INDAHNYA KEMATIAN BUAH HATI
Oleh : M. FARID ANWAR
“ ......... boleh jadi kamu
membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi ( pula )
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu, Allah mengetahui sedang kamu
tidak mengetahui “.
( Q.S. Al Baqarah 216 )
Hidup
dihiasi bermacam misteri dan rahasia, namun karena keterbatasan manusia, maunya
hanya minta yang enak dan menyenangkan saja, padahal dibalik ketidak enakan pasti
ada hikmahknya
Demikian halnya dengan mushibah memang tidak
menyenangkan siapa saja, namun itulah ketetapan Yang Maha Kuasa, tanpa mushibah
hidup terasa tak lengkap dan sempurna. Masalahnya, tinggal bagaimana cara
menyikapinya ?.
BUAH HATI
Dalam
berumah tangga kiranya tak lengkap bila tidak mempunyai keturunan,
dengan keturunan berarti punya penerus sekaligus sebagai hiburan.
Betapa
kecewanya hidup tidak mempunyai keturunan, apalah arti berumah tangga bila tak terdengar suara
tangisan, tak ada canda dan gurauan. berkat hadirnya sang buah hati yang lucu dan
menawan.
Betapa pentingnya
buah hati sampai terjadi kasus perceraian, gara gara sang istri dianggap tak bisa
memberikan keturunan. Padahal kesalahan tidak seharusnya dialamatkan kepada
sang istri, yang selalu menjadi kambing hitam.
TITIPAN
Betapa
senangnya ketika keinginan memiliki keturunan diijabahi, namun bisa saja
sewaktu waktu sang buah hati diminta Nya kembali. Karena pada hakekatnya merupakan
titipan Sang Ilahi.
Maka beruntung bagi yang bisa menyikapi,
dengan membekali diri agar tak kecewa terhadap kemungkinan yang bakal terjadi
!.
PERINGATAN
ALLAH
Maka tidak seharusnya mencintai
sesuatu, melebihi citanya kepada Allah, karena sangat berbahaya !, karena Allah
akan mendatangkan keputusan Nya, akan jauh dari petunjuk Nya, dan tergolong
fasik !.
“ Katakanlah :
" Jika
bapak bapak , anak anak ,
saudara saudara,
isteri isteri,
kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai dari Allah dan Rasul Nya
dan dari berjihad di jalan nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan Nya ", dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang orang yang fasik. ( Q.S. At Taubah
24 )
MAHA
TAHU
Siapa
yang tahu rencana Allah ?, disebabkan karena kelemahan dan keterbatasan manusia,
ia tak memahami hal hal yang akan terjadi.
Keterbatasan
manusia dijelaskan Allah, ketika dua orang Nabi bertemu dengan pengetahuan yang
berbeda. Karena pengetahuan Nabi Musa yang terbatas, sehingga dia selalu memprotes
prilaku Nabi Khidhir yang dianggapnya salah.
" Maka
berjalanlah keduanya, hingga
tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka dia membunuhnya.
Musa berkata :
" Mengapa
kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang
lain ?, sesungguhnya kamu
telah melakukan suatu yang mungkar ". Dia berkata :
" Bukankah
sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya
kamu tidak akan dapat sabar bersamaku ? “. ( Q.S. Al Kahfi 74-75 )
Ahirnya Nabi Khidhir membuka
rahasia pembunuhan yang dilakukannya,
“ Dan
adapun
anak muda itu, maka
kedua orang tuanya
adalah orang orang
mukmin, dan kami
khawatir bahwa dia
akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki
supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik
kesuciannya dari anaknya itu, dan lebih dalam
kasih sayangnya ( kepada
ibu bapaknya ) ”. ( Q.S. Al Kahfi 80-81 )
Demikian
luas ilmu yang dikaruniakan Allah kepada Nabi Khidhir, sehingga kejadian yang
seolah nampak jelek justru membawa hikmah dikemudian hari.
HIKMAH
Demikian pula dengan musibah
yang menimpa, jangan berprasangka pada Allah Ta’ala, simak hikmahnya jangan terperangkap
pada musibah itu saja, namun cari hikmah dibaliknya, karena Allah lebih Bijak dari
yang disangkanya !. Maka kembalikan dan serahkan semua problema pada Yang Maha Kuasa.
BAITUL
HAMDI
Bila suatu saat buah hati tak
berumur panjang, jangan terlampau larut dalam kesedihan, karena tak kan
menyelesaikan persoalan, maka terima dengan dada lapang, karena kelak di Syurga
akan dibuatkan bangunan.
Dari Abu Musa r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda
: “ Apabila anak seseorang itu meninggal dunia maka Allah Ta’ala bertanya
kepada Malaikat Nya : “ Kamu telah mencabut nyawa anak hambaku ? “, Malaikat
menjawab : “ Ya “, Allah berfirman : “ Kamu telah mencabut buah hatinya ? ”,
Malaikat menjawab : “ Ya “, Allah berfirman : “ Maka apa yang diucapkan oleh
hambaku ? ”, Malaikat menjawab : “ Ia memuji kepadamu dan mengucapkan : “ Innaa
lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun “. Kemudian Allah Ta’ala berfirman : “
Bangunkanlah untuk hamba Ku sebuah rumah di dalam syurga, dan namakan rumah itu
dengan nama Baitul Hamdi ( rumah pujian ) “. ( H.R. At Turmudzy )
Bayangkan
betapa kuat imannya, ketika diambil buah hatinya bukannya menyesal dan kecewa, bahkan
bersyukur dan beristirja’ ( innaa
lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun ), maka pantas bila dibuatkan bangunan “
Rumah pujian “.
RIDLO
Diantara syarat agar dibalas
dengan Syurga, maka sikap ridlo harus dilakukan, dengan bersikap ridlo hati
jadi lapang, agar tak tertimpa stress berkepanjangan yang sangat membahayakan !.
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Allah
Ta’ala berfirman : ” Aku tidak akan memberi balasan kepada hamba Ku yang mukmin,
bila Aku mengambil kekasihnya didunia ini kemudian ia ridlo dan mengharapkan
pahala kepada Ku, melainkan balasannya syurga “. ( H.R. Bukhari )
TAK
TERSENTUH API NERAKA
Begitu besar balasan terhadap
yang kematian buah hati, sehingga tak hanya dibalas Syurga saja, bahkan dijamin
tak tersentuh api neraka kemudian hari !.
Dari Abu Hurairah r.a. berkata : “ Rasulullah s.a.w.
bersabda : “ Seseorang diantara ummat Islam yang kematian tiga orang anaknya,
maka ia tidak akan tersentuh api neraka, kecuali hanya sekedar untuk menepati
sumpah “. ( H.R. Bukhari Muslim )
MASUK SYURGA
Memang berat kematian buah
hati, namun Allah Yang Maha Pemurah tahu membalas budi, terhadap ketabahan
hamba Nya yang mentaati, sehingga dibalas dengan syurga yang penuh kenikmatan
dan abadi !.
Dari Anas r.a. berkata : “ Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Setiap orang
Islam yang kematian tiga orang anaknya yang belum dewasa, maka ia akan
dimasukkan oleh Allah kedalam Syurga atas berkat rahmat Allah terhadap anak
anaknya itu “. ( H.R. Bukhari Muslim )
ABU DZAR AL HIFARI
Nama
aslinya Jundub bin Junadah, sifatnya radikal revolusioner berasal dari Ghifar, kabilahnya
yang dikenal suka melanglang buana di padang pasir. Abu Dzar dikenal sangat benci
dan menentang pemujaan berhala di zaman Jahiliyah.
Dengan
datangnya agama Islam ia sangat antusias menyambutnya, dengan semangat mengebu
nggebu ia segera ingin menjumpai Nabi Muhammad s.a.w.
Dengan
berjalan terhuyung huyung karena letihnya, Abu Dzar langsung menuju Mekkah
melakukan thowaf mengelilingi berhala besar yang ada di sekitar ka’bah, siasat
ini dilakukan agar keinginannya menjumpai Nabi untuk menyatakan keimanannya
tidak terendus kaum kafir Quraisy.
Abu Dzar
terus saja melangkahkan kakinya sambil memantau pembicaraan orang tentang Nabi
Muhammad s.a.w., dan melacak dimana tempat Nabi s.a.w. berada.
Setelah
berjumpa Nabi s.a.w., Abu Dzar langsung menyatakan ke Islamannya, ketika itu Rasulullah
s.a.w. dalam menyampaikan da’wahnya masih secara sembunyi sembunyi, karena umat
Islam waktu itu masih berjumlah enam orang. Tetapi karena sifat radikalnya ia
menuju ke Masjidil Haram dan dengan lantangnya menyerukan kalimat syahadat.
Dimana kalimat tersebut merupakan teriakan pertama kali tentang keberadaan
agama Islam, yang disampaikan oleh seorang perantau asing.
Berkat
keberaniannya ini ia mendapat siksaan dari kaum Quraisy, dengan berbondong
bondong mereka menyiksa silih berganti, hingga ia roboh tak berdaya.
Siksaan
terhadap Abu Dzar akhirnya sampai ketelinga paman Nabi s.a.w. Dengan segera
beliau mendatangi tempat Abu Dzar disiksa, sambil berkata kepada kaum Quraisy :
“ Wahai kaum Quraisy kamu adalah bangsa pedagang, yang pasti lewat di kampung
Bani Ghifar, sedang orang ini adalah salah satu warganya, bila ia mengajak
kaumnya untuk merampok kafilahmu bagaimana ?! “.
Setelah
mendengar nasehat paman Nabi s.a.w. mereka sama membubarkan diri. Adapun Abu Dzar
tetap saja menetap di Mekkah agar dapat mendalami agama Islam. Suatu hari
nampak oleh Abu Dzar dua orang wanita mengelilingi berhala sambil memujanya,
kemudian kedua wanita ini dihadang Abu Dzar sambil menghina berhala yang
dipujanya, kedua wanita tersebut spontan berteriak, hingga orang orang sama
berdatangan dan menyiksa Abu Dzar sampai tak sadarkan diri. Ketika sadar ia
berseru : “ Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah
wa Asyhadu anna Muhammadar Rasuulullaah “.
Setelah
Nabi s.a.w. hijrah ke Madinah, Abu Dzar pulang dan mengajak kabilahnya dan
kabilah Aslam guna memeluk agama Islam, kemudian dia menyusul Nabi berangkat ke
Madinah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar