Rabu, 17 September 2014

MUSH'AB BIN UMAIR




                              MUSH’AB BIN UMAIR
 GUGUR MENDEKAP PANJI RASULULLAH DENGAN KEDUA LENGAN TERPOTONG

“ Diantara orang orang mukmin itu ada orang orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Maka di antara mereka ada yang gugur dan di antara mereka ada ( pula ) yang menunggu  nunggu dan mereka tidak merubah ( janjinya ) ”. ( Q.S. Al Ahzab 23 )
     
Berbagai sifat dan sikap mulia dimiliki para shahabat Nabi s.a.w., berkat didikan dan ketauladan beliau, sehingga para shahabat memiliki karakter spesifik dalam penampilan kesehariannya.
Salah seorang diantaranya adalah Mush’ab bin Umair, walau semula dibesarkan dikalangan hartawan, dia sudi meninggalkan kemewahan dunia dan mengisinya dengan lembaran hidup yang bermanfaat bagi perkembangan agama Islam.
NAMA    
Nama lengkap Mush’ab bin Umair bin Hasyim bin Abdul Manaf Al Ab dari Al Qurasyi, bergelar Safir al Islam ( duta besar Islam), Mush’ab al Khair ( orang baik ), Mush’ab al Qari’ ( penghafal Al Quran ).
KELUARGA HARTAWAN
Seorang sahabat dikenal pemberani, lahir dan dibesarkan dikalangan keluarga kaya, termasuk pemuda Mekkah yang berwibawa, berwajah tampan, berakhlak lembut, teguh pendirian, suka pada parfum yang paling harum baunya.
KOKOH PENDIRIAN
Termasuk yang mula mula memeluk Islam. Ibunya : Khonnas binti Malik, seorang wanita Quraisy memiliki kekayaan berlimpah, sang ibu menangisinya agar dia mau murtad, namun Mush’ab menolaknya dengan halus dan sopan.
Rasulullah s.a.w. memujinya dikala umat Islam bersedih melihat Mush’ab menjadi miskin, mengenakan pakaian compang camping, makanpun seadanya.
DUTA PERTAMA
Merupakan duta besar Islam pertama dalam Islam, Rasulullah s.a.w. pernah mengutusnya bersama 12 orang laki laki dari Yatsrib ( Madinah ) yang telah memeluk Islam pada Bai’at Aqabah l, dalam rangka mengajarkan Islam kepada penduduk Madinah.
SUKSES BERDAKWAH
Tercatat banyak orang memeluk Islam melalui Mush’ab, diantaranya Usaid bin Hudhair, Sa’ad bin Muadz keduanya adalah pemimpin kabilah mereka. Setelah mukim selama 6 bulan di Madinah, Mush’ab kembali ke Mekkah bersama 72 orang penduduk Madinah yang memeluk Islam.
Orang pertama yang mendirikan sholat jum’ah dalam Islam. Dia meninggalkan Madinah dan tidak ada satu rumahpun melainkan di dalamnya telah disebut nama Allah ( dzikir ).
BERGELAR AL KHAIR
Kaum Muslimin menggelarinya dengan sebutan Mush’ab Al Khair ( orang baik )  dan Rasulullah s.a.w. juga pernah mendo’akannya.
Rasulullah s.a.w. mempersaudarakan dengan Abu Ayyub Al Anshari, dia dipercaya membawa panji Nabi s.a.w. dalam perang Badar dan Uhud.
PEMBAWA PANJI
Membawa panji merupakan kehormatan bagi seorang prajurit, karena panji merupakan lambang kebesaran dan pergerakan pasukan. Tidak setiap orang bisa membawanya, kecuali ditunjuk karena dipercaya. Ketika tiba saat perang Uhud Mush’ab bin Umair dipercaya sebagai pembawa panji kebesaran Nabi s.a.w.
TANGAN KANAN TERPOTONG
Dengan gagah, perkasa dan bangganya Mush’ab bin Umair membawa panji sebagai lambang kebesaran pasukan Islam menerobos maju dengan sigapnya.
Melihat  lambang kebesaran pasukan Islam berkibar di tangan Mush’ab bin Umair, seorang prajurit kafir : Ibnu Qumai’ah dengan geram dan sadisnya menebas tangan kanan Mush’ab dengan pedangnya hingga lepas terpotong, diikuti derasnya kucuran darah yang memerah, panjipun ikut terpental jatuh terjerembab ke tanah.
TANGAN KIRI TERPOTONG
Walau tangan kanan terpotong disertai kucuran darah begitu derasnya, ......tanpa menghiraukan rasa sakit, berkat kegigihan dan semangat jihadnya Mush’ab dengah sigap mengambil panji dengan tangan kirinya, demi tetap berkibarnya lambang kebesaran umat Islam yang menjadi kebanggaan agamanya.
DENDAM MAKIN MEMBARA
Melihat kegigihan, keteguhan dan kepahlawanan Mush’ab bin Umair dalam memegang panji, dengan darah tetap mengucur deras di tangan kanannya, tidak membuat Ibnu Qumai’ah merasa iba. Justru membuat dendamnya makin membara, kebenciannya makin memuncak. 
Dengan garangnya bagai singa kelaparan, dia meloncat sambil menebaskan pedangnya ke tangan kiri Mush’ab, sehingga tangan kirinya terpental lepas, diikuti derasnya kucuran darah, panjipun terhempas ke tanah.
MENDEKAP PANJI
Walau kedua tangannya terputus, tanpa menghiraukan rasa sakit Mush’ab bin Umair tidak rela membiarkan panji lambang kebesaran pasukan Islam tergeletak di tanah. Sambil terhuyung huyung lemah, namun berkat kekuatan imannya, dengan gigih dan sigapnya Mush’ab memungut kembali panji dengan sisa kedua lengan atasnya yang terus mengucurkan darah, dan .........dengan sigapnya mendekapkan kembali panji kedadanya.
TEGA MEMBIDIK WALAU TAK BERDAYA
Melihat keteguhan dan ketegaran Mush’ab yang menunjukkan jiwa ksatria dalam mempertahankan panji kebesaran agamanya, membuat hati Ibnu Qumai’ah makin panas membara penuh kebencian, tanpa memperdulikan sisa kedua lengan Mush’ab yang terus mengucurkan darah dengan derasnya.  
Ibnu Qumai’ah tanpa rasa iba, lantaran watak kekafirannya, dengan teganya .......membidik dada Mush’ab bin Umair yang lemah tak berdaya dengan anak panahnya.
GUGUR SEBAGAI SYAHID
Sehingga membuat tubuh Mush’ab roboh bergelimang darah, dengan panji melekat di dadanya dalam degapan sisa kedua lengannya, dan ......gugur sebagai prajurit syahid pada tahun 3 H di usia sekitar 40 tahun. Allaahu Akbar.
MIRIP NABI
Begitu tampan wajahnya dan mulia akhlak Mush’ab bin Umair, bahkan sampai penampilannya pun mirip Rasulullah s.a.w., sehingga dengan terbunuhnya Musha’b, Ibnu Qumai’ah  terkecoh dan menyangka telah membunuh Rasulullah s.a.w. sehingga sempat  berteriak dan memaklumkannya kepada khalayak ramai bahwa Nabi s.a.w. telah tewas.
WAFAT DALAM KEMISKINAN
Betapa sederhana kehidupan Mush’ab menjelang akhir hayatnya, sehingga setelah gugur sebagai syahid, para sahabat tidak mendapati harta miliknya, kecuali hanya sekedar sehelai kain loreng, sehingga jika kepalanya ditutup maka bagian kakinya terbuka, jika kakinya ditutup bagian kepalanya nampak terbuka.
Kemudian Rasulullah s.a.w. memerintah para sahabat agar menutup kepala Mush’ab dengan kain, dan menutup bagian kakinya dengan daun idzkhir.
Akhir kehidupan Mush’ab disebutkan sebagaimana hadits Khabbab bin Aratti :
HANYA SELEMBAR KAIN LORENG
“ Bahwa Mush’ab bin Umair terbunuh pada hari perang Uhud, sedang dia tidak meninggalkan sesuatu kecuali sehelai kain loreng, maka kalau kami peruntukkan menutup kepalanya nampaklah kedua kakinya, dan jika kami menutup kakinya nampaklah kepalanya. Kemudian Rasulullah s.a.w. memerintah agar menutupkan pada kepalanya dan agar kakinya kami tutup daun idzkhir “. ( H.R. jama’ah kecuali Ibnu Majah )                                                                        
AYAT BERKENAAN DENGAN MUSH’AB
Dalam sebuah riwayat disebutkan ada ayat yang turun berkenaan dengan sikap Mush’ab sebagaimana ayat tersebut diatas ( Q.S. Al Ahzab 23 ). 
Begitu mulianya akhir kehidupan Mush’ab bin Umair, sehingga turun ayat  berkenaan dengan nilai kebesaran jiwa dan tekadnya dalam mengejar sisa hidupnya sehingga berakhir gugur sebagai syahid. 

                            MUTIARA HADITS
               KEUTAMAAN KALIMAT TASBIH
“ Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.  Yang Maha Suci, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana “.
( Q.S. Al Jum'ah 1 )
Tiap kalimat thoyyibah memiliki spesifikasi, demikian pula dengan kalimat tasbih ( subhaanallaah : Allah Maha Suci ). Bukankah semua yang di langit dan bumi sama bertasbih kepada Nya. Bertasbih artinya me Maha Sucikan Allah, meng Esakan Allah, tidak menyekutukan Nya !.
Begitu tingginya nilai berdzikir dengan kalimat tasbih, sampai Rasulullah s.a.w. menyampaikan : bagi yang membaca 100 kali dalam sehari, akan ditulis baginya 1000 kebaikan atau dihapus 1000 dosanya.     
Dari Sa’d bin Abi Waqqas r.a. berkata : “ Ketika kami berada di hadapan Rasulullah s.a.w. beliau bertanya : “ Apakah masing masing diantara kamu sekalian tidak mampu untuk mengerjakan seribu kebaikan setiap hari ? “. Kemudian salah seorang diantara kami yang sedang duduk itu menanyakan tentang bagaimana mungkin seseorang itu dapat mengerjakan seribu kebaikan. Kemudian beliau bersabda : “ Seorang yang membaca tasbih seratus kali itu dituliskan baginya seribu kebaikan atau dihapuskan baginya seribu dosa “. ( H.R. Muslim )
Dalam melafadzkan kalimat tasbih hendaknya tidak hanya sekedar dibibir saja, tetapi hendaknya dihayati dan diresapi maknanya, sehingga membuahkan sikap mensucikan Allah, meng Esakan Allah, jauh dari sikap menyekutukan Nya !.
Tidak sampai disini saja keutamaanya, bahkan melafadzkan kalimat tasbih termasuk bidang shodaqoh, betapa Murah Allah kepada hamba Nya.            
Dari Abu Dzar r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Pada waktu pagi setiap persendian masing masing kamu harus disedekahi. Setiap tasbih adalah shodaqoh, setiap tahmid adalah shodaqoh, setiap tahlil adalah shodaqoh, setiap takbir adalah shodaqoh, amar ma’ruf ( mengajak kepada kebaikan ) adalah shodaqoh dan nahi munkar ( mencegah kemunkaran ) adalah shodaqoh. Semuanya itu bisa dicukupkan dengan dua rekaat Dhuha yang dia kerjakan “. ( H.R. Muslim )
Karena tiap persendian merupakan karunia Nya, maka sebagai seorang hamba hendaknya pandai mensyukuri dengan selalu aktif berdzikir dan melaksanakan sholat dhuha. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar