PERSAUDARAAN SEJATI
OLEH
: H. M. FARID ANWAR
“ Muhammad itu
adalah utusan Allah dan orang orang yang bersama dengan dia adalah tegas
terhadap orang orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat
mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan Nya, tanda tanda
mereka tampak pada wajah mereka dari bekas sujud ( pada air muka mereka
kelihatan keimanan dan kesucian hati mereka ) “. (
Q. S. Al Fath 29 )
Perang adalah satu
satunya cara dalam agama bila memang keadaan menghendakinya. Namun perang juga
bukan satu satunya cara dalam memecahkan masalah, karena umat Islam adalah umat
yang santun, ramah dan saling menghargai sesama manusia, walau berbeda agamanya. Bahkan agama tak pernah mengajarkan
memaksakan keyakinan kepada orang lain untuk memeluknya. Justru hubungan
antar manusia pun sangat ditekankan dalam agama.
“
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali ( agama ) Allah dan tali ( perjanjian ) dengan manusia
“. (
Q.S. Ali Imran 112 )
Namun bila keyakinan
mereka diganggu, agama mereka dilecehkan, mereka akan bangkit bagai singa bangun
dari tidurnya, mereka rela mengorbankan diri bahkan nyawa sekalipun demi
tegaknya kalimat tauhid ( laa ilaha illaallaah : tidak ada yang berhak
diibadahi selain Allah ). Baginya mati dalam membela agama syahid hukumnya,
dosanya dihapus dan langsung masuk ke syurga.
Demikian pula halnya
dengan sepupu Hudzaifah Al Adawi, dia berangkat kemedan perang Yarmuk guna
memenuhi panggilan agama jihad fii sabiilillaah.
PERANG
YARMUK
Di medan Yarmuk pertempuran berlangsung cukup seru,
sehingga banyak menelan korban termasuk di fihak prajurit muslim banyak yang
terluka parah. Ketika itu Hudzaifah al Adawi mendengar khabar bahwa sepupunya
mendapat luka cukup parah di medan laga, ia pun segera bergegas pergi dengan
membawa air demi kasih sayang, cinta dan keselamatan sepupunya.
MENCARI
SEPUPU
Hudzaifah pun dengan telitinya mencari di antara korban yang
bergelimpangan disana sini, dengan hati hati Hudzaifah mempercepat langkah
kaki, akhirnya matanya menemukan sasaran yang dicari, betapa ngeri melihat keadaan
sang sepupu yang penuh luka sehingga membuat hatinya terharu bercampur sedih, apalagi
darah begitu banyak mengalir disekujur badan sehingga membuat kondisi sepupunya
sangat lemah sekali. Sambil menanyakan keadaan, menghibur dan menasehati,
Hudzaifah mengambil air dan menegukkan air ke mulut sepupunya dengan hati hati.
MENDENGAR
RINTIHAN
Namun tatkala air akan dikucurkan, disebelahnya terdengar
suara rintihan, sehingga ghirbah ( tempat air yang terbuat dari anggauta organ
tubuh onta ) dengan segera diletakkan. Diluar dugaan walau dalam keadaan lemah
sepupunya masih sempat pula membisikkan
: “ Kasihan dia berikan air minum ini kepadanya, agar ia meminumnya lebih dulu, aku tidak lebih mulia dari
siapapun yang berperang di jalan Allah ".
MINUMAN
BERPINDAH
Hudzaifah kemudian segera beranjak menuju kearah suara yang ditunjuk oleh
anak pamannya ( sepupu ). Ternyata ia adalah Hisyam bin al Ash yang
sedang mengalami saat saat akhir menjelang wafat karena luka. Hudzaifah kemudian
bertanya : " Aku beri engkau minum ? ". Hisyam dengan suara pelan
menjawab : " Ya, semoga Allah memberkahiku dan juga engkau, serta
memberi kemenangan kepada pasukan kita dalam membela agama Allah ! ". Namun sebelum
Hudzaifah mengangkat air untuk diminumkan kepadanya, Hisyam pun menunjuk ke
arah suara disebelahnya, suara seseorang yang merintih didekatnya dalam keadaan
luka seraya berkata : " Pergilah kesana, mungkin ia lebih membutuhkan
air itu daripada aku ! ".
BERPINDAH
LAGI
Mendengar anjuran Hisyam, Hudzaifah pun segera menuju ke arah suara yang merintih
karena lukanya, namun betapa terperanjatnya Hudzaifah karena Allah lebih dahulu
mencabut nyawanya, sehingga menghembuskan nafas terakhirnya menghadap yang Maha
Kuasa, sebelum menikmati air minum yang akan diberikan kepadanya.
Kemudian Hudzaifah berbalik langkah kembali ke
tempat Hisyam, namun takdir Allah juga mendahuluinya sehingga Hisyam meninggal
dunia pula. Akhirnya Hudzaifah dengan lemah lunglai karena sedihnya,
melangkahkan kaki kembali ketempat sepupunya, namun betapa kagetnya karena
sepupunya juga meninggal dunia.
Hati Hudzaifah semakin sedih, terharu bercampur
bangga, betapa tidak karena sepupunya meninggal dalam membela agama dan demi cintanya
kepada sesama, sehingga membuatnya mati dalam tingkatan syahid yang mulia,
dijamin langsung masuk syurga karena semua dosanya dihapus Yang Maha Kuasa.
Dari
Abu Qotadah r.a. katanya : “ Pada suatu ketika Rasulullah s.a.w. berdiri
dihadapan para sahabat, kemudian bersabda : “ Sesungguhnya jihad fii sabiilillaah
serta beriman kepada Allah, adalah amal yang paling utama “. Maka berdiri
seorang laki laki sambil berkata : “ Yaa Rasulullah bagaimana jika aku tewas
dalam jihad fii sabiilillah hapuskah dosa dosaku ? “, jawab Rasulullah s.a.w. :
“ Hapus jika engkau tewas sedang engkau seorang yang sabar dan ikhlas karena
Allah, engkau tewas karena maju bertempur tidak karena lari dari pertempuran “.
Kemudian beliau bertanya : “ Bagaimana pertanyaanmu tadi ? “, maka diulanginya
pertanyaannya : “ Bagaimana jika aku tewas dalam jihad fii sabiilillaah
hapuskah dosa dosaku ? “. Jawab Rasulullah s.a.w. : “ Ya hapus jika seorang
pejuang yang sabar, ikhlas karena Allah semata mata, tewas karena maju
bertempur tidak karena lari dari pertempuran, kecuali yang punya hutang,
begitulah kata Jibril kepadaku “. ( H.R. Muslim )
MANIFESTASI
IMAN
Ketiganya wafat tak sia sia karena masing masing rela
mengorbankan jiwa demi tegaknya agama dan mengutamakan sahabat dari pada
dirinya. Kiranya di dada sepupunya, Hisyam dan korban lainnya telah tertanam
jiwa keimanan yang telah diajarkan Nabi s.a.w., keimanan yang tidak sekedar
diucapkan, namun dibuktikan dengan sikap dan amalan, sehingga rela berkorban
dan mengutamakan keselamatan saudaranya yang seiman.
" Seseorang
diantara kalian tidak beriman dengan sempurna hingga ia mencintai saudaranya
seperti halnya mencintai dirinya sendiri ". (
H.R. Bukhori, Muslim, Tirmidzi dan Ahmad )
Begitu indah
manifestasi iman !, baginya menolong merupakan kewajiban karena merupakan
tuntunan, yang dapat membuahkan kenikmatan, kenikmatan di dunia dan hari kebangkitan.
Itulah
buah iman bila diamalkan, tidak hanya sekedar dijadikan wirid dan lantunan,
namun pengakuan yang membuahkan manfaat bagi dirinya dan orang lain. Buah iman
yang memancarkan bekas tanda sujud karena khusyu'nya dalam menghayati bacaan dan
gerakan sholat seharian.
KISAH TAULADAN
TAK BISA BERGERAK
Rasa iri, benci dan dendam Abu Jahal terhadap Rasulullah s.a.w. membuatnya begitu geram sehingga ia bersumpah : “ Jika aku melihat Muhammad sedang sholat pasti akan kujatuhi kepalanya dengan batu hingga tewas “. Sumpah serapah ini bukan sekedar bualan belaka bahkan benar benar dilaksanakannya.
Suatu saat ketika beliau sedang menunaikan sholat di dekat ka’bah, Abu Jahal dengan geramnya mengambil sebongkah batu kemudian diangkatnya guna ditimpakan ke Rasulullah s.a.w., namun ketika batu berada diatas kepalanya, tiba tiba tangannya kaku bagai besi tak dapat digerakkan. Tangannya baru bisa digerakkan ketika Rasulullah s.a.w. memaafkannya, betapa malunya Abu Jahal.
Dengan bergegas dan gemetar Abu Jahal kembali menemui kawan kawannya menceritakan kisah yang baru saja dialaminya. Salah seorang temannya tak percaya demi mendengar kisahnya seolah tak masuk akal, dengan serta merta temannya berkata : “ Jika demikian aku sajalah yang akan membunuhnya “.
Disaat yang lain Rasulullah s.a.w. sholat di tempat yang sama, kemudian teman nya melakukan hal sebagaimana yang dilakukan Abu Jahal, namun tatkala batu akan ditimpakan tiba tiba saja beliau menghilang, yang terdengar hanya suaranya saja.
Dengan perasaan heran bercampur takut ia kembali keteman temannya sambil berkata : “ Yang lebih aneh lagi seakan akan ada sekat yang membatasi antara aku dan Muhammad waktu itu, sehingga aku tidak bisa melihat Muhammad, hanya suaranya saja yang aku dengar “. Dengan terjadinya peristiwa tersebut akhirnya semua teman temannya percaya tentang peristiwa yang dialami Abu Jahal.
Karena ulah Abu Jahal dan teman teman inilah turun surat Yasin ayat 8 dan 9 :
“ Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu dileher mereka, lalu tangan mereka ( diangkat ) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah. Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding ( pula ), dan Kami tutup ( mata ) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat “.
Allaahu Akbar, begitu kuasa Allah melindungi terhadap hamba yang dicintai Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar