Senin, 29 September 2014

WALAU MUSIBAH SILIH BERGANTI




                    WALAU MUSIBAH SILIH BERGANTI
                     KETABAHAN TETAP TINGGI
      
“ Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan nya :  “Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan ".
( Q.S. Shaad 41 )

Berbagai riwayat para Nabi yang unik dan menarik dikisahkan dalam Al Quran, sebagai cermin yang banyak mengandung hikmah ketauladanan, agar bisa diambil pelajaran agar hidup menjadi lebih baik dan penuh kebijakan.
Masing masing utusan memiliki sisi keistimewaan, diantaranya Nabi Ayyub a.s. 
Beliau dikenal sangat tabah dalam menerima ujian, dari kepunahan harta, kematian keluarga, sakit bertahun tahun bahkan sampai dibenci dan dikucilkan.

HAMBA YANG SHOLIH
Nabi Ayyub a.s. adalah seorang hamba yang kaya raya, dikaruniai keturunan banyak yang sholih sholihah. Walau harta melimpah namun beliau pandai mensyukuri nikmat Tuhan Nya, ibadahnya tekun dan suka menolong kaum dhu’fa.

IBLIS PROTES
Bukan Iblis bila tidak berulah, melihat ketaatan Ayyub a.s. Iblis dengki dan iri hati sambil berkata : “Ya Allah hamba Mu Ayyub semata mata bukanlah beribadah kepada Mu, bukan pula bersyukur memuji Mu, tetapi agar hartanya makin berlimpah,  dan keturunanya makin bertambah. Agar kambing dan biri biri yang berjumlah ribuan tidak berkurang, agar sapi dan unta yang berjumlah ratusan semakin Engkau tambah, agar binatang piaraan makin gemuk. Ayyub hanya menyembah harta bukan menyembah kepada Mu. Mensyukuri harta bukan bersyukur kepada Mu. Jika Kau izinkan aku akan merampas harta kekayaannya,tentu tidak akan beribadah kepada Mu”.

DIJAWAB
Atas protes Iblis Allah menjawab : “ Ayyub adalah hambaku yang beriman dan ikhlas, dia beribadah kepada Ku sebagai hamba yang taat, suci dari pengaruh harta, suci dari sifat tamak dan rakus “.
Tetapi karena Allah ingin menjadikan Ayyub lebih suci dan bersih imannya, juga sebagai contoh tentang keimanan dan kesabaran bagi umat manusia, Iblis diberinya izin : “ Boleh kau coba kumpulkan semua kaki tanganmu, lakukan apa yang kau rencanakan, perhatikan nanti kesudahannya ! “, seru Allah.   

HARTA LUDES
Atas izin Allah, iblis berhasil menjalankan misinya, dalam sekejap lenyap semua harta dan kekayaan Ayyub a.s. Dengan merubah bentuk berpenampilan orang tua, Iblis datang menggoda : “ Sekarang hartamu sudah punah, Allah yang selalu kau puji dan sembah rupanya tak menolongmu, sia sia engkau beribadah kepada Nya “.
Atas gertakan ini Ayyub menjawab dengan tenang dan sabar : “ Semua harta pada hakekatnya adalah milik Allah semata, harta hanyalah titipan Nya, Maha Suci Allah yang telah mengambil titipan Nya kembali “. 
Melihat ketegaran Ayyub, iblis minta izin kembali untuk menggoda dan diizinkan.

PADA MENINGGAL
Untuk kedua kalinya Iblis dengan sekutunya memasuki istana dan menewaskan keluarga dan putera puteri Ayyub, menghancurkan mahligai dan istananya. Kemudian Iblis mendatangi seraya berkata : “ Seluruh anak dan hartamu ludes sudah, demikianlah Allah membalasmu “. Atas gertakan Iblis ini Ayyub menjawab dengan tabah : Allah yang memberi Allah pula yang mengambil Nya, Allah yang menghidupkan dan Allah pula yang mematikan. Aku tetap memuji Nya karena Allah telah melaksanakan hak Nya “.  

SAKIT BERKEPANJANGAN
Atas kegagalan misinya, Iblis minta izin kembali untuk merusak kesehatan Ayyub dan diizinkan pula. Maka Ayyub menderita sakit berkepanjangan sehingga badannya kurus kering, kulitnya penuh luka baunya menyengat luar biasa, tetangga pada menjauhinya, bahkan sempat mengusirnya karena takut tertular penyakitnya. Hanya isterinya Rahmah yang selalu mendampininya dengan sabar dan setia.   

MENJUAL POTONGAN RAMBUT
Suatu hari Nabi Ayyub ketiadaan makanan, sang isteri berusaha membeli roti namun ketiadaan uang untuk membeli, maka dengan terpaksa dipotongnya rambut panjang kebanggaan sang suami tanpa seizin Ayyub. Ketika Rahmah sang isteri pulang membawa roti, Ayyub bertanya penuh heran karena hawatir bila isterinya telah berbuat serong, ketika diceritakan betapa kaget Ayyub mendengarnya, namun hatinya jadi tenang kembali karena kehawatirannya tak terbukti.

ISTERI RESAH
Iblispun berulah kembali dengan menggoda Rahmah, suatu hari sang isteri bertanya : “ Sampai kapan Allah mengujimu, kemana harta benda kita, anak anak kita, teman teman kita, bagaimana dengan kesehatanmu ? “. Betapa kaget Ayyub mendengarnya, dengan spontan dan sabar  Ayyub menjawab : “ Berapa lama kita hidup bahagia ? “, Rahmah menjawab : “ Berpuluh puluh tahun “, “ Berapa tahun kita menderita ? “, jawab Rahmah : “ Tujuh tahun “. “ Aku Malu kepada Allah memohon hilangnya musibah ini, rupanya imanmu telah luntur, jika nanti aku sembuh aku akan menderamu 100 kali “.

BERDO’A
Karena penyakitnya cukup parah Nabi Ayyub a.s. dengan tabah hanya mengadu kapada Allah : “ Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia berdo’a kepada Tuhannya : " ( Ya Tuhanku ), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang ". ( Q.S. Al An’biyaa’ 83 )

DIKABULKAN
Kemudian Allah memperkenankan doanya : ( Allah berfirman ) : " Hantamkanlah kakimu Inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum ". ( Q.S. Shad 42 )
Setelah kaki Ayyub dihantamkan ketanah, maka memancarlah air dari bumi atas izin Allah, Ayyub pun mandi dan meminumnya, penyakit yang menempelpun ikut lenyap bersamanya sehingga Ayyub sembuh dari penyakitnya, dan dapat berkumpul kembali dengan keluarganya. Maka mereka kemudian berkembang biak sampai jumlah mereka dua kali lipat dari jumlah sebelumnya.
Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah( Q. S. Al Anbiyaa’ 84 )

MENEPATI JANJI
Pada suatu ketika Ayyub teringat akan sumpahnya, bahwa dia akan mendera isterinya bila sakitnya sembuh disebabkan isterinya pernah lalai mengurusinya sewaktu sakit, tetapi dalam hatinya timbul rasa iba dan kasihan kepada isterinya, sehingga dia tidak dapat memenuhi sumpahnya, agar dapat memenuhi sumpahnya tanpa menyakiti nya, maka turunlah perintah Allah :
“ Dan ambillah dengan tanganmu seikat ( rumput ), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia  (Ayyub) seorang yang sabar, dialah sebaik baik hamba, sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan Nya). ( Q.S. Shaad 44 )
Demikian nikmat balasan terhadap hamba yang sabar dan pandai bersyukur.
Selanjutnya agar Ayyub dapat menepati sumpah tanpa menyakiti isterinya, maka Allah memberi jalan keluar cukup bijak, yakni hanya menderanya dengan seikat rumput.


                                                      KISAH TAULADAN
KHALIFAH YANG TANGGAP
            
Sebagaimana biasa, suatu malam Umar bin Khaththab r.a. berkeliling kota Madinah guna memantau keadaan rakyatnya, disuatu rumah dia mendengar seorang wanita bersenandung dengan nada sedih :
Malam begitu panjang diselimuti kegelapan nan mencekam,
tiada kekasih yang dapat kuajak bercanda ria,
jika tidak karena Allah yang Maha Esa, 
niscaya tilam ini telah runtuh dibuatnya. 
Mendengar ratapan ini, Umar mengetuk pintu rumah wanita tersebut, kemudian Umar bertanya : “ Apa yang sedang menimpamu ? “, dengan nada sedih wanita  menjawab : “ Suamiku sudah beberapa bulan ini pergi meninggalkanku, aku sangat rindu kepadanya “. 
Umar berkata : “ Kamu ingin dia dapat celaka ? “, dengan spontan wanita menjawab : “ Na’udzu billaahi min dzaalik semoga tidak “, Umar melanjutkan : “ Jagalah dirimu baik baik, itu akan menjadi kabar penghibur untuk suamimu ! “.
Pada pagi hari diutusnya seseorang untuk memanggil Hafsah r.a. putrinya, ketika Hafsah sudah berada dihadapannya Umar bertanya : “ Berapa lama seorang wanita merindukan suaminya ? “.
Mendengar pertanyaan bapaknya, Hafsah r.a. sang Ummul mukminin menggelengkan kepala karena malu. Kemudian Umar mendekati putrinya guna mengurangi rasa malunya sambil menegaskan : “ Sesungguhnya Allah tidak malu pada perkara yang hak “.
Meskipun sudah diyakinkan oleh bapaknya, tetap saja rasa malu mengunci mulut Hafsah r.a. untuk menjawabnya. Dengan wajah memerah Hafsah r.a. memberi isyarat dengan jarinya, tiga atau empat bulan.
Dari sini kemudian Umar bin Khaththab r.a. menetapkan undang undang agar seorang tawanan perang tidak boleh ditawan lebih dari tiga bulan. 
Subhaanallah sangat tanggap dan bijak Umar bin Khaththab r.a. menetapkan keputusannya.
                                                                  
                                                     MUTIARA DO’A
    DO’A NABI AYYUB

(Ya Tuhanku) sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang". ( Q.S. Al Anbiyaa’ 83 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar