Rabu, 20 Agustus 2014




KEBAHAGIAAN HAQIQI
OLEH : M. FARID ANWAR
(yaitu) orang orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.
( Q.S. Ali Imran 28 )
     Bahagia merupakan kepuasan puncak dalam hati, merupakan dambaan tiap orang.             Ketika seorang murid naik kelas, lulus ujian, dia akan merasa bahagia. Lebih lebih kebahagiaan puncak akan terasa ketika lulus menjadi sarjana.
            Demikian pula ketika lamaran seseorang diterima oleh calon mertua, betapa bahagianya, apalagi ketika telah terlaksana ijab qabul dan walimatul ‘ursy (resepsi perkawinan). Lebih lebih ketika dikaruniai seorang bayi yang lucu dan menggemaskan.
        Seorang pengusaha akan merasakan pula kebahagiaan, manakala perusahannya maju pesat dan meraup keuntungan luar biasa.
           Seorang politisi akan bahagia bila bisa menduduki posisi yang diidam idamkannya.
       Kebahagian akan terasa pula bagi seorang pejabat ketika naik pangkat, karena posisi makin keatas, sekaligus gaji ikut meningkat.   
          Ketika seorang pemain bisa memasukkan bola ke kandang lawan, betapa senang dan bahagianya, sehingga berjingkrak jingkrak dengan puasnya, ditambah pula sorakan para suporter dan officialnya. Apalagi bila sang pemain banyak mengumpulkan point karena banyak memasukkan bola, sehingga dinobatkan sebagai pemain terbaik dan mendapat penghargaan plus uang, betapa bahagianya dia termasuk keluarganya.
KEBAHAGIAAN SEMU
              Kebahagiaan diatas hanya bersifat semu, artinya bersifat sementara, tidak kekal. Beda dengan kebahagiaan di akherat yang bersifat luar biasa nikmatnya dan kekal adanya, maka jangan coba coba mencari kebahagiaan yang mutlak di dunia, pasti akan kecewa !.
          Orang barat pada umumnya suka mencari kebahagiaan dengan cara berpesta pora, berdansa dansi, menghamburkan dolar, namun akankah puas dan bahagia ?.
        Ternyata itu semua hanya kebahagiaan semu, kebahagian sementara, kebahagiaan haqiqi tak dijumpai oleh mereka. Maka jangan heran walau mereka berlimpah dolar, mereka pada mencari kebahagiaan dengan caranya sendiri, ada yang mendirikan group pemuja setan, hidup dihutan dengan cara telanjang, anehkan ?. Ini akibat bila tidak mengenal ajaran agama.    
         Ingat kasus Manlyn Monroe, Elvis Presley, Bruce lee, Wetney Housten mereka para aktor dan aktress kaliber dunia, walau nampak sukses dan bahagia, namun kecewa, tragisnya lagi mereka pada mengakhiri hidup dengan cara .........bunuh diri !. Itulah kebahagiaan semu.  
CONTOH KASUS
          Sekitar tahun tujuh puluhan di kota Surabaya terjadi peristiwa tragis, seorang mahasiswa lulus dari gelar kesarjanaannya, saking senangnya segera pulang ingin memberi tahu orang tuanya, namun takdir menentukan lain, sesampai di jalan Indrapura terlindas truk. Itulah kebahagiaan yang hanya dirasakan dari kampus sampai dijalan.
         Demikian pula dengan perkawinan, akankah kebahagiaannya akan abadi, bukankah banyak yang gagal dalam membina rumah tangga ?, sehingga berakhir dengan percekcokan dan .........perceraian.
      Demikian pula dengan keberadaan bayi yang lucu dan menggemaskan, akankah terus bisa memberikan kebahagiaan, satu saat bisa sakit, bahkan meninggal dunia. Atau mungkin kelak ketika mencapai dewasa bisa juga menjadi ujian bagi si orang tua karena prilakunya yang tidak terpuji dan mengecewakan ?.
    Kebahagiaan seorang pengusaha pun tak akan abadi, ketika perusahaannya ditimpa kerugian, hutang menumpuk, perusahan disita, bahkan sampai berakhir meringkuk di balik jeruji besi, akibat tidak bisa mengembalikan hutang.
     Seorang politikus dan para pejabatpun tidak akan mengenyam kebahagian  abadi, mana kala karirnya hancur karena ulahnya, bisa tersandung karena wanita, karena memakai uang negara, sehingga menjadi incaran K.P.K. ( komisi pemberantasan korupsi ). Bukankah sekarang sedang marak meriah kasus korupsi atau suap yang melanda kaum politisi dan para pejabat di negeri ini, mulai bupati, gubernur, bahkan sampai menteri juga para politisi, sehingga membuat K.P.K. kewalahan.
      Bila sudah begini pupus sudah kebahagiaan, berganti menjadi ketakutan, kekhawatiran, kekecewaan, keresahan yang tidak hanya menimpa dirinya tetapi juga melanda seluruh keluarganya. Na’udzu billaahi min dzaalik.
BERMACAM KEBAHAGIAAN
            Kebahagiaan ada dua macam, yang bersifat individu ( perseorangan ) dan sosial. Yang individu hanya bersifat mementingkan diri sendiri, artinya dia merasa puas dan bahagia hanya untuk kepentingan dirinya, tidak perduli orang lain menderita, yang penting dirinya puas dan bahagia.
     Yang bersifat sosial lain lagi, dia tidak hanya mementingkan kebahagiaan dirinya saja tetapi bagaimana orang lain juga ikut merasakan bahagia.
KETENANGAN JIWA
             Senang, puas dan bahagia hanya bisa dirasakan oleh jiwa, kemudian di expressikan dalam bentuk fisik : senyum, tertawa, berjingkrak jingkrak, meloncat, menjerit dan sebagainya, bahkan ada juga yang lebih mulia dengan melakukan sujud syukur. Mengapa bisa demikian ?, bukankah diantara fithrah jiwa, dia akan merasa senang dan puas bila cita citanya tercapai. 
            14 abad yang silam Allah telah menjelaskan secara mendasar, bahwa ketenangan jiwa ( bahagia ) akan diperoleh hanya dengan mengingat Allah, makna mengingat artinya selalu berpedoman pada  tuntunan Nya, pada aturan agama !.
BAHAGIA DAN KETENANGAN JIWA
        Bahagia memiliki makna sempit, artinya orang yang bahagia tidak mesti jiwanya tenang, tetapi sebaliknya orang yang berhati tenang pasti merasa bahagia !.
         Di tahun ini ketika Idul Adha ( 2013 ), ada seorang pemulung bernama ibu Sahati ( warga Bogor ) ikut berqurban dengan cara menyisihkan uangnya selama 7 tahun, betapa bahagianya ibu ini karena merasa ikut dan bisa berqurban, walau secara fisik nampak menderita tetapi raut wajahnya nampak segar dan tegar karena dalam jiwanya terdapat ketenangan.
      Pada Idul adha yang lalu di Masjid Istiqlal, dikejutkan pula oleh kehadiran seorang pemulung dikira akan meminta daging qurban, e.... ternyata dia ingin berqurban, bahkan kambing yang diserahkan justru 2 ekor. Dia merasa masa bertahun tahun hanya menerima saja. Begitu mulia hatinya walau secara fisik nampak menderita, rambut beruban, berpakaian apa adanya, namun dalam hatinya justru terdapat nilai nilai kemuliaan, kebahagiaan dan ketenangan. Sehingga baginya “ lebih baik memberi dari pada menerima “, Subhaanallaah.
SAYANG MENYAYANGI
       Prinsip dasar kebahagiaan semacam ini telah diajarkan oleh Rasulullah s.a.w. 14 abad silam, prinsip yang diajarkan berdasar rasa saling menyayangi.“ Sayangilah olehmu apa yang ada di bumi, maka akan menyayangimu apa yang ada di langit “.                                                      
     Demikian mulia dan luasnya makna sabda beliau, dengan saling menyayangi yang di langitpun ( Allah dan para Malaikat ) akan menyayangi pula. Rasa kasih sayang di dunia berakibat sampai menggerakkan yang dilangit. Kekuatan yang sangat luar biasa !, energi jiwa yang kuat, jiwa yang sehat, merupakan kekuatan moral yang hebat dan luar biasa.
BERMANFAAT
           Bahkan beliau juga mengajarkan “ Sebaik baik manusia ialah yang bermanfaat bagi manusia yang lain “. Dengan prinsip ini, berarti membahagiakan orang lain termasuk menjadi target, artinya ada keperdulian membahagiakan orang lain.
JIWA SEHAT
          Pada tahun 1959 W.H.O. ( badan kesehatan dunia dibawah P.B.B. ) merumuskan 8  ciri jiwa yang sehat, diantaranya : 1.Dapat memperoleh kepuasan dari perjuangannya. 2. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima. 3.Dapat berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan. 4.Mempunyai daya kasih sayang yang besar dan yang penting juga mempunyai keinginan untuk disayangi. Bukankah 14 abad yang silam Al Quran sudah menyampaikan. “ ......Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, ......”. ( Q.S. Al Maidah 2 )                                                                                                Dengan demikian jelas, agama telah mengajarkan kebahagiaan yang haqiqi, kebahagiaan yang berdasar pada jiwa yang sehat, yang tidak hanya mementingkan diri sendiri namun juga berbagi dengan orang lain. Bahkan menjamin sampai ke kebahagian di akherat yang luar biasa dan abadi. Semoga kita dapat meraup kebahagiaan haqiqi, Amin.


KISAH TAULADAN
KAROMAH  ALI R. A. KARENA AKHLAKNYA
     Pribadi para sahabat Nabi s.a.w. adalah sosok yang luar biasa hebatnya, termasuk kemuliaan akhlaknya, di bawah ini adalah kisah ketinggian akhlak Ali bin Abi Thalib, ketika dalam perjalanan menuju masjid. 
  Dengan langkah tergesa gesa di kegelapan shubuh Ali bin Abi Thalib r.a. berangkat ke Masjid guna berjama’ah bersama Rasulullah s.a.w.
            Namun di tengah jalan langkahnya terhambat oleh seorang lelaki tua yang berjalan tertatih tatih dengan bantuan sebuah tongkat, sambil tangan kirinya menjinjing lampu lentera untuk menerangi jalan.
           Guna menghormati orang tua tersebut, sebagai sikap tawadldlu’, Ali bin Abi Thalib r.a.tidak ingin mendahuluinya, maka Ali r.a. berjalan dibelakangnya.
       Karena sikapnya ini, dia menjadi terlambat datang berjama’ah di Masjid, namun anehnya setelah didepan Masjid orang tua tersebut tidak berbelok ke Masjid, bahkan meneruskan perjalanannya, ternyata ooo...dia orang Nasrani.
            Ketika Ali r.a. memasuki Masjid, jama’ah dalam posisi sedang ruku’, Rasulullah s.a.w. saat itu sengaja memperpanjang ruku’nya, agar Ali r.a. mendapat pahala berjama’ah pada rekaat tersebut.
      Seusai sholat Ali r.a. bertanya kepada Rasulullah s.a.w. : “ Ya Rasulullah, mengapa engkau memanjangkan ruku’mu, satu hal yang belum pernah kujumpai selama ini ? “.
      Rasulullah s.a.w. menjawab : “ Saat ruku’ dan membaca do’a, sebagaimana biasanya aku akan berdiri tegak, sebelum kepalaku terangkat, Malaikat Jibril telah  mendahului menekan punggungku. Setelah cukup lama menekan punggungku, aku baru bisa mengangkat kepalaku untuk membaca i’tidal “.
        Mendengar penjelasan Nabi s.a.w. kemudian ganti Ali r.a. menjelaskan tentang kejadian yang baru saja dialaminya ketika dalam perjalanan menuju ke Masjid.
            Rupanya Allah telah memberi isyarat kepada Rasulullah s.a.w. agar Ali r.a. bisa ikut berjama’ah shalat shubuh bersama Rasulullah s.a.w.
         Betapa besar dampak akibat Ali r.a. bersikap tawadldlu’ kepada orang tua, sehingga yang di langitpun memberi kemudahan kepada Ali bin Abi Thalib r.a.
Ini terbukti ada riwayat lain yang sangat luar biasa dibalik keterlambatan Ali r.a., saat itu Malaikat Mikailpun diperintah Allah untuk menahan lajunya matahari, hanya agar Ali r.a. tidak ketinggalan sholat berjama’ah shubuh bersama Rasulullah s.a.w..
Betapa hebatnya berakhlak mulia sehingga Allah dan Malaikat Nya ikut turun serta membantu Ali r.a. Subhaanallaah.
( Disunting dan diedit dari Kisah kisah tauladan “. M.B. Rahimsyah. A.R. penerbit karya agung  ) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar