Selasa, 09 September 2014

BAHAYA BAKHIL



                                        BAHAYA BAKHIL

" Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya, sekali kali tidak. Sesungguhnya dia benar benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu ?, (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka " ( Q.S. Al Humazah 1-8 )
                                                    
Bakhil atau kikir merupakan penyakit hati atau jiwa,  arena pada hakekatnya bakhil merupakan pangingkaran pada fithrah manusia, bukankah sikap manusia bermuara                        dan berasal dari jiwa atau hatinya ?.
Jika jiwanya lunak, lembut, peka, pemurah bukankah akan membuahkan sikap perduli dan suka membantu, suka memberi , suka menolong, artinya cenderung dan suka kepada kebaikan ?. Dengan melakukan kebaikan bukankah di hati terasa lega, puas,  senang dan nyaman ?.
Inilah fithrah jiwa yang tidak bisa dipungkiri, karena telah ditetapkan Sang Ilahi Rabbi, Raab yang bersifat  Pemurah dan Maha Menyayangi.
Dengan demikian sifat bakhil jelas mengingkari, mengingkari ketetapan Sang Ilahi, maka jiwanya jelas akan menderita sekali, karena rasa tegang selalu meliputi, rasa curiga selalu menghantui, karena hanya mementingkan diri sendiri. Sehingga akan membuat hati jadi tegang dan tertutupi, dari kebaikan bahkan orang sama membenci, begini akibat bila hawa nafsu selalu dituruti.  
KISAH SAHABAT
       Abu Al Hiyaj bercerita : “ Saya melihat seorang syeikh sedang thowaf di Baitullah sambil berdo’a : “ Wahai Rabbi jauhkan aku dari kebakhilan ! “, dia terus menerus membaca do’a itu dan tidak menambahnya dengan yang lain, kemudian saya mencari informasi tentang maksudnya, ternyata beliau adalah sahabat Abdurrahman bin ‘Auf r.a. Akupun menemui beliau dan bertanya tentang alasan dan maksud beliau membaca do’a tersebut, kemudian beliau membaca firman Allah :  ”...Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung “.  ( Q.S. Al Hasyr 9 )
BIANG KEBAKHILAN
         Siapa sih yang tak suka harta ?, siapa yang tak senang kekayaan ?, namun ukuran kaya bukan pada harta tetapi pada hati, harta melimpah tak mesti memuaskan hati karena ukuran kaya sulit dicari. Bukankah banyak orang kaya tetapi masih merasa kurang, masih merasa miskin, ini pertanda bahwa jiwanya yang miskin !.
Padahal puluhan abad silam Nabi s.a.w. sudah menjelaskan : “ Bukanlah kaya karena banyaknya harta, tetapi karena kayanya hati “. ( H.R. Bukhari Muslim )  
Sikap kurang bersyukur penyebab jiwa jadi miskin, jadi menderita, karena tidak ada puasnya, sehingga menimbulkan sikap tamak atau rakus berketerusan. Ini akibat bila tak memahami makna kaya. Ini penyebab sifat bakhil yang membuatnya kecewa, gundah dan resah, karena tak aada puasnya, karena tak memahami hakekat harta sebenarnya !.
AKIBAT BAKHIL
      Sifat bakhil tumbuh akibat sikap egois yang berlebihan, sikap ke akuan ( egois ) lebih mengutamakan dirinya dari orang lain, sikap ini akan membuahkan sikap mau enak sendiri, sehingga tidak perduli atau acuh kepada orang lain.
Dengan demikian akan membuat orang sama tidak simpati, bahkan bisa bisa orang sama membenci. Dengan sifat ini akan membuahkan : 1. Kebinasaan ( binasa bisnisnya, binasa namanya, binasa hubungannya, binasa masa depannya ). 2. Suka berbuat dzalim, karena bakhil lebih mengutamakan kepentingan dirinya. 3. Terputusnya persahabatan.
Nabi s.a.w. bersabda : Jauhilah oleh kalian sifat bakhil karena sifat itulah yang membinasakan orang sebelum kalian. Sifat bakhil menyuruh mereka berlaku dzalim maka merekapun berlaku dzalim, Bakhil menyuruh mereka memutus kekerabatan, merekapun memutusnya “. ( H.R. Abu Dawu )
SERBA PERHITUNGAN
Dengan demikian sifat bakhil akan membuahkan berkurangnya rasa lapang dada, betapa tidak ?, bukankah sifat bakhil membuat segalanya selalu penuh perhitungan, segalanya harus serba menguntungkan, sehingga jiwanya terasa tegang dan tertekan, apalagi bila menemui kegagalan akibat tidak tahu hakekat kehidupan, lantaran urusan dunia yang di nomor satukan dan diutamakan !.
SALAH ARAH
    Betapa ruginya orang yang tidak mengenal tuntunan agama, karena yang dikejar hanya urusan dunia yang tak mengekalkannya, sehingga kalkulasi untung rugi
yang jadi acuannya, tak mengenal pahala apalagi dosa.
DO’A MALAIKAT
Padahal sekiranya bila tahu bahwa urusan tidak hanya bersifat keduniaan belaka, ada sisi akherat yang harus diimani pula, maka akan menjadikannya berubah arah, karena ternyata ada makhluk lain yakni Malaikat yang selalu berdo’a,
      Abu Hurairah r.a. berkata Nabi s.a.w. bersabda : “ Tiada datang pagi hari yang dilalui hamba Allah, melainkan ada dua malaikat turun, salah satunya berdo’a : “ Ya Allah berilah ganti bagi orang yang berderma. Sedangkan satu Malaikat lagi berdo’a : “ Ya Allah timpakanlah kebangkrutan atas orang yang menahan pemberian ( bakhil ) “. ( H.R. Bukhari )     Disini pentingnya mengenal agama, sehingga tahu hakekat kehidupan dunia yang bersifat sementara. Sehingga faham hakekat harta, tahu cara membelanjakannya, mana harta untuk dirinya dan mana yang harus disedekahkannya.
 Karena ada dua Malaikat yang selalu berdo’a, yang satu berdo’a untuk kebaikan bagi yang suka berderma, yang lain berdo’a untuk kebangkrutan bagi yang bakhil.
SANG DERMAWAN
    Qais bin Sa’ad bin Ubadah r.a. dikenal sebagai dermawan, suatu hari beliau sakit namun teman temannya tak kunjung menjenguknya. Karena penasaran beliau  mencari informasi tentang keanehan ini, kemudian diperoleh jawaban penyebab ketidak hadliran para kerabatnya, ternyata mereka pada malu datang menjenguk disebabkan masih punya hutang pada Qais. Kemudian Qais berkata : “ Alangkah buruknya harta yang menghalangi seseorang untuk menjenguk saudaranya “. Kemudian Qais memerintah untuk mengumumkan, bahwa siapapun yang memiliki hutang kepadanya maka diikhlaskan, dianggap lunas. Maka pada sore harinya pintu rumahnya kedapatan rusak, karena banyaknya tamu yang datang berkunjung menjenguk Qais.
JIWA SEHAT
Profesor Doctor Zakiyah Darojat dalam bukunya Islam dan kesehatan mental memaparkan, bahwa pengertian sehat menurut W.H.O. ( Badan kesehatan dunia dibawah naungan P.B.B. ) meliputi tiga aspek : sehat jasmani, sehat ruhani dan sehat lingkungan.
      Sehat jasmani sudah sama mengetahui, namun ternyata masih ada aspek lagi yang perlu difahami, yakni sehat ruhani. Ternyata sehat jasmani saja tidak cukup memenuhi.         Apalah arti sehat jasmani bila tidak dapat mengendalikan diri, sehingga membuat onar disana sini, karena masih suka mendzalimi, ini akibat bila hanya   memperhatikan kesehatan jasmani, tanpa memperdulikan kesehatan ruhani !.
   Bahkan tak cukup hanya sehat jasmani dan ruhani, lingkunganpun harus sehat  sekali. Apalah artinya bila sehat jasmani dan ruhani, bila lingkungan sekitar tidak sehat menyertai, berakibat membuat resah dan tak nyaman dihati.   
SEHAT RUHANI
  Para pakar kesehatan W.H.O. pada tahun 1959, merumuskan bahwa orang yang memiliki sehat mental atau ruhani memiliki delapan ciri :
1.Ia dapat menyesuaikan secara konstruktif pada kenyataan meskipun kenyataan itu buruk
2. Ia dapat memperoleh kepuasan dari perjuangan
3.Ia merasa lebih puas untuk memberi daripada  menerima
4. Secara relatif ia bebas dari rasa tegang dan cemas
5.Ia dapat berhubungan dengan orang orang lain secara     .   tolong menolong dan saling memuaskan
6.Ia dapat menerima kekecewaan untuk dipakainya                sebagai pelajaran untuk hari kemudian.
7.Ia dapat menjuruskan rasa permusuhan pada                      penyelesaian yang kreatif dan konstruktif
8.Ia mempunyai daya kasih sayang yang besar dan yang      penting juga mempunyai keinginan untuk disayangi.
           Rumusan tersebut dipaparkan para ahli kesehatan pada abad ke 20 . Padahal pada abad keenam agama Islam sudah mendahuluinya dengan ajaran yang tercantum dalam Al Quran dan dilengkapi ketauladanan yang dibawa sang utusan ahir zaman.
KELAINAN JIWA
       Dari ciri ciri tersebut berati bakhil termasuk jiwanya tidak sehat alias kelainan jiwa atau penyimpangan jiwa, karena secara normatif menyimpang dari yang disebutkan diatas, kasihan betapa jelek posisinya, itu baru di dunia apalagi di akherat. Na’udzu billahi min dzaalik !. Semoga Allah menjauhkan dari sifat bakhil, Amiin.
  
                                     KISAH TAULADAN
                           SI BAKHIL DAN DERMAWAN
Sangat beruntung yang selalu ingat ajaran agama, karena agama ibarat pakaian, yang akan melindungi dan menjadikan tubuh nampak rapi dan berwibawa. 
Sebuah kisah kebakhilan seorang petani yang jauh dari tuntunan agama, dia punya sebatang pohon kurma yang sebagian menjulur ke rumah tetangganya yang miskin. Setiap kali petani memetik buah kurma, ia lakukan dari rumah tetangganya yang fakir miskin. Anehnya apabila ada kurma yang jatuh dan dipungut oleh anak tetangga yang fakir, ia turun dan merampasnya, bahkan bila ada yang terlanjur dimasukkan ke mulutnya, petani dengan teganya merogoh mulut si anak fakir tersebut.
Melihat perlakuan petani yang keterlaluan, tetangga fakir melapor kepada Nabi s.a.w., kemudian Nabi s.a.w. mendatangi petani sambil bersabda : “ Berikan kepadaku pohon kurmamu yang menjulur ke rumah si fakir, sebagai gantinya nanti pohon kurma di syurga ! “. Kata pemilik kurma : “ Hanya begitukah tawaranmu tuan ?, aku memiliki banyak pohon kurma dan kurma yang anda minta adalah yang terbaik dan paling banyak buahnya ! “. Kejadian tersebut didengar seorang dermawan, kemudian dia menghadap Nabi s.a.w. dan berkata : “ Apakah tawaran Nabi s.a.w. itu berlaku juga bagiku jika pohon kurma itu nantinya menjadi milikku ? “. Nabi s.a.w. menjawab : “ Tentu berlaku juga bagimu ! “.
Maka si dermawan menemui petani, namun petani berkata : “ Tahukah kamu Nabi Muhammad s.a.w. menjanjikan pohon kurma di Syurga sebagai ganti pohon kurmaku yang menjulur ke rumah tetanggaku, aku catat tawarannya tetapi pohon kurmaku buahnya sangat mengagumkan, aku memiliki banyak pohon kurma tetapi tidak satupun yang berbuah selebat pohon itu ! “.
Dermawan berkata : “ Apakah engkau berniat menjualnya ? “, petani menjawab dengan garangnya : “ Tidak, kecuali jika ada yang sanggup memenuhi keinginanku, tetapi rasanya tidak ada yang sanggup ! “. Dermawan bertanya : “ Berapa yang kau inginkan ? “, Jawab petani : “ Empat puluh pohon kurma ! “. Ahirnya pohon kurma terbeli si dermawan, dan diserahkan kepada Nabi s.a.w., oleh Nabi s.a.w. pohon tersebut diserahkan kepada si fakir. Karena peristiwa tersebut maka turunlah ayat :        
 Adapun orang yang memberikan ( hartanya di jalan Allah ) dan bertakwa,  dan membenarkan adanya pahala yang terbaik ( syurga ). Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup ( tidak memerlukan lagi Allah dan tidak bertakwa kepada Nya ), serta mendustakan pahala terbaik. Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya ( jalan ) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.  ( Q.S. Al Lail 5-11 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar