Jumat, 05 September 2014

SURO BULAN SAKRAL ?


MISTERI BULAN SURO ?

“ Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)[499]. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada adakan . ( Q.S. Al An ‘Am 112 )

Karena kuasa Nya Allah sengaja mencipta setan berjenis manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kapada yang lain “ perkataan yang indah indah untuk menipu. Maka tinggalkan mereka dan apa yang mereka ada adakan Begitu jelas dan tandas Allah berfirman, tinggal memilih apa mengikuti bisikannya atau meninggalkannya.

MENCARI KAWAN
Setan menggoda dengan perkataan yang indah indah untuk menipu manusia, guna sebagai kawan kelak di neraka, begitu liciknya setan. 
" Karena Sesungguhnya syaitan syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala nyala ". ( Q.S. Fathir 6 ).
Maka sangat beruntung bagi yang selalu berpegang teguh pada firman Nya, sehingga tidak kebingungan dalam menapaki kehidupan.

MEMBANGKITKAN ANGAN ANGAN KOSONG
Diantara tipuannya untuk menyesatkan manusia, dengan cara membangkitkan angan angan kosong.
" Dan aku benar benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan angan kosong pada mereka, dan memerintahkan mereka ( memotong telinga binatang ternak ) lalu benar benar mereka memotongnya ". ( Q.S. Annisa' 119 )
Termasuk menakut nakuti adanya bulan suro yang dianggapnya sakral, penuh larangan : jangan mantu di bulanan suro nanti akan celaka !, dan sebagainya. Sehingga bagi yang kurang kuat keimanannya pasti akan percaya dan terjebak. Sehingga menyimpang jauh dari tuntunan agama

APA KATA NENEK MOYANG
Mempercayai kesakralan bulan suro merupakan kepercayaan tidak berdasar, tidak punya landasan,  hanya berdasar apa kata nenek moyang.       
“ Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji mereka berkata : “ Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakannya dan Allah memerintahkan kami mengerjakannya. Katakanlah sesungguhnya Allah tidak memerintahkan perbuatan yang keji, mengapa kamu mengadakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui ”. ( Q.S. Al A’raaf 28 )
Sebagai perbandingan kami sajikan kesakralan bulan suro menurut kepercayaan jawa :   

SARAT  AURA MISTIS DARI ALAM GHAIB
Bulan Sura adalah bulan pertama dalam kalender Jawa. merupakan tahun baru menurut penanggalan Jawa. Tradisi dan kepercayaan Jawa melihat bulan Sura sebagai bulan sakral. Bagi yang memiliki talenta sensitifitas indera keenam (batin) sepanjang bulan Sura aura mistis dari alam gaib begitu kental melebihi bulan bulan lainnya.

PERCAYA ADANYA ALLAH
Masyarakat Jawa mempunyai kesadaran makrokosmos, bahwa Tuhan menciptakan kehidupan di alam semesta. Dalam tradisi Jawa sekalipun yang dianggap paling klenik sekalipun, prinsip dasar yang sesungguhnya tetaplah  percaya kepada Tuhan yang maha esa. Di awal atau di akhir setiap kalimat doa dan mantra selalu diikuti kalimat, saka kersaning Gusti, saka kersaning Allah.

FISIK DAN NON FISIK
Lingkungan alam memiliki dua dimensi, yakni fisik dan metafisik (gaib). Pemahaman masyarakat Jawa akan lingkungan atau dimensi gaib sebagai bentuk “keimanan“.

BERINTERAKSI DENGAN YANG  GHAIB
Bahkan sebagian masyarakat Jawa, gaib tidak hanya  diimani saja, tetapi lebih dari itu seseorang dapat membuktikannya dengan bersinggungan atau berinteraksi secara langsung dengan yang gaib sebagai bentuk pengalaman gaib.

MISTERI BULAN SURO
Bulan Sura juga merupakan bulan baru yang berlaku di jagad gaib. Alam gaib yang dimaksudkan adalah: jagad makhluk halus, jin, setan (dalam konotasi Jawa, hantu), siluman, binatang gaib, serta jagad leluhur, alam arwah dan bidadari.

MALAM JUMAH KLIWON LELUHUR TURUN KE BUMI
Malam Jum’at Kliwon dilihat sebagai malam suci paling agung yang biasa digunakan para leluhur “turun ke bumi” untuk njangkung dan njampangi (membimbing) anak turunnya yang menghargai dan menjaga hubungan dengan para leluhurnya.

BULAN SURO DEDEMIT MENCARI KORBAN
Bulan Sura merupakan bulan paling sakral bagi jagad makhluk halus. Mereka dapat “dispensasi” melakukan seleksi alam. Bagi siapa yang tidak eling dapat terkena dampaknya.

BULAN SURO DURAKA DEDEMIT MENCARI KORBAN
Dalam siklus hitungan waktu tertentu yang merupakan rahasia besar Tuhan, terdapat suatu bulan Sura yang bernama sura duraka, karena bulan di mana terjadi tundan dhemit, maksudnya suatu waktu di mana terjadi akumulasi para dedemit mencari “korban” para manusia yang tidak eling lan waspada.

BULAN SURA DURAKA BANYAK MUSIBAH
Karena pada bulan bulan Sura biasa para dedhemit yang keluar tidak sebanyak pada saat bulan sura duraka.Sehingga pada bulan Sura Duraka biasanya ditandai banyak sekali musibah dan bencana melanda jagad manusia.

TRADISI MASYARAKAT JAWA DI BULAN SURO
Atas beberapa uraian pandangan masyarakat Jawa tersebut kemudian muncul kearifan yang menjadi tradisi masyarakat Jawa selama bulan Sura.  Sedikitnya ada 5 macam ritual yang dilakukan menjelang dan selama bulan Sura seperti berikut ini :

RITUAL MENJELANG DAN SELAMlA BULAN SURO
1.  Siraman malam 1 Sura; mandi besar dengan menggunakan air serta dicampur kembang setaman. Sebagai bentuk sembah raga (sariat) dengan tujuan mensucikan badan. Mandi dilakukan tidak di bawah atap rumah, langsung “beratap langit”, maksudnya secara langsung menyatukan jiwa raga ke dalam gelombang harmonisasi alam semesta.
2. Tapa Mbisu (membisu), tirakat sepanjang bulan Sura berupa sikap selalu mengontrol ucapan mulut agar mengucapkan hal hal yang baik saja.
3. Menggiatkan Ziarah, selain berdoa, ziarah sebagai tindakan untuk menghormati para leluhur (menjadi pepunden) dengan merawat makam.
4. Menyiapkan sesaji bunga setaman dalam wadah berisi air bening. Diletakkan di dalam rumah. Bunga mawar merah, mawar putih, melati, kantil, kenanga. Masing masing bunga memiliki makna doa doa agung kepada Tuhan YME yang tersirat di dalamnya. Kemudian ditaburkan ke pusara para leluhur.
5. Jamasan pusaka, dalam rangka merawat warisan dan kenang kenangan dari para leluhurnya. Pusaka memiliki segudang makna di balik wujud fisik bendanya.
6. Larung sesaji, merupakan ritual sedekah alam. Uborampe ritual disajikan (dilarung) ke laut, gunung, atau ke tempat tempat tertentu. larung sesaji merupakan bentuk interaksi harmonis antara manusia dengan unsur alam semesta.

KEMBALI KE SEJARAH
Setelah menelaah kepercayaan masyarakat Jawa, kita bisa memahami mengapa mereka mempunyai kepercayaan semacam itu. Bukankah sebelum agama Islam masuk ke tanah air, nenek moyang kita masih beragama hindu yang sarat dengan animisme, sehingga akrab dengan adanya  ruh dan memujanya, bahkan bisa berinteraksi dengan pemeluknya, juga pemahaman terhadap wingit yang merupakan hal gaib.

MISI PARA WALI BELUM TUNTAS
Sekitar abad ke lima datanglah para wali dari daratan Gujarat Hindia, yang menda’wahkan agama Islam dengan cara santun dan bijaksana, sehingga masyarakat Jawa memeluknya namun belum begitu merata. Karena belum terjangkaunya da’wah secara merata, karena luasnya tanah air Indonesia, sehingga pemahaman terhadap agama belum begitu mendalam. Sehingga berakibat kepercayaannya tidak mendalam alias campur baur.

BERBAGAI PENYIMPANGAN
Karena belum tuntasnya penyiaran agama, sehingga pemahaman terjadi campur aduk antara kepercayaan lama ( Hindu ) dan yang baru ( Islam ), diantara penyimpangan yang dilakukan dan jauh dari ajaran Islam adalah :               
1. Ya percaya kepada Allah, ya percaya kepada dedemit menurut versinya. 2. Berinteraksi dengan ruh leluhur. 3. Malam jumat kliwon leluhur membimbing anak turunnya. 4. Bulan suro duraka dedemit mencari korban. 5. Siraman malam 1 suro mandi dengan air kembang setaman. 6. Tapa bisu. 7. Ziarah kubur. 8. Menyiapkan sesaji bunga setaman dalam rumah sebagai penghargaan terhadap leluhur, kemudian disiramkan ke makam leluhur, menjamas pusaka. 9. Larung sesaji.sebagai bentuk interaksi harmoni antara manusia dengan unsur alam.

KARENA LEMAHNYA IMAN
Karena lemahnya iman mereka meyakini dan melakukan ritual berdasar apa kata nenek moyangnya, sehingga melakukan  ritual yang tidak berdasar :  
“ Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji mereka berkata : “ Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakannya dan Allah memerintahkan kami mengerjakannya. Katakanlah sesungguhnya Allah tidak memerintahkan perbuatan yang keji, mengapa kamu mengadakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui ”. ( Q.S. Al A’raaf 28 )

LICINNYA TIPUAN SETAN
Karena lemahnya keimanan pula setan masuk mempengaruhi berupa penampakan yang dikiranya ruh leluhurnya, sehingga mereka menyangka bisa berinteraksi dengan ruh leluhurnya. Bukankah ruh tidak bisa keluar lagi dari alamnya, sehingga bisa keluluyuran !.
Dan bahwasanya ada beberapa orang laki laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki laki di antara jin, maka jin jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. ( Q.S. Al Jin 6 )
Dengan berinteraksi dengan jin yang menyerupakan sosok leluhurnya yang telah meninggal, maka setan ( bangsa ) jin akan menambah dosa dan kesalahan. Bukankah dengan melarung sesaji ( makanan ), merupakan bentuk kemubadldliran ( membuang buang makan ), yang merupakan kawan setan !.
" Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu  bagi Allah, padahal Allah lah yang menciptakan jin jin itu ". ( Q.S. Al An'Am 100 )

ALLAH PENCIPTA DAN PEMELIHARA
Sebagai Dzat Yang Maha Kuasa Alam dicipta dan dipelihara Nya.
“.......Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu.  (yang memiliki sifat sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu, tidak ada Tuhan selain Dia, Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia, dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu( Q.S. Al An’am 101-102 )
Kepada Dzat yang demikian Kuasa inilah seharusnya diibadahi, bukan kepada alam ciptaan Nya, sehingga sampai melarung makanan dilaut sebagai persembahan kepada alam, betapa lucu dan anehnya ?!.  

JANGAN IKUUT IKUTAN
Atas kepercayaan dan ritual yang mereka lakukan, Allah mengingatkan :
“ Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya “. ( Q.S. Al Israa’ 36 )
Betapa besar resikonya kelak bagi yang mempercayai dan mengamalkan ritual yang tidak berdasar tuntunan, semoga Allah memberi  hidayah kepada mereka yang salah arah, Amin.
               




Tidak ada komentar:

Posting Komentar