OBAT YANG TERLUPAKAN
OLEH : M.
FARID ANWAR
“ Dan
apabila aku sakit Dialah yang menyembuhkan aku “.
( Q.S.
Asysyu’araa’ 80 )
Karena
kuatnya pengaruh pendidikan yang ditanamkan sejak kecil, yang pada dasarnya hanya
menekankan pada kekuatan akal dan ilmu pengetahuan. Ditambah lagi penanaman aqidah
yang kurang, sehingga semua usaha hanya mengandalkan pada kekuatan akal dan
ilmu pengetahuan semata.
Misalnya
ketika sakit yang terbayang : Rumah sakit, dokter, laboratorium, apotik dan
sebagainya. Ini sudah benar, karena dalam rangka ikhtiar mencari kesembuhan, namun
justru banyak yang pada lupa kepada sumber yang membuat kesembuhan itu sendiri,
yakni “ Allah Dzat Yang Menyembuhkan “.
Karena
lemahnya jiwa dalam bertawakkal kepada Yang Maha Penyembuh ini, sehingga
menjadikan pasien jadi mudah tegang, panik, takut, khawatir, was was. Keresahan
jiwa ini justru bisa menghambat proses kesembuhan, karena sistim kerja organ
tubuh jadi terganggu.
Guna
meyakinkan betapa pentingnya jiwa bergantung kepada Dzat yang Menyembuhkan,
dibawah ini kami nukil pengalaman seorang ahli bedah jantung dr. Khalid bin
Abdul Azizi Al Jubair SpJP yang bertugas di rumah sakit Saudi Arabia, dengan gaya bertutur dalam
bukunya “ Kesaksian seorang dokter “.
PASIEN HIPERTENSI
“ Saya telah melakukan satu operasi dengan
resiko tinggi dan saya sangat takut saat itu karena pasiennya adalah seorang
kakek yang mempunyai masalah tekanan darah tinggi. Saat itu harus segera
menjalani operasi operasi penambalan salah satu urat nadi.
Setelah menjalankan operasi, saya tinggalkan
dokter bedah yang
membantuku dalam operasi tersebut untuk
menutup rongga dada, urat dan kulitnya, sedangkan saya menunaikan sholat
maghrib dan isya’ dengan menjama’.
PENDARAHAN
Ketika saya menunaikan sholat malam, seorang
perawat menghampiri dengan tergopoh sambil berkata : “ Dokter Jubair segera
tengok pasienmu, ia sedang mengalami pendarahan, kondisinya sangat menghawatirkan
“.
BERDO’A
Saya langsung menengadahkan tangan sambil berdo’a
: “ Yaa Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, jika kehidupan lebih
baik bagi pasien tersebut maka hentikanlah pendarahannya ! “.
Kemudian saya segera menuju ruang operasi,
saya dikejutkan oleh sambutan dua dokter ahli bedah dan ahli anestesi ( bius ) yang
secara bersamaan mengatakan : “
Pendarahannya telah berhenti, tadinya pendarahan terjadi dari sebelah sini,
sekarang tidak nampak apapun, telah berhenti sama sekali “.
PULIH
Setelah mandi dan memakai pakaian bedah,
saya mencoba memeriksa bekas pendarahan tadi, saat itu kondisi pasien seakan
tidak pernah mengalami pendarahan sama sekali, pendarahan telah mengering. Saya
bersyukur kepada Allah Ta’ala, memang semuanya serba misterius dan tidak
satupun yang tahu sebabnya.
NASEHAT
BUAT PARA DOKTER
Wahai saudaraku yang berprofesi sebagai dokter, apakah anda telah membaca
firman Allah :
“ Atau siapakah yang
memperkenankan ( do’a )
orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a
kepada Nya,
dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu ( manusia )
sebagai khalifah di bumi ?. Apakah disamping
Allah ada Tuhan ( yang
lain ) ?. Amat sedikitlah
kamu mengingati ( Nya ) “. (
Q.S. An Naml 62 )
Janganlah engkau lupakan pasien dalam do’amu, jangan
engkau menjadi tinggi hati atas hasil baik yang engkau dapatkan. Beginilah
kisah yang berkenaan dengan do’a, sedang cara ruqyah maka kami telah melakukannya
beberapa kali.
Dan
terbukti ruqyah mempunyai andil yang besar dalam kesembuhan pasien, meskipun
cara ini sering dilupakan oleh banyak dokter maupun oleh si pasien.
PASIEN KRITIS
Salah seorang pasien wanita yang terahir saya
tangani di Maroko, saat saya sedang mengikuti proyek pengobatan gratis atas
dukungan yang terhormat Amir Sulthon Abdul Aziz Hafidzahullah, dia dalam
kondisi yang sangat kritis sebelum menjalani operasi saat itu, dengan
bertawakkal kepada Allah kami melakukan operasi
dengan penuh susah payah.
TURUN
DRASTIS
Setelah operasi, tekanan darahnya turun drastis berkisar antar empat
puluh sampai lima puluh, saluran
kencingnya berhenti, sehingga kondisinya menjadi sangat menghawatirkan, hingga
kami memprediksikan bahwa harapan sembuhnya sangat kecil. Setelah mengupayakan
pertolongan selama kurang lebih dua jam, kondisinya tidak juga membaik bahkan
makin memburuk.
BERDO’A
Setelah
didera oleh kepenatan sekian lama, saya teringat sabda Rasulullah s.a.w. :
“
Barang siapa menjenguk sedang menderita sakit yang ajalnya belum tiba, kemudian
dia membaca do’a : “ Saya memohon kepada Allah yang Maha Besar,
Penguasa ‘Arsy yang Agung agar Dia
menyembuhkanmu “ sebanyak tujuh kali, kecuali pasti Allah akan
menyembuhkanmu dari penyakit tersebut
“. ( H.R. Abu Dawud, tirmidzy )
MEMBAIK
Kemudian
saya segera berdo’a untuk kesembuhannya, tiba tiba sekitar dua menit saya
melihat keadaannya mulai membaik, demikian pula tekanan darahnya mulai membaik
juga, dan air seninya keluar dengan lancar. Setelah dua hari di ruang
pemulihan, dia diperbolehkan keluar, seminggu kemudian dia pulang. Bagi
Allahlah segala puji dan syukur.
SERANGAN
JANTUNG
Saya melakukan sebuah operasi kepada
anak balita berumur empat bulan yang mengalami serangan jantung berulang ulang
disebabkan kelainan nadi kiri yang tidak berada pada tempatnya. Kekuatan
jantungnya dibawah 10 %, bila dilakukan operasi sangat beresiko.
Ahirnya
kami putuskan melakukan operasi bedah balita, kami menunggu hIngga waktu fajar
tiba guna melepaskan alat bantu jantung dan alat bantu pernafasan, tetapi usaha
tersebut tidak berhasil.
NEKAD
SAMBIL TAWAKKAL
Ketika
fajar subuh tiba kami sepakat melepaskan peralatan tersebut walau keadaan belum
stabil, karena kami telah memberikan tempo yang lama, kami berkeyakinan jika
Allah menakdirkan anak tersebut hidup, itulah yang kami harapkan, tetapi jika
jantungnya berhenti semua itu adalah kehendak Allah yang tidak seorangpun yang
bisa menolak keputusan Nya. Ahirnya
peralatan tetap kami lepas meski kondisi jantungnya belum membaik, kondisi
jantungnya mulai menurun sedikit demi sedikit dan makin memburuk.
BERKAT
DO’A
Setelah
tujuh hingga sepuluh menit, tiba tiba kami lihat monitor menunjukkan tekanan
darahnya mulai naik kondisinya membaik sedikit demi sedikit, saya bertanya
kepada rekan spesialis anestesi : “ Apakah anda memberikan suatu obat pemacu
jantung ? “, dijawab : “ Tidak “. Tetapi keterkejutan saya hilang ketika
melihat rekan yang membantu saya meletakkan tangannya diatas dada anak
tersebut. Kemudian saya tanya : “ Apakah anda tadi membacakan ruqyah untuknya ?
“. Jawabnya : ” Ya “. Kemudian keadaan anak tersebut makin membaik “.
Semoga
kisah tersebut dapat menambah ketawakkalan kepada Allah Dzat Penyembuh. Amiin.
KISAH TAULADAN
BERKAT
TAWAKKAL
Seorang
anak berusia tujuh tahun, pernah menjalani operasi pelebaran pembuluh darah
aorta ( katup antara serambi kiri dan bilik kiri jantung ), yang mengalami
penyempitan pada saat berusia dua minggu.
Ternyata
tujuh tahun setelah operasi pertama, pembuluh tersebut mengalami penyempitan
kembali, tentu operasi ini akan merupakan operasi yang berat, karena harus
membuka dadanya kembali, dan biasanya paru parunya telah menempel dengan kuat
di dalam rongga dada, keadaan ini yang akan mempersulit pemisahan pembuluh yang
bermasalah tersebut.
Tetapi
anehnya kedua orang tua anak ini tidak menampakkan reaksi apa apa selain hanya
sikap pasrah kepada Allah serta kesabaran dalam mengharap kemurahan dari Nya, tidak
seperti yang terjadi pada umumnya.
Mereka
berkata : “ Kami berdua bertawakkal
kepada Allah, Dialah Yang Maha Penyembuh dan Maha Pemberi Kesehatan dan
Keselamatan “.
Saat itu
dokter sangat hawatir dan takut terhadap kondisi isi dada anak ini, yang
tentunya menempel sangat erat.
Biasanya
operasi semacam ini akan memakan waktu yang lama sekali, bahkan bisa lebih dari
tujuh jam. Tetapi apa yang terjadi...?, ternyata tidak seperti yang
dihawatirkan, justru kemudahan yang dijumpai dalam operasi ini.
Bahkan
kondisi penempelan yang semula dihawatirkan, justru tidak dijumpai. Dan Alhamdulillah operasi dapat
diselesaikan dalam waktu kurang dari dua jam, bahkan hasilnya diluar dugaan,
anak tersebut boleh pulang empat hari setelah operasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar