Rabu, 10 September 2014

GUBERNUR MISKIN




GUBERNUR MISKIN   

Hai orang orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu ”.
( Q.S. Al Hujurat 6 )
        Khalifah Umar bin Khoththob mengutus Umair bin Sa’ad untuk menjadi gubernur Himsha, namun setelah menunaikan tugas selama satu tahun, Umar tidak pernah mendapat laporan dari Umair bin Sa’ad sedikit pun.
KARENA CURIGA DIPANGGIL 
 Kemudian Umar meminta kepada sekretarisnya : “ Tulislah surat untuk Umair, demi Allah dia telah menghianati kita ! “.Surat tersebut berbunyi : “ Jika engkau telah menerima suratku ini, maka segeralah menghadap membawa pajak kaum Muslimin, langsung setelah engkau melihat surat ini ! “. 
     Setelah membaca surat, ia segera mengemasi barangnya, dengan  memanggul perlengkapan ia berangkat dengan berjalan kaki dari Himsha ke Madinah.
MENGHADAP KHALIFAH
       Ketika sampai di Madinah wajah Umair nampak pucat dan lusuh dengan rambutnya yang panjang, kemudian menghadap Khalifah dengan mengucapkan salam. Khalifah Umar menjawabnya dan bertanya : “ Bagaimana kabarmu ? “.
    Umair menjawab : “ Sebagaimana yang anda lihat, bukankah badanku sehat, darahku suci, aku membawa kebaikan isi dunia “. Khalifah Umar bertanya : “ Apa yang kau bawa ? “. Umair menjawab : “ Aku membawa kantung kulit, tas tempat membawa bekal perjalananku, mangkuk besar yang kupergunakan untuk makan dan sebagai tempat air ketika mandi atau mencuci pakaian, ember tempat aku membawa air wudlu dan air minumku dan tongkat yang aku pergunakan bersandar atau melawan musuh jika sewaktu waktu bertemu, demi Allah sesungguhnya tiada barang dunia kecuali yang aku bawa bersama bawaanku “.
JALAN KAKI
        Umar bertanya : “ Kamu datang kemari dengan berjalan ? “. Umair menjawab : “ Betul “, Umar bertanya : “ Apakah tidak ada orang yang memberi kendaraan  kepadamu untuk engkau tunggangi ? “. Umair menjawab : “ Mereka tidak memberi karena aku tidak memintanya “. Umar berkata : “ Mereka adalah seburuk buruk orang Islam “.
    Umair berkata : “ Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah melarangmu menggunjing, padahal aku melihat mereka senantiasa melaksanakan sholat subuh “.
MINTA LAPORAN
    Umar berkata : “ Kemudian mana laporanmu, dan apa yang telah engkau lakukan ? “. Umair menjawab : “ Apa maksud pertanyaanmu wahai Amirul Mukminin ? “.
      Umar mengucapkan : “ Subhaanallah “. Umair menjawab : “ Jika aku tdak hawatir membuatmu sedih, aku tidak akan melaporkan kepadamu. Engkau mengutusku ke suatu wilayah, kemudian aku mengumpulkan orang orang sholih dan memungut pajak dari mereka, jika telah telah terkumpul, aku bagikan kepada yang berhak. Kalau engkau berhak menerima bagiannya pasti aku akan membawakan untukmu “.
MENOLAK JABATAN
Umar berkata : “ Kemudian engkau datang tidak membawa sesuatu ? “.
Umair menjawab : “ Tidak ! “. Umar berkata : “ Perpanjanglah masa tugas Umair ! “. Umair berkata : “ Sesungguhnya tugas ini tidak saya terima. Demi Allah dengan jabatan tersebut aku tidak selamat. Telah aku sampaikan kepada staffku Allah merendahkan martabatmu wahai Umair, dengan jabatan itu apakah engkau tawarkan lagi jabatan kepadaku wahai Umar ?, sesungguhnya hariku yang paling tidak menguntungkan adalah saat aku menjadi wakilmu “. Kemudian dia mohon izin pulang.
Seorang perawi berkata : “ Jarak antara Himsha dan Madinah adalah beberapa mil “. Ketika Umair pulang, Umar berkata : “ Sepertinya Umair menghianati kami ! “.
MENYELIDIKI
Kemudian Khalifah Umar mengutus seorang ajudan bernama Al Harits dan dibekali uang 100 dinar, Umar berpesan : ” Pergilah ke rumah Umair, usahakan engkau menginap di rumahnya sebagai tamu, apabila engkau melihat bukti bukti kekayaan, kembalilah, namun jika kondisinya memprihatinkan berika uang 100 dinar kepadanya ! “.
Kemudian Al Harits berangkat ke Himsha, sesampai di kediaman Umair, ia melihat Umair menyulam jubahnya, Al Harits mengucapkan salam kepadanya, kemudian Umair berkata : “ Mampirlah kemari semoga Allah mencurahkan kasih sayangnya kepadamu, Umair bertanya : “ Dari mana anda datang ? “, dia menjawab : “ Dari Madinah “. Umair bertanya : “ Bagaimana keadaan Amirul Mukminin ? “. Al Harits menjawab : “ Baik baik saja “. Umair bertanya : ” Bagaimana kondisi Umat Islam ? “, dia menjawab : “ Mereka baik baik saja “. 
Umair bertanya : “ Bukankah Khalifah akan menegakkan hukuman ? “, dia menjawab : “ Sudah, bahkan beliau memukul putranya yang melakukan pelanggaran, sampai meninggal dunia karena kerasnya pukulan “.
Umair berkata : “ Ya Allah tolonglah Umar sesungguhnya aku tidak mengenalnya, kecuali ia seorang yang tegas karena kecintaannya kepada Mu “.
SANGAT MISKIN
Al Harits tinggal di rumah Umair selama tiga hari, Umair tidak memiliki bahan makanan kecuali sedikit gandum, mereka sengaja menyisihkan untuk menjamu tamu. 
Suatu saat Umair berkata : “ Kamu tinggal disini tetapi kami tidak mampu melayani dengan baik, jika ingin pergi silahkan “.
MENOLAK PEMBERIAN
Kemudian Al harits memberikan uang dinar sambil berkata : “ Uang ini pemberian Khalifah, pergunakan menurut kebutuhanmu “. Umair berteriak sambil berkata : “ Saya tidak membutuhkan uang ini, kembalikan ! “.
Isteri Umair berkata : “ Jika engkau membutuhkan ambillah, jika tidak berikan kepada yang berhak ! “. Umair berkata : “ Aku tidak mempunyai kepentingan dengan uang ini ! “. Kemudian isterinya merobek jubah bawahnya dan diberikan pada Umair sebagai tempat uang, setelah Umair memasukkan uang kedalam kain, ia langsung pergi guna dibagikan ke anak anak yatim para syuhada perang dan fakir miskin.
Selanjutnya Umair berkata : “ Aku kirim salam kepada Amirul mukminin “.
Sesampai Al Harits menghadap khalifah, diceritakan tentang penderitaan Umair. kemudian Umar bertanya : “ Bagaimana ia menggunakan uang ? “, Al Harits menjawab : “ Aku tidak tahu “. Kemudian Umar menulis surat : “ Jika surat ini sampai kepadamu jangan engkau letakkan dari tanganmu kecuali engkau segera manghadapku ! “.
DICECAR PERTANYAAN
Kemudian Umair segera memenuhi panggilan dan menghadap Kahlifah, Umar bertanya : “ Apa yang kau lakukan dengan uang tersebut ? “. Umair menjawab : “ Terserah aku bagaimana aku memanfaatkannya, mengapa engkau menanyakan uang itu ? ”, Umar menjawab : “ Aku mohon kepadamu berikan laporan penggunaan uang dinar itu ! “. Umair menjawab : “Kupergunakan untuk diriku “. Umar menjawab : “ Semoga Allah mencurahkan kasih sayangnya kepadamu “.
Kemudian Umar memerintahkan agar dibekali tepung, makanan dan dua potong pakaian. Umair berkata : “ Jika berupa makanan aku tak membutuhkan, karena di rumahku ada dua sho’ gandum, namun untuk pakaian kuperuntukkan ummu fulan “.
Tidak berselang lama Umair meninggal, beritanya sampai ke Khalifah Umar, ia merasa terpukul dan sedih, kemudian beliau menuju pemakaman Baqi’ul Garqad.
Begitu tinggi ahlak Umair sebagai gubernur, ia lebih mementingkan umat dari pada dirinya, sehingga rela hidup dalam kemiskinan dan kesederhanaan. Allah yarham. 
                      

                             KISAH TAULADAN
DISAYAT DALAM KEADAAN HIDUP
          
 Abu Dzar Al Hafidz berkata : “ Abu Bakar An Nabulisi disiksa hingga mati oleh bani Abid dari bani Fathimiyyah, disalib karena berpegang pada As Sunnah. Aku mendengar Ad Daraquthni sering menyebut namanya kemudian menangis, ketika itu beliau menceritakan : “ Ketika Abu Bakar An Nabulisi disayat, beliau membaca ayat  “ : “ Tak ada suatu negeripun ( yang durhaka penduduknya ), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami adzab ( penduduknya ) dengan adzab yang sangat keras. yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab ( Lauh Mahfuzh ).  ( Q.S. Al Isra’ 58 )
 Abdul Faraj bin Al Faraj berkata : “ Jauhar komandan tentara Abu Tamim yang memerintah Mesir menggelar sidang atas terdakwa Abu Bakar An Nabulisi, ketika itu ia baru pulang dari Akwakh, dia berkata : “ Telah sampai berita kepadaku, bahwa kamu pernah berkata : “ Jika sesorang memiliki 10 anak panah, ia wajib membidikkan 1 anak panah ke bangsa Rumawi dan 9 anak panah kepada kelompok kami “.
An Nabulisi membantah : “ Aku tidak berkata demikian, tetapi aku mengatakan, seorang yang memiliki 10 anak panah, ia wajib membidikkan 9 anak panah pada kalian dan anak panah yang ke 10 juga dibidikkan pada kalian “. Karena kalian telah merubah agama yang benar, kalian membunuh orang orang sholih, kalian mengaku memiliki Nur Ilahiyah ! “. Maka An Nabulisi langsung ditikam dan dipukuli, kemudian diperintahkan se orang Yahudi untuk menyayat nyayatnya.
Ma’mar bin Ahmad bin Ziyad As Shufi berkata : “ Telah sampai kabar kepadaku yang bisa dipercaya, bahwa Abu Bakar An Nabuisi disayat dari kepala pada bagian rambutnya dan dibelah sampai ke arah bagian wajah, sementara itu Abu bakar senantiasa berdzikir dan bersabar, hingga sayatan sampai pada bagian dadanya. 
Pada waktu itu orang Yahudi yang menyayat merasa kasihan, kemudian Abu bakar langsung ditikam tepat pada rongga hatinya hingga meninggal.
Demikian juga sampai kabar kepadaku ( Ma’mar bin Ahmad bin Ziyad ash Sufi )  bahwa Abu Bakar adalah seorang Imam ahli hadist dan fiqih, sepanjang hidupnya suka berpuasa, terpandang di mata semua orang.
Ketika tubuh beliau disayat terdengar suara bacaan Al Quran dari jasad beliau.         

2 komentar: