Jumat, 12 September 2014

BERBAGAI MACAM MATI SYAHID




BERBAGAI MACAM MATI SYAHID
ƒ  
“ Janganlah kamu mengira bahwa orang orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki
( Q.S. Ali Imran 169 )

Begitu mulianya mati syahiid di medan perang demi membela kalimat  Tauhid ( laa ilaaha illallaah ), sehingga walau nampak mati namun sudah diberi kehormatan dengan tetap hidup dan diberi rizki, namun karena keterbatasan manusia tidak ada yang tahu cara hidup mereka.
Bahkan begitu terhormatnya mati syahid, sampai ketika gugur tidak perlu dimandikan dan dikafan. Bayangkan bila harus dimandikan dan dikafan, betapa sibuk mengurusnya, sebab yang gugur begitu banyak jumlahnya, jelas akan menyita waktu, tenaga dan mengurangi kewaspadaan dan kesiagaan. Bukankah waktu itu kaum Muslimin sedang sibuk berlaga dengan musuh.
Begitu praktis dan mudah ajaran Islam dalam menyikapi situasi yang demikian gawat ini, sehingga tidak merepotkan umatnya, tuntunan ini sangat sesuai sebagaimana misi yang diemban Rasulullah s.a.w.
“ Dan tiadalah Kami mengutus kamu ( Muhammad ), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. ( Q.S. Al Anbiyaa’107 )
MACAM MATI SYAHID
Karena murahnya Allah terhadap hamba Nya, selain mati syahid di medan perang ada lagi mati syahid seperti yang disampaikan Rasulullah s.a.w. :
Dari Abu Hurairah r.a. berkata : ” Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Macam macam orang yang mati syahid itu ada lima, yaitu orang yang mati karena tha’un ( wabah ), sakit perut, tenggelam, gempa bumi dan orang yang mati sewaktu berjuang pada jalan Allah “. ( H.R. Bukhari dan Muslim )
Karena begitu menderitanya terserang wabah, sakit perut, tenggelam, dilanda gempa bumi dan berjuang di jalan Allah, sehingga kematian mereka dihargai sebagai mati syahid. Perbedaannya, mati syahid yang tidak karena peperangan, tetap dimandikan dan dikafan.
MEMPERTAHANKAN HARTA
Karena luasnya ajaran agama, Islam tidak hanya mengajarkan tentang ke akhertan saja, tetapi diajarkan pula masalah ke duniawian, bukankah dalam ber badah pasti tak lepas dari biaya : Perlengkapan sholat, infaq, zakat, apalagi menunaikan ibadah haji. Demikian pula masalah umat : Rumah ibadah, bidang pendidikan ( sekolah, perguruan tinggi ), bidang sosial dan sebagainya.
Dengan demikian masalah dunia tidak bisa dikesampingkan, agar ibadah dan keduniawian lebih sempurna dan sejahtera.
“ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang berbuat kerusakan. ( Q.S. Al Qashash 77 )
JANGAN DZALIM
Dalam mencari harta agama Islam menekankan agar ditempuh dengan cara cara yang baik, jangan mendzalimi : Menipu, curang, khianat, dusta, memalsu dan sebangsanya. Dalam mencari rizki ditanamkan prinsip saling meridloi. Dengan demikian akan diperoleh rizki yang halal dan barokah !. 
Atas dasar inilah agama Islam sangat menghargai harta seorang Muslim, sehingga yang mati dalam membela hartanya dihukumi mati syahid !!!.
Dari ‘Abdullah bin Al ‘Ash r.a. berkata : “ Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Barang siapa yang terbunuh karena mempertahankan hartanya maka ia adalah mati syahid “. ( H.R. Bukhari dan Muslim )
Bahkan lebih rinci lagi dijelaskan Rasulullah s.a.w. tentang posisi orang Islam yang mempertahankan hartanya ( yang haq ).
Dari Abu Hurairah r.a. berkata : “ Ada seorang datang kepada Rasulullah s.a.w. dan bertanya : “ Wahai Rasulullah bagaimana pendapat tuan seandainya ada seseorang yang datang dengan maksud untuk merampas harta saya ? “. Beliau menjawab janganlah kamu berikan hartamu kepadanya “. Dia bertanya : “ Bagaimana Kalau dia menyerang saya ? “, beliau menjawab : “ Seranglah dia ! “, dia bertanya : “ Bagaimana kalau dia membunuh saya ? “. Beliau menjawab : “ Maka kamu adalah mati syahid “, dia bertanya : “ Bagaimana kalau saya membunuhnya ? “. Beliau menjawab dia berada dalam neraka “. ( H.R. Muslim )         
Begitu jelas dan tegasnya beliau mengajarkan sikap seorang Muslim dalam membela hartanya yang diperoleh dengan cara haq, sehingga bila mati dihukumi syahid. Bahkan bila membela hartanya sehingga si perampok terbunuh, si perampok masuk neraka, demikian hinanya yang mencari harta dengan cara bathil ( haram / dzalim ) disisi Allah !.  
MEMPERTAHANKAN HARTA, DIRI, AGAMA DAN KELUARGA
Begitu luas dan murah Nya Allah dalam menghargai kebaikan hamba Nya, sehingga adalagi yang dihargai sebagai mati syahid yakni : Mempertahankan harta, mempertahankan diri, mempertahankan agama dan mempertahankan keluarganya.
Dari Abul A’war Sa’id bin Zaid bin ‘Amar bin Nufail r.a. ( salah seorang diantara sepuluh orang yang dipastikan masuk syurga ) berkata : ” Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Barang siapa yang terbunuh karena mempertahankan hartanya maka dia adalah mati syahid, barang siapa yang terbunuh karena mempertahankan darah ( dirinya ) maka ia adalah mati syahid, barang siapa yang terbunuh karena mempertahankan agamanya maka dia adalah mati syahid, dan barang siapa yang terbunuh karena mempertahankan keluarganya maka dia adalah mati syahid “. ( H.R. Abu Dawud dan At Turmudzy )
 Senyampang nyawa masih dikandung badan, mari mengisi hidup dengan kebaikan, tinggalkan kedzaliman, sehingga bila maut datang menjelang, semoga kematian dalam keadaan khusnul khotimah yang menyenangkan, Amin.


    KISAH TAULADAN
  MU’ADZ BIN JABAL R.A. YANG CERDAS
Nama lengkap Mu’adz bin jabal bin Amr bin Aus Al Anshari Al Khazraji, biasa dipanggil Abu Abu Abdurrahman, dilahirkan tahun 20 sebelum Hijrah. Sempat ikut dalam Bai’at Aqabah II.
Salah satu diantara enam sahabat yang hafal Al Quran di masa Nabi s.a.w. . Ikut dalam perang Badar dan peperangan lainnya.
Berwajah tampan, berwibawa, cerdas, dermawan, manis tutur katanya, dalam majlis tidak suka memulai berbicara kecuali bila ada yang bertanya, ketika berbicara dari lisannya seolah muncul cahaya dan mutiara.
Nabi s.a.w. pernah mengutusnya ke Yaman sebagai hakim dan guru bagi penduduk setempat. Dalam sepucuk surat yang dibawanya, Nabi s.a.w. bersabda : “ Aku utus kepada kalian orang terbaik dari keluargaku “.
Sebelum berangkat Nabi s.a.w. bertanya : “ Dengan dasar apa engkau memutuskan perkara wahai Mu’adz ? “. Mu’adz r.a. menjawab : “ Dengan kitab Allah ( Al Quran ) “, Nabi s.a.w. bertanya lagi : “ Jika engkau tidak menjumpai dalam kitab Allah ? “, Mu’adz r.a. menjawab : “ Aku putuskan berdasar Sunnah Rasulullah “, beliau bertanya : “ Jika engkau tidak menjumpai dalam sunnah Rasulullah ? “, Mu’adz r.a. menjawab : “ Aku akan berijtihad dengan memaksimalkan akal fikiranku “. Maka Rasulullah s.a.w. membenarkan jawaban Mu’adz r.a. dan bersabda : “ Segala puji hanya bagi Allah yang telah memberikan petunjuk Nya kepada utusan Rasulullah “.
Rasulullah s.a.w. pernah menyampaikan :Orang yang paling mengerti tentang perkara halal dan haram diantara ummatku adalah Mu’adz bin jabal “. Bahkan beliau pernah bersabda : “ Mu’adz bin Jabal adalah pemimpin para ‘Ulama di hari qiamat nanti “. Suatu hari Rasulullah s.a.w. berkata kepada Mu’adz : “ Wahai Mu’adz, demi Allah aku benar benar mencintaimu, setiap selesai sholat janganlah engkau lupa mengucapkan : Ya Allah berilah pertolongan kepada hamba Mu, guna senantiasa mengingat Mu, dan beribadah dengan baik kepada Mu “.
Umar bin Al Khaththab r.a. mengapresiasi tentang kepribadian Mu’adz  : “ Jika tidak ada Mu’adz celakalah Umar “. Walau Umar sahabat terdekat Nabi s.a.w. tetapi sering mengajak Mu’adz bermusyawarah dan meminta pendapatnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar