BILA SUNNATULLAH DIABAIKAN
“ Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber sumber air di bumi... “. ( Q.S. Az Zumar 21 )
“ Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber sumber air di bumi... “. ( Q.S. Az Zumar 21 )
Pada pertengahan bulan Januari
2013, kota jakarta dilanda banjir hampir merata, disebabkan curah hujan cukup tinggi
dan meluapnya air sungai Ciliwung. Sehingga kampung kampung terendam air,
penduduk sama mengungsi karena permukaan air hampir menyentuh atap rumah.
Ironoisnya
walau dalam keadaan hujan dan terendam air, namun terjadi juga kebakaran yang
disebabkan karena warga yang tidak mau mengungsi dan menyalakan api dirumahnya,
karena tiada aliran listrik.
Karena
besarnya luapan air, jalan protokolpun ikut terendam, lalu lintas lumpuh total,
sampai aktifitas K.P.K. ikut terhambat lantaran lalu lintas terputus, bahkan
halaman istana negarapun ikut terendam air.
Guna
mengatasi penduduk yang terendam banjir, para prajurit A.B.R.I dan team S.A.R.
pun dikerahkan dengan prahu karetnya guna mengevakuasi para penduduk.
Demikian
pula para pejabat sama sibuk mengatur strategi untuk mengatasi banjir yang
demikian ganas ini.
Sebagian masyarakat
ada yang menonton luapan air bah diatas jembatan penyeberangan, sambil menanti
dan berharap kepada Yang Maha Kuasa agar air sungai surut dan air hujan mereda.
PENYEBAB
Diantara
penyebab banjir karena tingginya curah hujan dan meluapnya air sungai Ciliwung,
dan......sampah yang memenuhi sungai. Dengan adanya banjir ini siapakah yang salah,
apakah “ Curah hujan dan sungai Ciliwung
? “. Jika alibi ini yang dipakai sebagai alasan, jelas menunjukkan cara berfikir
yang rendah dan lemah !.
SEIMBANG
Bukankah dalam mencipta alam Allah
sudah mengatur Nya secara seimbang.
“
Yang
telah menciptakan tujuh langit berlapis lapis. kamu sekali kali
tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.
Maka lihatlah berulang ulang,
adakah
kamu lihat
sesuatu yang tidak seimbang ? “. ( Q.S. Al Mulk 3 )
Demikain
pula darat dan lautan dicipta dan diatur Nya secara seimbang, luas darat dan
lautan diatur Nya berbanding 1 : 3, cukup sempurna ciptaan Nya. Dengan
keseimbangan ini, menjadikan iklim yang ada di planet bumi teratur dan membuat
makhluk penghuninya bisa hidup aman dan nyaman.
Karena
pandai Nya Sang Pencipta diatur Nya pula letak dan garis edar matahari,
sehingga panas dingin silih berganti. Yang jauh dari matahari menjadi dingin (
kutub utara dan selatan ), diciptakan pula makhluk yang tahan dingin ( beruang
kutub ) yang dilengkapi dengan bulu yang tebal agar tahan dingin.
Yang
didaerah katulistiwa ( yang dilewati matahari ) iklim menjadi sub tropis,
sehingga keadaan iklim jadi sedang seperti di Indonesia, dengan demikian segala
tumbuhan bisa tumbuh subur, hewanpun dicipta sesuai dengan lingkungan hidupnya.
Cukup sempurna Allah mecipta dan menata makhluk Nya.
SIAPA
YANG SALAH
Dengan
adanya banjir yang melanda lantas siapa yang salah ?, siapa yang jadi kambing
hitamnya ?. Jika sudah demikian biasanya orang pada lepas tangan, saling cuci
tangan mencari siapa yang salah. Mustinya tak usah repot saling tuduh, yang
terbaik justru kembali saling mengoreksi kesalahan dan kelemahan masing masing
!.
ULAH
MANUSIA
“ Telah nampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar) “. ( Q.S. Ar Rum 41 )
Ternyata
bencana alam yang terjadi disebabkan oleh ulah tangan manusia sendiri, betapa
tidak ?. Manusia dengan semaunya menebang hutan, tanpa mengadakan reboisasi (
menanam pohon kembali ) sehingga air tidak bisa meresap ke tanah dengan baik, berakibat
air mengalir tak terkontrol, karena tidak adanya akar akar pohon yang
menahannya, sehingga menimbulkan banjir bandang .
Menggali
tanah menambang batu bara seenaknya, sehingga permukaan tanah jadi berlubang
cukup dalam, berakibat permukaan tanah jadi tak seimbang !. Sehingga permukaan
di tempat lain jadi slenk ( menurun ), jadi retak dan mengakibatkan gempa.
Mendirikan
berbagai bangunan tanpa memperhitungkan lahan terbuka sebagai resapan air, sehingga air sulit meresap ke
tanah dan menghambat terjadinya cadangan
( tandon ) air tanah. Ditambah lagi kurangnya memperhatikan pembuatan
parit dan gorong gorong sebagai saluran air, sehingga menambah parah dan
sulitnya air mengalir, yang bisa berakibat menimbulkan banjir.
MENGUBAH
NASIB
Banjir dan bencana alam jelas
karena ulah tangan manusia, yang bisa merubah hanya kemballi kepada usaha manusia
untuk merubah nasibnya.
“ .........Sesungguhnya Allah tidak
merobah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya,
dan sekali kali
tak ada pelindung bagi mereka selain Dia “. ( Q.S. Arra’du 11 )
ILMU
DAN AKHLAK
Ilmu saja kiranya tidak cukup
bisa merubah nasib, akhlak harus juga diikut sertakan. Bukankah air selalu menurut
pada ketetapan Allah ( sunnatullah ), dengan pengetahuan tentang ilmu air ( hidrologi ) pasti bisa dikendalikan,
namun karena rendahnya akhlak kebenaran ilmu dikesampingkan, sehingga yang
semestinya tidak boleh didirikan bangunan, karena keroposnya akhlak bangunan bisa
didirikan “ tentunya dengan imbalan
sejumlah uang “.
Hutan
lindung yang semestinya pohonnya tidak boleh ditebang, namun lagi lagi karena
rendahnya akhlak, “ dengan uang pelicin
“ pohon bisa habis ditebang, sehingga hutan jadi jadi gundul dan kering
kerontang.
BAROKAH
Sebenarnya
Indonesia merupakan negara yang cukup kaya, bahkan bisa dan boleh disebut paling makmur, indah dan sejahtera,
mengingat letaknya berada di daerah khatulistiwa, sehingga secara geografis iklimnya
cukup menunjang sehingga hampir segala fauna dan flora bisa hidup dan tumbuh
didalamnya.
Namun
sayang kebarokahan tidak ikut tercurah didalamnya, karena akhlak tidak disertakannya, sehingga bukannya kemakmuran
yang ada, justru banjir dan musibah silih berganti menimpanya.
Yang sangat memprihatinkan lagi justru yang makmur justru penyakit korupsi yang kian
melanda. Inilah biang penyebab ketidak barokahan, ironisnya lagi penyakit
ini justru sangat sulit memberantasnya, karena mewabah dikalangan atas. Innaa
lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun.
Jika mau
sebenarnya kemakmuran akan segera tercurah, bila kembali memperhatikan dan mengamalkan firman
Nya : “ Jikalau sekiranya
penduduk negeri negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat ayat
Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya “. ( Q.S. Al A’raaf 96 )
KISAH TAULADAN
IBNU UMMI MAKTUM
Nama
lengkap Abdullah bin Qais bin Zaidah bin Al Asham, penduduk Madinah biasa
memanggil Abdullah, penduduk Irak biasa memanggil ‘Amr. Ibunya bernama ‘Atikah
biasa dipanggil Ummi Maktum.
Walau Ibnu
Ummi Maktum seorang tuna netra namun dikenal sangat pemberani, termasuk orang
yang mula mula memeluk Islam di Mekkah, orang pertama diantara tujuh orang yang
berani menampakkan ke Islamannya di Mekkah. Beliau hijrah ke Madinah pasca
perang Badr, seorang muadzdzin kedua Rasulullah s.a.w. setelah Bilal.
Rasulullah
s.a.w. menugaskannya sebagai pengganti beliau untuk mengimami shalat kaum
muslimin di Madinah saat Rasulullah s.a.w. melaksanakan peperangan.
Suatu hari
Ibnu Ummi Maktum menemui Rasulullah untuk belajar Al Quran, saat itu Rasulullah
s.a.w. sedang berbicara dengan tiga pemuka Quraisy, dengan harapan mereka mau memeluk
Islam. Kemudian beliau berpaling dan wajahnya bermuka masam terhadap Ibnu Ummi
Maktum, maka turunlah firman Allah : “
Dia ( Muhammad ) bermuka masam dan berpaling muka, karena telah datang seorang
buta kepadanya “. ( Q.S. ‘Abasa 1-2 ).
Rasulullah
s.a.w. sangat menghormati dan selalu bertanya tentang kebutuhannya, jika Ibnu
Ummi Maktum datang beliau suka menyambut dengan kata kata : “ Selamat datang
orang yang Tuhanku menegurku karenanya “.
Meski
mendapat dispensasi untuk tidak ikut berperang, ia tetap ikut ke medan perang
dan berkata : “ Berikanlah kepadaku panji, karena aku seorang buta dan tidak
mampu untuk lari, maka tempatkanlah aku diantara dua pasukan ! “.
Begitu besar
semangat jihadnya, sehingga ikut sempat dalam peperangan Al Qadisiyah, dengan
membawa panji berwarna hitam dan mengenakan perisai. Sempat meriwayatkan 3
hadits dari Nabi, wafat di Madinah pada 23 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar