BAHAYA BAKHIL
" Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya, sekali kali tidak. Sesungguhnya dia benar benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu ?, (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka " ( Q.S. Al Humazah 1-8 )
Bakhil
atau kikir merupakan penyakit hati atau jiwa, arena pada hakekatnya bakhil
merupakan pangingkaran pada fithrah manusia, bukankah sikap manusia bermuara dan berasal dari jiwa atau hatinya ?.
Jika
jiwanya lunak, lembut, peka, pemurah bukankah akan membuahkan sikap perduli dan
suka membantu, suka memberi , suka menolong, artinya cenderung dan suka kepada
kebaikan ?. Dengan melakukan kebaikan bukankah di hati terasa lega, puas, senang dan nyaman ?.
Inilah
fithrah jiwa yang tidak bisa dipungkiri, karena telah ditetapkan Sang Ilahi
Rabbi, Raab yang bersifat Pemurah dan
Maha Menyayangi.
Dengan
demikian sifat bakhil jelas mengingkari, mengingkari ketetapan Sang Ilahi, maka
jiwanya jelas akan menderita sekali, karena rasa tegang selalu meliputi, rasa
curiga selalu menghantui, karena hanya mementingkan diri sendiri. Sehingga akan
membuat hati jadi tegang dan tertutupi, dari kebaikan bahkan orang sama
membenci, begini akibat bila hawa nafsu selalu dituruti.
KISAH
SAHABAT
Abu Al Hiyaj bercerita : “
Saya melihat seorang syeikh sedang thowaf di Baitullah sambil berdo’a : “ Wahai
Rabbi jauhkan aku dari kebakhilan ! “, dia terus menerus membaca do’a itu dan
tidak menambahnya dengan yang lain, kemudian saya mencari informasi tentang
maksudnya, ternyata beliau adalah sahabat Abdurrahman bin ‘Auf r.a. Akupun
menemui beliau dan bertanya tentang alasan dan maksud beliau membaca do’a
tersebut, kemudian beliau membaca firman Allah : ”...Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran
dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung “. ( Q.S. Al
Hasyr 9 )
BIANG KEBAKHILAN
Siapa sih yang tak suka harta ?, siapa yang tak senang kekayaan ?, namun
ukuran kaya bukan pada harta tetapi pada hati, harta melimpah tak mesti
memuaskan hati karena ukuran kaya sulit dicari. Bukankah banyak orang kaya
tetapi masih merasa kurang, masih merasa miskin, ini pertanda bahwa jiwanya
yang miskin !.
Padahal puluhan abad silam Nabi s.a.w. sudah menjelaskan : “ Bukanlah kaya
karena banyaknya harta, tetapi karena kayanya hati “. ( H.R. Bukhari Muslim )
Sikap kurang bersyukur penyebab jiwa jadi miskin, jadi menderita, karena
tidak ada puasnya, sehingga menimbulkan sikap tamak atau rakus berketerusan.
Ini akibat bila tak memahami makna kaya. Ini penyebab sifat bakhil yang membuatnya
kecewa, gundah dan resah, karena tak aada puasnya, karena tak memahami hakekat
harta sebenarnya !.
AKIBAT BAKHIL
Sifat bakhil tumbuh akibat sikap egois yang berlebihan, sikap ke akuan (
egois ) lebih mengutamakan dirinya dari orang lain, sikap ini akan membuahkan
sikap mau enak sendiri, sehingga tidak perduli atau acuh kepada orang lain.
Dengan demikian akan membuat orang sama tidak simpati, bahkan bisa bisa
orang sama membenci. Dengan sifat ini akan membuahkan : 1. Kebinasaan ( binasa
bisnisnya, binasa namanya, binasa hubungannya, binasa masa depannya ). 2. Suka
berbuat dzalim, karena bakhil lebih mengutamakan kepentingan dirinya. 3. Terputusnya
persahabatan.
Nabi s.a.w. bersabda : “ Jauhilah oleh kalian sifat bakhil karena
sifat itulah yang membinasakan orang sebelum kalian. Sifat bakhil menyuruh
mereka berlaku dzalim maka merekapun berlaku dzalim, Bakhil menyuruh mereka memutus
kekerabatan, merekapun memutusnya “. ( H.R. Abu Dawu )
SERBA PERHITUNGAN
Dengan demikian sifat bakhil akan membuahkan berkurangnya rasa lapang
dada, betapa tidak ?, bukankah sifat bakhil membuat segalanya selalu penuh
perhitungan, segalanya harus serba menguntungkan, sehingga jiwanya terasa
tegang dan tertekan, apalagi bila menemui kegagalan akibat tidak tahu hakekat kehidupan,
lantaran urusan dunia yang di nomor satukan dan diutamakan !.
SALAH ARAH
Betapa ruginya orang yang tidak
mengenal tuntunan agama, karena yang dikejar hanya urusan dunia yang tak
mengekalkannya, sehingga kalkulasi untung rugi
yang jadi acuannya, tak mengenal
pahala apalagi dosa.
DO’A MALAIKAT
Padahal sekiranya bila tahu bahwa urusan tidak hanya bersifat keduniaan
belaka, ada sisi akherat yang harus diimani pula, maka akan menjadikannya
berubah arah, karena ternyata ada makhluk lain yakni Malaikat yang selalu
berdo’a,
Abu Hurairah r.a. berkata Nabi
s.a.w. bersabda : “ Tiada datang pagi hari yang dilalui hamba Allah,
melainkan ada dua malaikat turun, salah satunya berdo’a : “ Ya Allah berilah
ganti bagi orang yang berderma. Sedangkan satu Malaikat lagi berdo’a : “ Ya
Allah timpakanlah kebangkrutan atas orang yang menahan pemberian ( bakhil )
“. ( H.R. Bukhari ) Disini pentingnya mengenal agama, sehingga tahu hakekat
kehidupan dunia yang bersifat sementara. Sehingga faham hakekat harta, tahu
cara membelanjakannya, mana harta untuk dirinya dan mana yang harus
disedekahkannya.
Karena ada dua Malaikat yang
selalu berdo’a, yang satu berdo’a untuk kebaikan bagi yang suka berderma, yang
lain berdo’a untuk kebangkrutan bagi yang bakhil.
SANG DERMAWAN
Qais bin Sa’ad bin Ubadah r.a. dikenal sebagai dermawan, suatu hari
beliau sakit namun teman temannya tak kunjung menjenguknya. Karena penasaran
beliau mencari informasi tentang
keanehan ini, kemudian diperoleh jawaban penyebab ketidak hadliran para
kerabatnya, ternyata mereka pada malu datang menjenguk disebabkan masih punya
hutang pada Qais. Kemudian Qais berkata : “ Alangkah buruknya harta yang
menghalangi seseorang untuk menjenguk saudaranya “. Kemudian Qais memerintah
untuk mengumumkan, bahwa siapapun yang memiliki hutang kepadanya maka
diikhlaskan, dianggap lunas. Maka pada sore harinya pintu rumahnya kedapatan
rusak, karena banyaknya tamu yang datang berkunjung menjenguk Qais.
JIWA
SEHAT
Profesor Doctor
Zakiyah Darojat dalam bukunya Islam dan kesehatan mental memaparkan, bahwa
pengertian sehat menurut W.H.O. ( Badan kesehatan dunia dibawah naungan P.B.B.
) meliputi tiga aspek : sehat jasmani, sehat ruhani dan sehat lingkungan.
Sehat jasmani sudah sama
mengetahui, namun ternyata masih ada aspek lagi yang perlu difahami, yakni
sehat ruhani. Ternyata sehat jasmani saja tidak cukup memenuhi. Apalah arti
sehat jasmani bila tidak dapat mengendalikan diri, sehingga membuat onar disana
sini, karena masih suka mendzalimi, ini akibat bila hanya memperhatikan kesehatan jasmani, tanpa
memperdulikan kesehatan ruhani !.
Bahkan tak cukup hanya sehat
jasmani dan ruhani, lingkunganpun harus sehat
sekali. Apalah artinya bila sehat jasmani dan ruhani, bila lingkungan
sekitar tidak sehat menyertai, berakibat membuat resah dan tak nyaman
dihati.
SEHAT RUHANI
1.Ia dapat menyesuaikan secara konstruktif pada
kenyataan meskipun kenyataan
itu buruk
2. Ia dapat memperoleh kepuasan dari
perjuangan
3.Ia
merasa lebih puas untuk memberi daripada
menerima
4. Secara relatif ia bebas dari rasa tegang dan
cemas
5.Ia
dapat berhubungan dengan orang orang lain secara . tolong menolong dan
saling memuaskan
6.Ia
dapat menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran untuk hari kemudian.
7.Ia
dapat menjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif
8.Ia
mempunyai daya kasih sayang yang besar dan yang penting juga mempunyai
keinginan untuk disayangi.
Rumusan tersebut dipaparkan
para ahli kesehatan pada abad ke 20 . Padahal pada abad keenam agama Islam
sudah mendahuluinya dengan ajaran yang tercantum dalam Al Quran dan dilengkapi
ketauladanan yang dibawa sang utusan ahir zaman.
KELAINAN JIWA
Dari ciri
ciri tersebut berati bakhil termasuk jiwanya tidak sehat alias kelainan jiwa
atau penyimpangan jiwa, karena secara normatif menyimpang dari yang disebutkan
diatas, kasihan betapa jelek posisinya, itu baru di dunia apalagi di akherat.
Na’udzu billahi min dzaalik !. Semoga Allah menjauhkan dari sifat bakhil,
Amiin.
KISAH
TAULADAN
SI BAKHIL DAN DERMAWAN
Sangat
beruntung yang selalu ingat ajaran agama, karena agama ibarat pakaian, yang
akan melindungi dan menjadikan tubuh nampak rapi dan berwibawa.
Sebuah
kisah kebakhilan seorang petani yang jauh dari tuntunan agama, dia punya
sebatang pohon kurma yang sebagian menjulur ke rumah tetangganya yang miskin.
Setiap kali petani memetik buah kurma, ia lakukan dari rumah tetangganya yang
fakir miskin. Anehnya apabila ada kurma yang jatuh dan dipungut oleh anak
tetangga yang fakir, ia turun dan merampasnya, bahkan bila ada yang terlanjur
dimasukkan ke mulutnya, petani dengan teganya merogoh mulut si anak fakir
tersebut.
Melihat
perlakuan petani yang keterlaluan, tetangga fakir melapor kepada Nabi s.a.w.,
kemudian Nabi s.a.w. mendatangi petani sambil bersabda : “ Berikan kepadaku
pohon kurmamu yang menjulur ke rumah si fakir, sebagai gantinya nanti pohon
kurma di syurga ! “. Kata pemilik kurma : “ Hanya begitukah tawaranmu tuan ?,
aku memiliki banyak pohon kurma dan kurma yang anda minta adalah yang terbaik
dan paling banyak buahnya ! “. Kejadian tersebut didengar seorang dermawan,
kemudian dia menghadap Nabi s.a.w. dan berkata : “ Apakah tawaran Nabi s.a.w.
itu berlaku juga bagiku jika pohon kurma itu nantinya menjadi milikku ? “. Nabi
s.a.w. menjawab : “ Tentu berlaku juga bagimu ! “.
Maka si
dermawan menemui petani, namun petani berkata : “ Tahukah kamu Nabi Muhammad
s.a.w. menjanjikan pohon kurma di Syurga sebagai ganti pohon kurmaku yang
menjulur ke rumah tetanggaku, aku catat tawarannya tetapi pohon kurmaku buahnya
sangat mengagumkan, aku memiliki banyak pohon kurma tetapi tidak satupun yang
berbuah selebat pohon itu ! “.
Dermawan
berkata : “ Apakah engkau berniat menjualnya ? “, petani menjawab dengan garangnya
: “ Tidak, kecuali jika ada yang sanggup memenuhi keinginanku, tetapi rasanya
tidak ada yang sanggup ! “. Dermawan bertanya : “ Berapa yang kau inginkan ? “,
Jawab petani : “ Empat puluh pohon kurma ! “. Ahirnya pohon kurma terbeli si
dermawan, dan diserahkan kepada Nabi s.a.w., oleh Nabi s.a.w. pohon tersebut
diserahkan kepada si fakir. Karena peristiwa tersebut maka turunlah ayat :
“ Adapun
orang yang memberikan ( hartanya di jalan Allah ) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik ( syurga ). Maka Kami kelak
akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang orang yang bakhil
dan merasa dirinya cukup ( tidak
memerlukan lagi Allah dan tidak bertakwa kepada Nya ), serta mendustakan
pahala terbaik. Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya ( jalan ) yang sukar. Dan hartanya tidak
bermanfaat baginya apabila ia telah binasa “. ( Q.S. Al Lail 5-11 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar