Sabtu, 16 Agustus 2014

KEJAMNYA FITNAH






KEJAMNYA FITNAH
OLEH :  H. M. FARID ANWAR
" Hai orang orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu ". ( Q. S. Al Hujuraat 6 )
    Fitnah artinya : ujian, siksaan, gangguan, tuduhan. Fitnah adalah tuduhan yang tidak mempunyai dasar yang kuat dan benar, fitnah sangat kejam dan berbahaya !, betapa tidak, orang yang terkena fitnah sangat tertekan, terganggu dan menderita jiwanya, terasa tersiksa, karena kehormatan dan harga dirinya terancam dan ternoda, sehingga jiwanya jadi  tidak tenang karena resah dan gelisah, begitu kejam dan kejinya fitnah !.  Begitu dahsyatnya fitnah sampai Al Quran menyatakan :
" .... Dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan...."
 ( Q.S. Al Baqarah  191 )         
           Oleh karena itu Allah memberikan tuntunan, bila ada orang fasik membawa berita, agar dicek dan diteliti terlebih dahulu, jangan ditelan mentah mentah, apalagi disebar luaskan dengan enaknya, tanpa memikirkan akibat buruknya.
FITNAH TERHADAP 'AISYAH R.A.
            Suatu kisah pernah menimpa pada diri ' Aisyah r.a. isteri Rasulullah s.a.w. Pada bulan sya'ban 5 H, seusai perang dengan Bani Mushtaliq, perang ini diikuti  pula oleh kaum munafik. 'Aisyah ikut pula beserta Nabi, berdasarkan hasil undian yang diadakan diantara istri-istri beliau, .
        Dalam perjalanan kembali dari peperangan, rombongan berhenti disuatu tempat. 'Aisyah r.a. keluar dari sekedupnya ( tempat duduk bertutup diatas unta ) untuk suatu keperluan, ketika akan kembali kesekedupnya tiba tiba 'Aisyah r.a. kehilangan kalungnya,  kemudian 'Aisyah berbalik dan berusaha mencarinya.
   Karena disangka 'Aisyah sudah berada dalam sekedupnya, maka rombongan berangkat guna melanjutkan perjalanan, ketika 'Aisyah mengetahui bahwa rombongan sudah berangkat, 'Aisyahpun duduk sambil menunggu dengan harapan agar rombongan  kembali menjemputnya.
   Disaat itu kebetulan lewat seorang sahabat Nabi Shafwan Ibnu Mu'aththal, yang menemukan seseorang sedang tidur sendirian, dia terkejut seraya mengucapkan : " Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'un, isteri Rasulullah ! ", 'Aisyahpun terkejut dan terbangun, maka oleh Shafwan 'Aisyah dipersilahkan mengendarai untanya.
    Kemudian Shafwan mengantar sambil menuntun untanya sampai di Madinah, orang orang yang melihat kedatangan 'Aisyah r.a. dan Shafwan, sama ramai membicarakan kejadian tersebut dengan nada memfitnah menurut pendapat dan versinya masing-masing.
   Maka timbullah desas desus santer yang bernada negatif ini. Lebih lebih kaum munafik melihat peluang ini ikut pula menghembuskan fitnah dan ikut membesar besarkan berita. Maka fitnah terhadap 'Aisyah r.a. jadi bertambah luas, sehingga menimbulkan kegoncangan dikalangan kaum muslimin.
TEGURAN ALLAH
   Atas peristiwa ini Allah memberikan teguran : 
   " Sesungguhnya orang orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga, janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu, tiap tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya adzab yang besar. Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohon itu orang orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan ( mengapa tidak ) berkata : " Ini adalah suatu berita bohong yang nyata ". ( Q.S. An Nur 11-12 )
HARUS ADA 4 SAKSI
        Menuduh seseorang berbuat zinah tidak mudah, harus mendatangkan empat orang saksi, yang benar benar jujur dan tahu persis kejadiannya.  
" Mengapa mereka ( yang menuduh ) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu ?. Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi saksi, maka mereka Itulah pada sisi Allah orang  orang yang dusta ".   ( Q. S. Annur 13 )
URUSAN BESAR
Memfitnah bukan urusan sepele, namun berakibat besar disisi Allah.                                              
"  ( ingatlah ) Di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut kemulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar ".  ( Q.S. An Nur 15 )
FITNAH HARUS DITOLAK
" Dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu : " Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha suci Engkau ( ya Tuhan kami ), ini adalah dusta yang besar ". ( Q.S. An Nur 16 )                                          
DILAKNAT DAN DIADZAB
            Begitu berat resiko pemfitnah, karena akan mendapat laknat dan adzab baik didunia dan akherat, bahkan kelak bakal mendapat adzab yang besar !.
 " Sesungguhnya orang orang yang ingin agar ( berita ) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui ".  ( Q.S. An Nur 19 )
  " Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah ( yang tak pernah berkeinginan melakukan perbuatn keji ) lagi beriman, mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka adzab yang besar ". ( Q.S. An Nur 23 )
DITEPIS ALLAH
   " Wanita wanita yang keji adalah untuk laki laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita wanita yang keji ( pula ), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki laki yang baik adalah untuk wanita wanita yang baik ( pula ). Mereka ( yang dituduh ) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka ( yang menuduh ). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia ( syurga ) ".      ( Q.S. An Nur 26 )                              
Ayat ini merupakan bantahan dan menepis fitnah, sekaligus menunjukkan kesucian 'Aisyah r.a. dan Shafwan dari segala tuduhan yang ditujukan kepada mereka. Apalagi Rasulullah s.a.w. adalah orang yang paling mulia, maka pastilah wanita yang mulya pula yang patut menjadi istri beliau.
JANGAN MUDAH TERPROVOKASI
            Agar selamat didunia dan akherat, pandai pandailah menjaga lidah, jangan mudah hanyut dan larut pada berita yang belum jelas ujung pangkalnya, karena berat resikonya, apalagi kelak diakherat akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah, semoga Allah selalu memberikan petunjukNya, Amin.                                                   



KISAH TAULADAN
TAK PERNAH JERA MEMBERI FATWA
          Disebuah sudut kota Madinah beberapa pemuka Quraisy sedang berkumpul, salah satu diantaranya Ahnaf bin Qois. Ketika mereka sedang asyik berbincang, Abu Dzar datang dengan pakaian yang lusuh dan kasar.
           Abu Dzar`langsung memperingatkan mereka : " Ingatlah wahai orang orang yang suka mengumpulkan harta, kekayaan itu akan menjadi bahan bakar untuk membakar mereka dineraka. Baranya akan diletakkan didada mereka hingga keluar dari pundak, dan diletakkan dipundak hingga keluar dari dada ".
        Orang orang yang ada disekitar Abu Dzar tampak acuh, tak seorangpun yang berniat mengomentari. Abu Dzarpun tetap melanjutkan nasehatnya : " Punggung mereka akan digosok dengan bara api hingga tembus kelambung, dan digosok pula otak mereka hingga tembus kekening ".
        Karena tak mendapat tanggapan, Abu Dzarpun meninggalkan mereka.
      Setelah Abu Dzar pergi, Ahnaf bertanya : " Siapa laki laki itu ", salah seorang menjawab : " Abu Dzar Al Ghifari sahabat Rasulullah ". 
      Ahnaf bin Qois dengan cepat segera bangkit berjalan menyusul Abu Dzar hingga keduanya bertemu. " Wahai Abu Dzar, aku melihat tak seorangpun dari mereka yang menyukai nasehatmu tadi ", kata Ahnaf. 
       Abu Dzar menjawab : " Karena tak satupun dari mereka yang berakal, pada suatu hari Rasulullah s.a.w. pernah memanggilku dan bertanya : " Apakah engkau melihat gunung Uhud itu ? ". Aku melihatnya sambil menengadah, waktu itu aku mengira beliau akan memberiku tugas, tetapi kemudian beliau bersabda : " Andai semua gunung itu menjadi emas, maka semuanya akan aku sedekahkan, kecuali tiga dinar saja ".         
            Abu Dzar diam sejenak, menunggu reaksi Ahnaf, begitu Ahnaf diam saja, kemudian Abu Dzar melanjutkan kata katanya : " Sedangkan mereka hanya sibuk mengumpulkan harta ".
          " Tetapi mengapa mereka tak menyukai nasehatmu ? ", Abu Dzar menjawab : " Aku tak mengatakan apa apa, semuanya hanyalah pesan pesan Rasulullah s.a.w. ".
            Sambil menunjukkan sebuah hadiah yang baru diterimanya, Ahnaf bertanya : " Bagaimana pendapatmu tentang hadiah ini ? ". Jawab Abu Dzar : " Ambil saja karena engkau membutuhkannya, semoga Allah merahmatimu, tetapi mengapa engkau tidak ingin meminta bagianmu seperti yang dilakukan oleh saudara saudaramu dari quraisy ? “. Ahnaf menjawab : " Tidak, demi Allah aku tidak akan pernah meminta minta harta hingga aku menemui Allah dan RasulNya ".        




































Tidak ada komentar:

Posting Komentar