BERBAGAI
MACAM MATI SYAHID
“ Janganlah kamu
mengira bahwa orang orang
yang gugur di jalan Allah itu mati,
bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki “.
( Q.S. Ali Imran 169 )
Begitu
mulianya mati syahiid di medan perang demi membela kalimat Tauhid ( laa ilaaha illallaah ), sehingga
walau nampak mati namun sudah diberi kehormatan dengan tetap hidup dan diberi
rizki, namun karena keterbatasan manusia tidak ada yang tahu cara hidup mereka.
Bahkan begitu terhormatnya mati
syahid, sampai ketika gugur tidak perlu dimandikan dan dikafan. Bayangkan bila
harus dimandikan dan dikafan, betapa sibuk mengurusnya, sebab yang gugur begitu
banyak jumlahnya, jelas akan menyita waktu, tenaga dan mengurangi kewaspadaan dan
kesiagaan. Bukankah waktu itu kaum Muslimin sedang sibuk berlaga dengan musuh.
Begitu praktis dan mudah ajaran Islam dalam menyikapi situasi yang demikian gawat ini, sehingga tidak merepotkan
umatnya, tuntunan ini sangat sesuai sebagaimana misi yang diemban Rasulullah
s.a.w.
“ Dan tiadalah Kami
mengutus kamu ( Muhammad ), melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam “. ( Q.S. Al Anbiyaa’107 )
MACAM MATI
SYAHID
Karena murahnya
Allah terhadap hamba Nya, selain mati syahid di medan perang ada lagi mati
syahid seperti yang disampaikan Rasulullah s.a.w. :
Dari Abu Hurairah r.a. berkata : ” Rasulullah s.a.w.
bersabda : “ Macam macam orang yang mati syahid itu ada lima, yaitu orang yang
mati karena tha’un ( wabah ), sakit perut, tenggelam, gempa bumi dan orang yang
mati sewaktu berjuang pada jalan Allah “. ( H.R. Bukhari dan Muslim )
Karena begitu
menderitanya terserang wabah, sakit perut, tenggelam, dilanda gempa bumi dan
berjuang di jalan Allah, sehingga kematian mereka dihargai sebagai mati syahid.
Perbedaannya, mati syahid yang tidak karena peperangan, tetap dimandikan dan
dikafan.
MEMPERTAHANKAN HARTA
Karena
luasnya ajaran agama, Islam tidak hanya mengajarkan tentang ke akhertan saja,
tetapi diajarkan pula masalah ke duniawian, bukankah dalam ber badah pasti tak
lepas dari biaya : Perlengkapan sholat, infaq, zakat, apalagi menunaikan ibadah
haji. Demikian pula masalah umat : Rumah ibadah, bidang pendidikan ( sekolah,
perguruan tinggi ), bidang sosial dan sebagainya.
Dengan demikian masalah dunia
tidak bisa dikesampingkan, agar ibadah dan keduniawian lebih sempurna dan
sejahtera.
“ Dan carilah pada apa
yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang orang
yang berbuat kerusakan “. ( Q.S. Al Qashash 77 )
JANGAN DZALIM
Dalam
mencari harta agama Islam menekankan agar ditempuh dengan cara cara yang baik, “ jangan
mendzalimi “ : Menipu, curang,
khianat, dusta, memalsu dan sebangsanya. Dalam mencari rizki ditanamkan prinsip
“ saling meridloi “. Dengan demikian
akan diperoleh rizki yang halal dan
barokah !.
Atas dasar
inilah agama Islam sangat menghargai
harta seorang Muslim, sehingga yang mati dalam membela hartanya dihukumi
mati syahid !!!.
Dari
‘Abdullah bin Al ‘Ash r.a. berkata : “ Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Barang
siapa yang terbunuh karena mempertahankan hartanya maka ia adalah mati syahid
“. (
H.R. Bukhari dan Muslim )
Bahkan
lebih rinci lagi dijelaskan Rasulullah s.a.w. tentang posisi orang Islam yang
mempertahankan hartanya ( yang haq ).
Dari
Abu Hurairah r.a. berkata : “ Ada seorang datang kepada Rasulullah s.a.w. dan
bertanya : “ Wahai Rasulullah bagaimana pendapat tuan seandainya ada seseorang
yang datang dengan maksud untuk merampas harta saya ? “. Beliau menjawab
janganlah kamu berikan hartamu kepadanya “. Dia bertanya : “ Bagaimana Kalau
dia menyerang saya ? “, beliau menjawab : “ Seranglah dia ! “, dia bertanya : “
Bagaimana kalau dia membunuh saya ? “. Beliau menjawab : “ Maka kamu adalah
mati syahid “, dia bertanya : “ Bagaimana kalau saya membunuhnya ? “. Beliau
menjawab dia berada dalam neraka “. ( H.R. Muslim )
Begitu jelas dan tegasnya beliau
mengajarkan sikap seorang Muslim dalam membela hartanya yang diperoleh dengan
cara haq, sehingga bila mati dihukumi syahid. Bahkan bila membela hartanya
sehingga si perampok terbunuh, si perampok masuk neraka, demikian hinanya yang
mencari harta dengan cara bathil ( haram / dzalim ) disisi Allah !.
MEMPERTAHANKAN HARTA, DIRI, AGAMA DAN KELUARGA
Begitu luas
dan murah Nya Allah dalam menghargai kebaikan hamba Nya, sehingga adalagi yang
dihargai sebagai mati syahid yakni : Mempertahankan harta, mempertahankan diri,
mempertahankan agama dan mempertahankan keluarganya.
Dari
Abul A’war Sa’id bin Zaid bin ‘Amar bin Nufail r.a. ( salah seorang diantara
sepuluh orang yang dipastikan masuk syurga ) berkata : ” Saya mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Barang siapa yang terbunuh karena mempertahankan
hartanya maka dia adalah mati syahid, barang siapa yang terbunuh karena
mempertahankan darah ( dirinya ) maka ia adalah mati syahid, barang siapa yang
terbunuh karena mempertahankan agamanya maka dia adalah mati syahid, dan barang
siapa yang terbunuh karena mempertahankan keluarganya maka dia adalah mati
syahid “. ( H.R. Abu Dawud dan At Turmudzy )
Senyampang nyawa masih dikandung
badan, mari mengisi hidup dengan kebaikan, tinggalkan kedzaliman, sehingga bila
maut datang menjelang, semoga kematian dalam keadaan khusnul khotimah yang
menyenangkan, Amin.
KISAH TAULADAN
MU’ADZ BIN JABAL R.A. YANG CERDAS
Nama lengkap
Mu’adz bin jabal bin Amr bin Aus Al Anshari Al Khazraji, biasa dipanggil Abu
Abu Abdurrahman, dilahirkan tahun 20 sebelum Hijrah. Sempat ikut dalam Bai’at
Aqabah II.
Salah satu diantara enam sahabat
yang hafal Al Quran di masa Nabi s.a.w. . Ikut dalam perang Badar dan
peperangan lainnya.
Berwajah tampan, berwibawa,
cerdas, dermawan, manis tutur katanya, dalam majlis tidak suka memulai
berbicara kecuali bila ada yang bertanya, ketika berbicara dari lisannya seolah
muncul cahaya dan mutiara.
Nabi s.a.w. pernah mengutusnya ke
Yaman sebagai hakim dan guru bagi penduduk setempat. Dalam sepucuk surat yang
dibawanya, Nabi s.a.w. bersabda : “ Aku utus kepada kalian orang terbaik dari
keluargaku “.
Sebelum berangkat Nabi s.a.w.
bertanya : “ Dengan dasar apa engkau memutuskan perkara wahai Mu’adz ? “.
Mu’adz r.a. menjawab : “ Dengan kitab Allah ( Al Quran ) “, Nabi s.a.w.
bertanya lagi : “ Jika engkau tidak menjumpai dalam kitab Allah ? “, Mu’adz
r.a. menjawab : “ Aku putuskan berdasar Sunnah Rasulullah “, beliau bertanya :
“ Jika engkau tidak menjumpai dalam sunnah Rasulullah ? “, Mu’adz r.a. menjawab
: “ Aku akan berijtihad dengan memaksimalkan akal fikiranku “. Maka Rasulullah
s.a.w. membenarkan jawaban Mu’adz r.a. dan bersabda : “ Segala puji hanya bagi
Allah yang telah memberikan petunjuk Nya kepada utusan Rasulullah “.
Rasulullah s.a.w. pernah
menyampaikan : “ Orang yang paling
mengerti tentang perkara halal dan haram diantara ummatku adalah Mu’adz bin
jabal “. Bahkan beliau pernah bersabda : “ Mu’adz bin Jabal adalah pemimpin
para ‘Ulama di hari qiamat nanti “. Suatu hari Rasulullah s.a.w. berkata kepada
Mu’adz : “ Wahai Mu’adz, demi Allah aku benar benar mencintaimu, setiap selesai
sholat janganlah engkau lupa mengucapkan : “
Ya Allah berilah pertolongan kepada hamba Mu, guna senantiasa mengingat Mu, dan
beribadah dengan baik kepada Mu “.
Umar bin Al Khaththab r.a. mengapresiasi
tentang kepribadian Mu’adz : “ Jika
tidak ada Mu’adz celakalah Umar “. Walau Umar sahabat terdekat Nabi s.a.w.
tetapi sering mengajak Mu’adz bermusyawarah dan meminta pendapatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar