MAKNA KAYA
OLEH
: H. M. FARID ANWAR
“ Janganlah sekali kali kamu
terperdaya oleh kebebasan orang orang kafir bergerak ( kelancaran dan kemajuan
dalam perdagangan dan perusahaan mereka ) di dalam negeri. Itu hanyalah
kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam dan
Jahannam itu adalah tempat yang seburuk buruknya “. (
Q.S. Ali Imran 196-197 )
Manusia
memiliki naluri mencintai harta, bahkan sangat kuat naluri untuk
mengumpulkannya, sehingga tak ada puasnya. Kenyataan ini disampaikan Rasulullah
s.a.w. secara gamblang sekitar 1400 tahun yang silam.
HAUS
AKAN HARTA
“ Dari Anas r.a.
katanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Andaikata manusia itu telah mempunyai
harta benda sebanyak dua lembah, mereka masih ingin untuk mendapatkan satu
lembah lagi. Tidak ada yang dapat mengisi perutnya sampai penuh melainkan hanya
tanah ( maut ). Dan Allah menerima taubat orang yang taubat kepada Nya “. ( H.R.
Muslim )
Kiranya pernyataan Nabi s.a.w. ini tidak
berlebihan, bukankah ketika manusia berusaha mulai dari bawah kemudian berhasil
sampai mendirikan perusahaan, ia ingin terus berusaha mendirikan lagi yang
lebih besar agar terus berkembang, bahkan meluas sampai mendunia. Ingat
perusahaan minuman : Coca cola. Bidang makanan : K.F.C. Bidang kendaraan :
Toyota, Mitsubisi, Honda. Bidang elektronik : Sony, Nasional dan sebagainya.
Itulah
naluri manusia dalam mengumpulkan harta, takkan ada puasnya kecuali sampai ajal
menjemputnya !.
MAKNA
KAYA
Orang banyak harta disebut kaya, namun batasan
kaya sulit dicari patokan dan ukurannya, karena kaya bersifat relatif. Orang
yang punya mobil biasanya disebut kaya, namun bagi pemilik mobil justru merasa
belum kaya, bahkan mungkin masih merasa belum
apa apa, karena berpatokan dengan yang berada diatasnya, orang jadi heran orang
kaya kok masih merasa belum punya ?, masih merasa belum apa apa !.
Ternyata
bila berpatokan pada materi sulit mengukurnya, karena memang tidak ada standard
ukurannya, bahkan jiwa bisa dibuat merana dan kecewa !, namun bila mengacu pada
jiwa maka akan ditemukan jawabannya, sebagaimana dinyatakan oleh Nabi s.a.w. :
“ Dari Abu Hurairah
r.a. katanya : Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Yang disebut kaya bukanlah kaya
harta benda duniawi, tetapi yang dikatakan kaya ialah kaya jiwa “. ( H.R. Muslim )
Ternyata ukurannya kembali kepada hati kepada
jiwa yang bisa menjawabnya, dengan berpatokan pada jiwa, mensyukuri apa yang
diperolehnya, dengan merasa puas dan ridlo kepada pemberi Nya, jiwa terasa puas
dibuatnya. Ini makna kaya sesungguhnya !.
Bukankah
puas dan tidak puas ukurannya kembali kepada jiwa bukan pada materi belaka,
dengan demikian bila berpatokan pada sabda Nabi s.a.w. maka takkan kecewa dibuatnya, karena selalu merasa
bersyukur terhadap apa yang telah diterimanya dari yang Maha Kuasa.
PERHIASAN
DUNIA
Ternyata ketidak puasan terhadap harta itulah
penyebabnya, sehingga dicarinya dengan berbagai cara, halal haram tak
diperdulikannya yang penting harta banyak diperolehnya.
Ini
yang menyebabkan keberkahan tak diperolehnya, padahal Allah sudah memperingatkan
: “
Janganlah sekali kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang orang kafir bergerak
( kelancaran dan kemajuan dalam perdagangan dan perusahaan mereka ) di dalam
negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah
Jahannam dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk buruknya “.
Bahkan Nabi s.a.w. telah menjelaskan
hakekat mencari harta :
Dari
Abu Sa’id Al Khudri r.a. katanya : “ Rasulullah s.a.w. berdiri kemudian beliau
berpidato kepada orang banyak, sabda beliau : “ Demi Allah tidak ada yang aku
hawatirkan terhadap kamu sekalian melainkan terhadap harta benda yang telah
dikaruniakan Allah kepadamu sebagai perhiasan dunia “. Kemudian seorang laki
laki bertanya : “ Ya Rasulullah adakah mungkin sesuatu yang baik mendatangkan
bencana ? “. Mendengar pertanyaan itu Rasulullah s.a.w. diam seketika, kemudian
beliau balik bertanya : “ Apa yang anda tanyakan ? “. Orang itu mengulang
pertanyaannya : “ Adakah mungkin sesuatu yang baik mendatangkan bencana ? “.
Jawab Rasulullah s.a.w. : “ Sesungguhnya sesuatu yang baik itu memang
mendatangkan kebaikan. Tetapi apa yang kelihatan baik belum tentu selamanya
baik. Rumput yang tumbuh di musim hujan kadang kadang dapat membunuh binatang
ternak atau membinasakannya. Melainkan bagi yang memakannya hanya sampai
kenyang, sesudah itu itu dia berhenti, kemudian menghadap matahari, buang air
besar atau buang air kecil, sesudah itu baru ia makan kembali. Siapa yang
memperoleh harta dengan jalan halal dia akan mendapat berkah dengan harta itu.
Tetapi siapa yang memperolehnya dengan jalan tak halal maka contohnya seperti
orang makan yang tidak pernah merasa kenyang “. ( H.R. Muslim )
BAROKAH
Pada umumnya para pencari harta sama lupa pada
hakekatnya, sehingga dalam mencarinya lupa pada barokahnya, lupa menyeleksinya,
berakibat yang harampun dilanggarnya !, sehingga merusak tatanan, padahal
disinilah letak kebarokahan, letak pahala yang mesti didapatkan !.
Barokah
adalah kelebihan yang banyak dari sisi Allah. Dengan barokah harta akan mendatangkan
kenikmatan, ketentraman dan kebahagiaan. Tanpa barokah harta yang banyak justru
mendatangkan bencana. Namun akibat kelalaian, karena hanya mencari kepuasan
yang dikendalikan setan, nilai barokah semakin berkurang, bahkan jadi bencana,
yang jelas dosa makin bertambah !.
TERMASUK
BIDANG IBADAH
Apakah
lupa bahwa tujuan hidup adalah beribadah ?, termasuk dalam mencari harta. Bila
prinsip ini jadi pegangan dan acuan, maka kepuasanlah yang akan dirasakan,
walau mungkin dalam mengarungi perjalanan mengalami ketidak lancaran (
kegagalan ), ia tetap tegar dan takkan kecewa, karena faham bahwa dalam mencari
harta hukumnya ibadah, artinya pahala tetap akan diterimanya !.
Bahkan
ia yakin semakin banyak hambatan semakin banyak pula pahala dan ampunan diperolehnya,
buat dia harta nomor dua, yang penting dalam mencari harta berada dalam koridor
ibadah. Ini untungnya bila memahami hakekat ibadah.
Dengan
demikian ukuran kaya miskin tak jadi masalah, yang penting terus dan terus
berusaha mencari harta dalam rangka ibadah !.
Ternyata
kaya harta bukan jadi ukuran, namun kaya hati dan kebarokahanlah yang jadi
ukuran, kebarokahan yang berdasar : Kejujuran, kebenaran, dan rasa syukur pada
Sang Pemberi Nya !.
KISAH TAULADAN
MISTERI KEMATIAN
Suatu
saat Rasulullah s.a.w. memegang punggung Ibnu Umar sambil bersabda : “
Hendaknya hidup di dunia bagaikan orang asing atau perantau “.
Selanjutnya Ibnu Umar menanggapi sabda Nabi
s.a.w. tersebut : “ Jika kamu berada di waktu pagi, jangan mengharap akan
sampai sore hari. Dan pergunakan sehat untuk masa sakit, dan masa hidup untuk
bekal mati “.
Tharik bin Ziad termasuk orang yang menghayati
ucapan diatas. Ia memberikan semangat kepada prajuritnya yang telah menyeberangi
selat Jabal Tarik ( dalam sejarah selanjutnya disebut Jibral Tar ), guna
menghadang musuh. Dengan suara lantang ia berseru : “ Saudara saudara lihatlah
kapal yang kalian tumpangi telah terbakar hangus. Sekarang pilih satu diantara
dua, maju menghadang musuh dengan mati syahid, atau mundur meninggalkan musuh tetapi
mati konyol !. Ingat maju melawan musuh lebih baik dari pada mati konyol ! ".
Mendengar teriakan Tharik bin ziad seluruh
prajurit Islam terbakar semangat jihadnya, mereka maju menghadang musuh kendati
harus mengarungi lautan. Akhirnya
kemenangan berada ditangan kaum muslimin, yang hidup telah memanfatnya
tenaganya guna tegaknya kalimat Syahadah, yang mati jelas syahid hukumnya.
Kematian yang berharga disisi Allah Ta’ala, yang kelak akan dibalas dengan
syurga yang penuh kenikmatan tiada batasnya.
Adapula kisah kematian yang lucu di zaman
khalifah Ustman bin Affan, dimana ada seorang beristeri dua, yakni Ibnu Hasan
namanya, entah karena apa ia mecoba mengakhiri hidup dengan menggantung
dirinya. Ketika tali sudah terlilit dilehernya, tiba tiba binatang buas
menggigit kakinya, ia meraung sejadi jadinya, sambil berkata : “ Ya Allah
inikah siksa Mu, belum lagi aku menggantung diri, Engkau sudah mengirim
binatang untuk menggigitku, bagaimana pula rasanya seandainya aku mati dengan
menggantung diri ? “.
Walaupun Ibnu
Hasan mencari kematian namun Allah belum juga mengizinkannya !. Justru diwaktu
yang lain Ibnu Hasan meninggal ditangan seorang perampok, di saat ia tak
menginginkan kematiannya.
Itulah misteri mati, mati tak perlu dicari justru
bekal matilah yang seharusnya dicarinya, dengan memanfaatkan waktu dan tenaga
dikala ajal belum menjemputnya.
Dengan demikan kelak ketika ajal menjemputnya,
kemuliaan akan didapatkannya, karena jasadnya akan diringi amalnya bahkan akan
menemaninya sampai ke alam kubur. Lebih
lebih kelak balasan amalnya akan dinikmatinya di hari kebangkitan !.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar