Selasa, 19 Agustus 2014

HATI HATI DENGAN HATI






                              HATI HATI DENGAN HATI
                                        OLEH : M. FARID ANWAR
( Yaitu ) orang orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenang dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenang “.
                                       ( Q.S. Ar Ra’du 28 )
Istilah “ hati hati “ sangat akrab dikenal dalam kehidupan sehari hari, hati hati berasal dari kata “ hati “ yang diulang, mengapa bukan “ kaki kaki “, “ telinga telinga “ atau “ mata mata “. Begitu pentingnya “ hati “ atau jiwa sehingga dipakai sebagai kata penyeru, dengan maksud agar waspada.
Kata “ hati “ yang dimaksud adalah “ jiwa “, begitu pentingnya peranan jiwa ( kalbu ) sampai Rasulullah s.a.w. bersabda :
“ Ketahuilah bahwa di dalam tubuh itu ada sepotong daging, apabila daging itu baik maka baiklah seluruh tubuh itu, dan apabila dia rusak maka rusaklah seluruh tubuh itu, ingatlah bahwa yang dimaksud itu adalah kalbu ( jiwa ) “.  ( H.R. Bukhari Muslim )
MENENTUKAN                                                                         
    Jiwa merupakan sumber segalanya, sangat menentukan prilaku seseorang, jiwa yang : beriman, ikhlas, sabar, suka bersyukur, tawakkal, sayang menyayangi, suka menolong, qanaah, tidak rakus dan sebagainya, akan membuahkan sikap yang tenang.
Jiwa yang tenang membuahkan prilaku atau akhlak mulia, demikian pula sebaliknya jiwa yang tidak tenang akan menimbulkan rasa resah, merana, mudah kecewa, putus asa yang akan membuahkan sikap yang tidak terpuji, karena keresahan dan kekecewaannya dilampiaskan dalam bentuk sikap yang tak terkendali ( mudah emosi ), sehingga merugikan dirinya dan orang lain : pemarah, pendendam, pecemburu, suka curiga, khasud, bakhil, rakus ( tamak ) dan sebangsanya.
PERISTIWA MENGENASKAN
          Di awal bulan ini ( Maret ) 2013 terjadi dua peristiwa mengejutkan, seorang gadis 15 tahun setelah bertengkar dengan teman laki lakinya di sebuah mall di jakarta, tiba tiba mendadak meloncat dari lantai 2 ke lantai dasar, dan tragisnya langsung dilindas mobil yang lewat, yang berakhir dengan tewasnya si gadis.
          Pada bulan yang sama dijalan diketemukan potongan tubuh wanita secara terpisah, dua hari kemudian kepolisian berhasil mengungkap pelaku mutilasi ( pemotongan mayat ) tersebut, ternyata sang pelaku justru suaminya sendiri, karena didorong rasa cemburu. 
         Pada bulan sebelumnya ( februari ) terjadi pula peristiwa pembakaran seorang suami yang dilakukan oleh istrinya sendiri, karena si istri menjumpai sang suami sedang tidur bersama wanita selingkuhannya dikamarnya.
      Di bulan sebelumnya terjadi pemotongan alat vital yang dilakukan seorang istri terhadap suaminya, disebabkan si suami menikah lagi.
       Betapa fatalnya bila jiwa tidak bisa mengendalikan gejolak emosi, sehingga berakibat merugikan dirinya dan orang lain. Bila peristiwa sudah terjadi penyesalan tiada berguna lagi, karena kematian takkan bisa hidup lagi, putusnya alat vital takkan bisa disambung kembali, yang jelas jeruji besi ( sel tahanan ) siap menanti, lebih lebih di akherat nanti. 
PENGHIDUPAN SEMPIT
            Maka sejak awal Aliahsudah mengingatkan :  
    Dan barangsiapa berpaling dari peringatan Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta ". ( Q.S. Thaha 124 )
          Dengan jelas Allah menekankan yang berpaling dari peringatan Nya akan menghadapi penghidupan yang sempit “. Penghidupan yang sempit disebabkan  jiwanya lupa dari peringatan Allah, sehingga jiwanya hanya memperturutkan hawa nafsunya, hanya memperturutkan gejolak jiwa yang dikendalikan setan yang selalu mengajak kepada kemunkaran belaka.
LABIL
       Jiwa yang sempit disaat mengalami musibah akan lupa bahwa musibah “ merupakan ujian dari Yang Maha Kuasa “, sehingga berakibat jiwanya mudah guncang ( labil ), karena lemahnya iman ditambah lagi ketidak mampuannya mengendalikan emosi.
           Bukankah menahan amarah merupakan tuntunan agama.
        “ ( Yaitu ) orang orang yang menafkahkan ( hartanya ), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan ( kesalahan ) orang. Allah menyukai orang orang yang berbuat kebaikan. ( Q.S. Ali Imran 134 )
     Begitu besar akibat kurangnya memperhatikan peringatan Nya, sehingga sikapnya jadi membabi buta, tidak bisa lagi memperhitungkan akibat dan resiko yang bakal dihadapinya, baik di dunia apalagi di akherat. 
 MELUPAKAN AYAT
               Orang yang tidak memperhatikan peringatan Nya, jiwanya jadi buta ( sempit ) baik di dunia maupun di akherat, sehingga kelak di akherat dia bertanya kepada Allah :
     “ Berkatalah dia : " Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat ? "( Q.S. Thaha 125 )
        Bayangkan buta di dunia saja sulitnya bukan main, apalagi buta di akherat betapa menderitanya ?. Na’udzu billaahi min dzaalik.
            Atas pertanyaan yang diajukan  ini Allah menjawab :
          “ Allah berfirman : " Demikianlah, telah datang kepadamu ayat ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan ".  ( Q.S. Thaha 126 )
TIDAK KHAWATIR DAN TIDAK SEDIH
       Memperhatikan peringatan Al Quran sangat perlu dan harus dilakukan, agar jiwa punya pegangan, punya pedoman, sehingga jiwa menjadi tenang karena tahu arah dan tujuan.
Khususnya memperkokoh keimanan perlu diperhatikan, dengan mempergiat amal sholih yang merupakan bukti keimanan dan juga tetap aktif menegakkan sholat dan menunaikan zakat. Dengan melaksanakan peringatan Allah ini akan membuahkan “ jiwa menjadi tidak khawatir dan tidak mudah bersedih hati ( tenang ) “.
            Sesungguhnya orang orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. ( Q.S. Al Baqarah 277 )
HATI YANG TENANG
            Begitu indah dan mulianya yang berjiwa tenang, karena dikala hidup di dunia bisa menjaga jiwanya, dengan selalu ingat kepada Nya, memperhatikan tuntunan Nya lewat firman Nya, sehingga prilakunya menunjukkan akhlakul karimah.
           Sehingga kelak dipanggil oleh Yang maha Kuasa dengan santunnya.
Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridlai Nya, maka masuklah ke dalam jama'ah hamba hamba Ku,  masuklah ke dalam syurga Ku.  ( Q.S. Al Fajr 27-30 )
 Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah Nya, sehingga menjadi hamba yang selalu dan suka berpegang teguh kepada firman Nya. Amiin.


                             KISAH TAULADAN
MEMEGANG TEGUH KEPUTUSAN NABI
Belum seberapa jauh Usamah bin Zaid dan pasukannya meninggalkan Madinah, mereka dikejutkan oleh teriakan orang yang mengatakan bahwa : “ Rasulullah s.a.w. telah wafat “.
Dengan sigap Usamah menghentikan langkah pasukannya, kemudian kembali menemui Umar bin Khaththab r.a. sambil berkata : “ Aku kembali untuk menghadap kepada pengganti Rasulullah s.a.w., aku meminta izin kepadanya. Berikan izin kepadaku dan aku akan kembali ke pasukanku untuk meneruskan tugas, karena akulah pemimpin dan tulang punggung mereka, aku khawatir urusan Rasulullah s.a.w. dan urusan kaum Muslimin nanti diambil alih oleh orang orang musyrik “.
Mendengar sikap Usamah bin Zaid, kaum Anshar menyahut : “ Jika Umar tidak menyetujui, maka kitalah yang akan menanda tangani demi kemaslahatan kita bersama, maukah kamu menyetujuinya ?, carikan pemimpin bagi kami orang yang umurnya lebih tua dari Usamah bin Zaid ! “.
Kemudian Umar bin Khaththab r.a. keluar menemui Abu Bakar r.a. dan menceritakan apa yang telah diucapkan Usamah bin Zaid r.a. Setelah mendengar apa yang diceritakan Umar bin Khaththab r.a. kemudian Abu Bakar r.a. berkata dengan tegas : “ Meskipun anjing dan srigala menyambar ( mengambil alih ), aku tidak akan menetapkan apa apa yang telah ditetapkan Rasulullah s.a.w. ! “.
Setelah Abu Bakar r.a. berkata, Umar bin Khaththab r.a. berkata pula : “ Kaum Anshar telah memintaku untuk menyampaikan kepadamu agar engkau mengangkat orang yang lebih tua dari Usamah bin Zaid r.a. “.
Bagai macan kelaparan ( marah ) Abu Bakar r.a. kemudian duduk sambil memegang janggut Umar bin Khaththab r.a. dan menyentak : “ Celaka engkau wahai Umar bin Khaththab !, Rasulullah s.a.w. telah mengenakan mahkota kepemimpinan ( kepada Usamah bin Zaid ), sekarang engkau memerintahkan aku untuk melepaskannya “.
Dengan memendam rasa malu, kemudian Umar bin Khaththab r.a. kembali dan menemui orang orang Anshar yang masih bergerombol di luar.
Setelah melihat Umar bin Khaththab r.a. mereka bertanya : “ Apa yang telah engkau perbuat ? “. Umar r.a. menjawab : “ Celaka kalian, hari ini aku tidak bisa sejalan dengan kalian dalam masalah utusan Rasulullah s.a.w. ini “.        
 Demikian tegas Abu Bakar r.a. memegang teguh dan mentaati keputusan Rasululah s.a.w. tentang pengangkatan Usamah bin Zaid sebagai panglima perang, walau usia Usamah tergolong muda, tetapi Abu bakar tidak berani mengubahnya
“ Dan taatilah Allah dan rasul, supaya kamu diberi rahmat “ . ( Q.S. Ali Imran 132 )





Tidak ada komentar:

Posting Komentar