HATI HATI
DENGAN HATI
OLEH : M. FARID ANWAR
“ ( Yaitu ) orang orang
yang beriman dan hati mereka manjadi tenang
dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan
mengingat Allah lah
hati menjadi tenang “.
( Q.S. Ar Ra’du
28 )
Istilah “ hati hati “ sangat akrab dikenal
dalam kehidupan sehari hari, hati hati berasal dari kata “ hati “ yang diulang, mengapa bukan “ kaki kaki “, “ telinga
telinga “ atau “ mata mata “. Begitu pentingnya “ hati “ atau jiwa sehingga dipakai
sebagai kata penyeru, dengan maksud agar waspada.
Kata “ hati “ yang dimaksud adalah “ jiwa “, begitu pentingnya peranan jiwa
( kalbu ) sampai Rasulullah s.a.w.
bersabda :
“ Ketahuilah bahwa di dalam tubuh itu ada sepotong
daging, apabila daging itu baik maka baiklah seluruh tubuh itu, dan apabila dia
rusak maka rusaklah seluruh tubuh itu, ingatlah bahwa yang dimaksud itu adalah kalbu
( jiwa ) “. ( H.R. Bukhari Muslim )
MENENTUKAN
Jiwa
merupakan sumber segalanya, sangat menentukan prilaku seseorang, jiwa yang : beriman,
ikhlas, sabar, suka bersyukur, tawakkal, sayang menyayangi, suka menolong, qanaah,
tidak rakus dan sebagainya, akan membuahkan sikap yang tenang.
Jiwa yang
tenang membuahkan prilaku atau akhlak mulia, demikian pula sebaliknya jiwa yang
tidak tenang akan menimbulkan rasa resah, merana, mudah kecewa, putus asa yang
akan membuahkan sikap yang tidak terpuji, karena keresahan dan kekecewaannya
dilampiaskan dalam bentuk sikap yang tak terkendali ( mudah emosi ), sehingga
merugikan dirinya dan orang lain : pemarah, pendendam, pecemburu, suka curiga, khasud,
bakhil, rakus ( tamak ) dan sebangsanya.
PERISTIWA
MENGENASKAN
Di awal bulan ini ( Maret )
2013 terjadi dua peristiwa mengejutkan, seorang gadis 15 tahun setelah
bertengkar dengan teman laki lakinya di sebuah mall di jakarta, tiba tiba mendadak
meloncat dari lantai 2 ke lantai dasar, dan tragisnya langsung dilindas mobil
yang lewat, yang berakhir dengan tewasnya si gadis.
Pada bulan yang sama dijalan
diketemukan potongan tubuh wanita secara terpisah, dua hari kemudian kepolisian
berhasil mengungkap pelaku mutilasi ( pemotongan mayat ) tersebut, ternyata
sang pelaku justru suaminya sendiri, karena didorong rasa cemburu.
Pada bulan sebelumnya (
februari ) terjadi pula peristiwa pembakaran seorang suami yang dilakukan oleh
istrinya sendiri, karena si istri menjumpai sang suami sedang tidur bersama
wanita selingkuhannya dikamarnya.
Di bulan sebelumnya terjadi
pemotongan alat vital yang dilakukan seorang istri terhadap suaminya,
disebabkan si suami menikah lagi.
Betapa fatalnya bila jiwa tidak bisa
mengendalikan gejolak emosi, sehingga berakibat merugikan dirinya dan orang
lain. Bila peristiwa sudah terjadi penyesalan tiada berguna lagi, karena
kematian takkan bisa hidup lagi, putusnya alat vital takkan bisa disambung
kembali, yang jelas jeruji besi ( sel tahanan ) siap menanti, lebih lebih di
akherat nanti.
PENGHIDUPAN
SEMPIT
Maka sejak
awal Aliahsudah mengingatkan :
“ Dan barangsiapa berpaling
dari peringatan Ku,
maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta ". (
Q.S. Thaha 124 )
Dengan
jelas Allah menekankan “ yang berpaling dari peringatan Nya akan
menghadapi penghidupan yang sempit “. Penghidupan yang sempit disebabkan jiwanya lupa dari peringatan Allah, sehingga jiwanya
hanya memperturutkan hawa nafsunya, hanya memperturutkan gejolak jiwa yang
dikendalikan setan yang selalu mengajak kepada kemunkaran belaka.
LABIL
Jiwa yang sempit disaat mengalami musibah
akan lupa bahwa musibah “ merupakan
ujian dari Yang Maha Kuasa “, sehingga berakibat jiwanya mudah guncang (
labil ), karena lemahnya iman ditambah lagi ketidak mampuannya mengendalikan
emosi.
Bukankah menahan amarah merupakan
tuntunan agama.
“ ( Yaitu )
orang orang
yang menafkahkan ( hartanya ),
baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang orang
yang menahan amarahnya dan mema'afkan ( kesalahan )
orang. Allah menyukai orang orang
yang berbuat kebaikan “. ( Q.S. Ali Imran 134 )
Begitu besar akibat kurangnya memperhatikan
peringatan Nya, sehingga sikapnya jadi membabi buta, tidak bisa lagi
memperhitungkan akibat dan resiko yang bakal dihadapinya, baik di dunia apalagi
di akherat.
MELUPAKAN AYAT
Orang yang tidak
memperhatikan peringatan Nya, jiwanya jadi buta ( sempit ) baik di dunia maupun
di akherat, sehingga kelak di akherat dia bertanya kepada Allah :
“ Berkatalah dia :
" Ya
Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya
adalah seorang yang melihat ? ". (
Q.S. Thaha 125 )
Bayangkan
buta di dunia saja sulitnya bukan main, apalagi buta di akherat betapa menderitanya
?. Na’udzu billaahi min dzaalik.
Atas pertanyaan yang diajukan ini Allah menjawab :
“ Allah berfirman :
" Demikianlah,
telah datang kepadamu ayat ayat
Kami, maka
kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan ". ( Q.S. Thaha 126 )
TIDAK
KHAWATIR DAN TIDAK SEDIH
Memperhatikan
peringatan Al Quran sangat perlu dan harus dilakukan, agar jiwa punya pegangan,
punya pedoman, sehingga jiwa menjadi tenang karena tahu arah dan tujuan.
Khususnya
memperkokoh keimanan perlu diperhatikan, dengan mempergiat amal sholih yang
merupakan bukti keimanan dan juga tetap aktif menegakkan sholat dan menunaikan
zakat. Dengan melaksanakan peringatan Allah ini akan membuahkan “ jiwa menjadi tidak khawatir dan tidak
mudah bersedih hati ( tenang ) “.
“ Sesungguhnya orang orang
yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya,
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati “. ( Q.S. Al Baqarah 277 )
HATI YANG TENANG
Begitu
indah dan mulianya yang berjiwa tenang, karena dikala hidup di dunia bisa
menjaga jiwanya, dengan selalu ingat kepada Nya, memperhatikan tuntunan Nya lewat
firman Nya, sehingga prilakunya menunjukkan akhlakul karimah.
Sehingga kelak dipanggil oleh Yang
maha Kuasa dengan santunnya.
“ Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada
Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridlai Nya, maka masuklah ke
dalam jama'ah hamba hamba Ku, masuklah ke dalam syurga Ku “. ( Q.S. Al Fajr 27-30 )
Semoga
Allah senantiasa memberikan hidayah Nya, sehingga menjadi hamba yang selalu dan
suka berpegang teguh kepada firman Nya. Amiin.
KISAH TAULADAN
MEMEGANG TEGUH KEPUTUSAN NABI
Belum seberapa
jauh Usamah bin Zaid dan pasukannya meninggalkan Madinah, mereka dikejutkan
oleh teriakan orang yang mengatakan bahwa : “ Rasulullah s.a.w. telah wafat “.
Dengan
sigap Usamah menghentikan langkah pasukannya, kemudian kembali menemui Umar bin
Khaththab r.a. sambil berkata : “ Aku kembali untuk menghadap kepada pengganti
Rasulullah s.a.w., aku meminta izin kepadanya. Berikan izin kepadaku dan aku
akan kembali ke pasukanku untuk meneruskan tugas, karena akulah pemimpin dan
tulang punggung mereka, aku khawatir urusan Rasulullah s.a.w. dan urusan kaum
Muslimin nanti diambil alih oleh orang orang musyrik “.
Mendengar
sikap Usamah bin Zaid, kaum Anshar menyahut : “ Jika Umar tidak menyetujui,
maka kitalah yang akan menanda tangani demi kemaslahatan kita bersama, maukah
kamu menyetujuinya ?, carikan pemimpin bagi kami orang yang umurnya lebih tua
dari Usamah bin Zaid ! “.
Kemudian
Umar bin Khaththab r.a. keluar menemui Abu Bakar r.a. dan menceritakan apa yang
telah diucapkan Usamah bin Zaid r.a. Setelah mendengar apa yang diceritakan
Umar bin Khaththab r.a. kemudian Abu Bakar r.a. berkata dengan tegas : “
Meskipun anjing dan srigala menyambar ( mengambil alih ), aku tidak akan
menetapkan apa apa yang telah ditetapkan Rasulullah s.a.w. ! “.
Setelah
Abu Bakar r.a. berkata, Umar bin Khaththab r.a. berkata pula : “ Kaum Anshar
telah memintaku untuk menyampaikan kepadamu agar engkau mengangkat orang yang
lebih tua dari Usamah bin Zaid r.a. “.
Bagai
macan kelaparan ( marah ) Abu Bakar r.a. kemudian duduk sambil memegang janggut
Umar bin Khaththab r.a. dan menyentak : “ Celaka engkau wahai Umar bin
Khaththab !, Rasulullah s.a.w. telah mengenakan mahkota kepemimpinan ( kepada
Usamah bin Zaid ), sekarang engkau memerintahkan aku untuk melepaskannya “.
Dengan
memendam rasa malu, kemudian Umar bin Khaththab r.a. kembali dan menemui orang
orang Anshar yang masih bergerombol di luar.
Setelah
melihat Umar bin Khaththab r.a. mereka bertanya : “ Apa yang telah engkau
perbuat ? “. Umar r.a. menjawab : “ Celaka kalian, hari ini aku tidak bisa
sejalan dengan kalian dalam masalah utusan Rasulullah s.a.w. ini “.
Demikian tegas Abu Bakar r.a. memegang teguh
dan mentaati keputusan Rasululah s.a.w. tentang pengangkatan Usamah bin Zaid
sebagai panglima perang, walau usia Usamah tergolong muda, tetapi Abu bakar
tidak berani mengubahnya
“ Dan
taatilah Allah dan rasul, supaya kamu diberi rahmat “ . ( Q.S. Ali Imran 132 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar