Rabu, 24 September 2014

BAHAYA RIYA



                                          BAHAYA RIYA

" Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam ( menjalankan ) agama yang lurus ( jauh dari mempersekutukan Allah dan jauh dari kesesatan ), dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian Itulah agama yang lurus ". ( Q.S. Al Bayyinah 5 )

Agama mengajarkan dalam beribadah agar ikhlas karena Allah semata, bukan karena yang lain !. Ikhlas artinya murni karena Allah, mengharap pahala dan ampunanNya.
Ibadah yang dilaksanakan karena Allah, akan membuahkan kepuasan dan ketenangan jiwa, karena tidak mengharapkan pujian manusia, baginya dipuji atau tidak sama saja, yang penting hanya mengharap ridlo Allah semata !.
Dalam memberi misalnya, dirinya tak merasa malu walau hanya memberi sesuatu yang sederhana dan sedikit pula,  karena hanya itu yang dipunyainya, yang penting ikhlas !. Beda dengan yang tidak, mau memberi saja pikir pikir, mau memberi bila jumlahnya banyak dan mewah pula, karena takut bila digunjing, kasihan kan ?!, mau memberi saja masih menimbang nimbang pendapat orang.        
Perbuatan yang berlawanan dengan ikhlas adalah riya.
RIYA  
Riya berasal dari bahasa Arab roa ( melihat ), dalam pengertian agama riya adalah : melaksanakan sesuatu perbuatan ( amal ), agar dilihat atau karena manusia, dengan harapan agar mendapat penghargaan dan pujian orang.
Perbuatan riya sangat berbahaya, karena amal yang dilakukannya hanya atas dasar karena ingin dilihat dan dipuji manusia, bukan karena melaksanakan perintah Allah semata. Orang semacam ini sangat disukai orang disekitarnya, khususnya teman dekatnya, karena sangat peduli dan suka memberi, apalagi bila disanjung dan dipuji.
Namun disisi Allah semua yang dilakukannya tiada berarti, karena yang dilakukannya semata mata karena manusia, bukan karena Allah. ".....Mereka bermaksud riya ( melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat ) di hadapan manusia, dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali ". ( Q.S. An Nisa' 142 )
LENYAP TIADA BEKAS
Perbuatan riya dapat membuat orang jadi mengungkit ungkit pemberian yang telah diberikan, sehingga yang diberi jadi sakit hati, dengan mengungkit ungkit ini akan membuat amalnya hilang tak berbekas, sia sia !.
" Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti ( perasaan si penerima ), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih. Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir ( Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat pahala di akhirat ) ". ( Q.S. Al Baqoroh 264 )
TAK DIPERDULIKAN ALLAH
Begitu bencinya Allah pada orang yang tidak ikhlas, sehingga Allah akan meninggalkan dan tak memperdulikannya.
Dari Abu Hurairah r.a. : " Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : " Allah Ta'ala berfirman : " Aku adalah yang paling tidak membutuhkan membutuhkan persekutuan. Barang siapa yang melaksanakan suatu amal dengan mempersekutukan Aku kepada selain Aku, maka Aku akan meninggalkannya dan tidak memperdulikannya ". ( H.R. Muslim )                                                
TIDAK MENDAPAT HARUMNYA SYURGA                          
Demikian pula yang memiliki ilmu, ilmunya tidak dipergunakan untuk mengharap ridlo Allah, hanya untuk mendapatkan kedudukan dan mendapatkan kekayaan duniawi, maka kelak tidak akan dapat mencium baunya syurga.                                                  
Dari Abu Hurairah r.a. berkata :  " Rasulullah s.a.w. bersabda : " Barang siapa yang mempelajari ilmu ( agama ) yang seharusnya hanya untuk mencari ridlo Allah 'Azza wajalla, tetapi ia tidak mempelajarinya melainkan untuk mendapatkan kedudukan / kekayaan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan harumnya syurga pada hari qiyamat ". ( H.R. Abu Dawud )                                          
PUJIAN SEBAGAI KABAR GEMBIRA
Pujian terhadap orang yang beramal dengan ikhlas, merupakan vorsckot, merupakan kabar pendahulu dari kegembiraan yang akan diterimanya kelak diakherat.  
Dari Abu Dzar r.a. berkata  : " Rasulullah s.a.w. pernah ditanya : " Bagaimana pendapat tuan seandainya ada seorang yang mengerjakan kebaikan kemudian ia dipuji oleh orang banyak ? ". Beliau menjawab : " Yang demikian itu adalah sebagai pendahulu kabar bagi seorang muslim ". ( H.R. Muslim )                                 
BAHAYA RIYA
Begitu bahayanya perbuatan tidak ikhlas, sehingga dalam melaksanakan amal hanya atas dasar riya semata, sehingga kelak berahir masuk kedalam neraka. 
Dibawah ini riwayat yang cukup tajam dan bakal terjadi kelak pada hari kebangkitan ( qiamat ) yang disampaikan Rasulullah s.a.w.
Dari Abu Hurairah r.a. berkata : " Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : " Sesungguhnya manusia yang pertama kalinya diputuskan nanti pada hari qiyamat seorang yang mati syahid, dimana ia dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya serta ia pun mengakuinya, kemudian ditanya : " Dipergunakan untuk apa nikmat itu ? ". Ia menjawab : " Saya berjuang pada jalan-Mu sehingga saya mati syahid ". Allah berfirman : " Kamu bohong, kamu berjuang agar dikatakan sebagai pemberani, dan hal itu sudah diakui ". Kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret orang itu sampai akhirnya ia dilemparkan ke dalam neraka. 
Kedua, seseorang yang belajar dan mengajar serta suka membaca Al Qur'an dimana ia dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya serta ia pun mengakuinya, kemudian ditanya : " Dipergunakan untuk apa nikmat itu ? ". Ia menjawab : " Saya pergunakan untuk belajar dan mengajar Al Qur'an, serta saya suka membaca Al Qur'an untuk-Mu ". Allah berfirman : " Kamu bohong, kamu belajar Al Qur'an agar dikatakan sebagai orang yang pandai, dan kamu suka membaca Al Qur'an agar dikatakan sebagai Qori', dan hal itu sudah diakui ". Kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret orang itu sampai akhirnya ia dilemparkan ke dalam neraka. 
Ketiga, seseorang yang dilapangkan rizkinya dan dikaruniai berbagai macam kekayaan dimana ia dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya serta ia pun mengakuinya, kemudian ditanya : " Dipergunakan untuk apa nikmat itu ? ". Ia menjawab : " Semua jalan (usaha) yang Engkau sukai agar dibantu maka saya pasti membantunya karena Engkau ". Allah berfirman : " Kamu bohong, kamu berbuat seperti itu agar dikatakan sebagai orang yang pemurah ( sosial ), dan hal itu sudah diakui ". Kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret orang itu sampai akhirnya ia dilemparkan ke dalam neraka ". ( H.R. Muslim).                                                                                             

  
MUTIARA HADITS
HAMPIR SAJA KESYURGA
         Begitu pentingnya menjaga kontinuitas ( dawam ) dalam beramal, sehingga kelak dalam mengakhiri hidup dalam keadaan masih tetap beriman.
     Mengapa ?, karena Nabi s.a.w. memberikan warning bahwa ada orang yang semula beramal baik namun di akhir kehidupannya beramal jelek, sehingga diputuskan Allah menjadi ahli neraka !. 
      Dalam hadits Ibnu Mas'ud diriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : " Sesungguhnya ada dari kalian orang yang melakukan amal perbuatan yang mendekatkannya kesyurga sedekat satu hasta, namun takdirnya berubah karena ia melakukan perbuatan yang dilakukan oleh para penghuni neraka ( su'ul khotimah ). 
  Ada juga yang melakukan perbuatan yang mendekatkannya kepada neraka sedekat satu hasta, namun takdirnya berubah karena ia melakukan perbuatan yang dilakukan para penghuni syurga ( khusnul khotimah ) ". ( H.R Bukhori Muslim )
   Maka bagi yang sejak muda aktif melakukan amal sholih hendaklah selalu berhati hati, dalam menjaga ibadahnya, jangan sampai lengah dan tergelincir ke dalam kemaksiatan.    Agar kelak bisa berakhir menutup usia dengan khusnul khotimah ( akhir yang baik ).
  Adapun terhadap orang yang masih dan suka berbuat maksiat, jangan menvonis bahwa dia ahli neraka. Siapa tahu mungkin di akhir hidupnya mendapat hidayah dan mengakhiri hidup dengan beramal sholih, sehingga menjadi ahli syurga.
    Sikap terbaik bukan memvonis tetapi mendo'akannya, dengan demikian dalam jiwa tertanam rasa keperdulian dan rasa kasih sayang, bukan merasa paling suci, sehingga menganggap dirinya paling benar dan suka meremehkan manusia, 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar