEPANJANGAN
Atas
kegagalan misinya, Iblis minta izin kembali untuk merusak kesehatan Ayyub dan
diizinkan pula. Maka Ayyub menderita sakit berkepanjangan sehingga badannya
kurus kering, kulitnya penuh luka baunya menyengat luar biasa, tetangga pada
menjauhinya, bahkan sempat mengusirnya karena takut tertular penyakitnya. Hanya
isterinya Rahmah yang selalu mendampininya dengan sabar dan setia.
MENJUAL
POTONGAN RAMBUT
Suatu hari Nabi Ayyub
ketiadaan makanan, sang isteri berusaha membeli roti namun ketiadaan uang untuk
membeli, maka dengan terpaksa dipotongnya rambut panjang kebanggaan sang suami
tanpa seizin Ayyub. Ketika Rahmah sang isteri pulang membawa roti, Ayyub
bertanya penuh heran karena hawatir bila isterinya telah berbuat serong, ketika
diceritakan betapa kaget Ayyub mendengarnya, namun hatinya jadi tenang kembali
karena kehawatirannya tak terbukti.
ISTERI RESAH
Iblispun
berulah kembali dengan menggoda Rahmah, suatu hari sang isteri bertanya : “
Sampai kapan Allah mengujimu, kemana harta benda kita, anak anak kita, teman
teman kita, bagaimana dengan kesehatanmu ? “. Betapa kaget Ayyub mendengarnya,
dengan spontan dan sabar Ayyub menjawab
: “ Berapa lama kita hidup bahagia ? “, Rahmah menjawab : “ Berpuluh puluh
tahun “, “ Berapa tahun kita menderita ? “, jawab Rahmah : “ Tujuh tahun “. “
Aku Malu kepada Allah memohon hilangnya musibah ini, rupanya imanmu telah
luntur, jika nanti aku sembuh aku akan menderamu 100 kali “.
BERDO’A
Karena
penyakitnya cukup parah Nabi
Ayyub a.s. dengan tabah hanya mengadu kapada Allah : “ Dan (ingatlah kisah)
Ayyub,
ketika ia berdo’a kepada Tuhannya :
" ( Ya
Tuhanku ),
sesungguhnya
aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di
antara semua Penyayang ". (
Q.S. Al An’biyaa’ 83 )
DIKABULKAN
Kemudian Allah memperkenankan do’anya : “ ( Allah
berfirman ) :
" Hantamkanlah
kakimu Inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum ". ( Q.S. Shad 42 )
Setelah
kaki Ayyub dihantamkan ketanah, maka memancarlah air dari bumi atas izin Allah, Ayyub pun
mandi dan meminumnya, penyakit
yang menempelpun ikut lenyap bersamanya sehingga Ayyub sembuh dari
penyakitnya,
dan dapat berkumpul kembali dengan keluarganya. Maka mereka kemudian berkembang biak
sampai jumlah mereka dua kali lipat dari jumlah sebelumnya.
“ Maka Kamipun
memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan
Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka,
sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang
menyembah Allah “. ( Q. S. Al Anbiyaa’ 84 )
MENEPATI JANJI
Pada suatu ketika
Ayyub teringat akan sumpahnya, bahwa dia
akan mendera
isterinya bila sakitnya sembuh disebabkan isterinya pernah lalai mengurusinya
sewaktu sakit,
tetapi dalam hatinya timbul rasa
iba dan kasihan kepada
isterinya,
sehingga dia
tidak dapat memenuhi sumpahnya,
agar dapat memenuhi sumpahnya tanpa menyakiti nya, maka turunlah perintah Allah :
“ Dan ambillah dengan
tanganmu seikat ( rumput ), maka pukullah dengan
itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar, dialah sebaik baik
hamba, sesungguhnya dia amat taat (kepada
Tuhan Nya) “. (
Q.S. Shaad 44 )
Demikian
nikmat balasan terhadap hamba yang sabar dan pandai bersyukur.
Selanjutnya agar
Ayyub dapat menepati sumpah tanpa
menyakiti isterinya, maka Allah memberi jalan keluar cukup bijak, yakni hanya menderanya
dengan seikat rumput.
KISAH TAULADAN
KHALIFAH YANG TANGGAP
Sebagaimana
biasa, suatu malam Umar bin Khaththab r.a. berkeliling kota Madinah guna
memantau keadaan rakyatnya, disuatu rumah dia mendengar seorang wanita
bersenandung dengan nada sedih :
Malam
begitu panjang diselimuti kegelapan nan mencekam,
tiada
kekasih yang dapat kuajak bercanda ria,
jika tidak karena Allah yang Maha Esa,
niscaya tilam ini telah runtuh dibuatnya.
Mendengar ratapan ini, Umar mengetuk pintu rumah wanita tersebut, kemudian Umar bertanya : “ Apa yang sedang menimpamu ? “, dengan nada sedih wanita menjawab : “ Suamiku sudah beberapa bulan ini pergi meninggalkanku, aku sangat rindu kepadanya “.
Umar berkata : “ Kamu ingin dia dapat celaka ? “, dengan spontan wanita menjawab : “ Na’udzu billaahi min dzaalik semoga tidak “, Umar melanjutkan : “ Jagalah dirimu baik baik, itu akan menjadi kabar penghibur untuk suamimu ! “.
jika tidak karena Allah yang Maha Esa,
niscaya tilam ini telah runtuh dibuatnya.
Mendengar ratapan ini, Umar mengetuk pintu rumah wanita tersebut, kemudian Umar bertanya : “ Apa yang sedang menimpamu ? “, dengan nada sedih wanita menjawab : “ Suamiku sudah beberapa bulan ini pergi meninggalkanku, aku sangat rindu kepadanya “.
Umar berkata : “ Kamu ingin dia dapat celaka ? “, dengan spontan wanita menjawab : “ Na’udzu billaahi min dzaalik semoga tidak “, Umar melanjutkan : “ Jagalah dirimu baik baik, itu akan menjadi kabar penghibur untuk suamimu ! “.
Pada
pagi hari diutusnya seseorang untuk memanggil Hafsah r.a. putrinya, ketika
Hafsah sudah berada dihadapannya Umar bertanya : “ Berapa lama seorang wanita
merindukan suaminya ? “.
Mendengar
pertanyaan bapaknya, Hafsah r.a. sang Ummul mukminin menggelengkan kepala
karena malu. Kemudian Umar mendekati putrinya guna mengurangi rasa malunya
sambil menegaskan : “ Sesungguhnya Allah tidak malu pada perkara yang hak “.
Meskipun
sudah diyakinkan oleh bapaknya, tetap saja rasa malu mengunci mulut Hafsah r.a.
untuk menjawabnya. Dengan wajah memerah Hafsah r.a. memberi isyarat dengan
jarinya, tiga atau empat bulan.
Dari
sini kemudian Umar bin Khaththab r.a. menetapkan undang undang agar seorang
tawanan perang tidak boleh ditawan lebih dari tiga bulan.
Subhaanallah sangat
tanggap dan bijak Umar bin Khaththab r.a. menetapkan keputusannya.
MUTIARA DO’A
DO’A NABI AYYUB
“ (Ya Tuhanku) sesungguhnya aku
telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara
semua Penyayang". (
Q.S. Al Anbiyaa’ 83 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar