Selasa, 12 Agustus 2014

PERSAUDARAAN SEJATI






PERSAUDARAAN SEJATI
OLEH :  H. M. FARID  ANWAR
     “ Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang orang yang bersama dengan dia adalah tegas terhadap orang orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan Nya, tanda tanda mereka tampak pada wajah mereka dari bekas sujud ( pada air muka mereka kelihatan keimanan dan kesucian hati mereka ) “.  ( Q. S. Al Fath 29 )
    Perang adalah satu satunya cara dalam agama bila memang keadaan menghendakinya. Namun perang juga bukan satu satunya cara dalam memecahkan masalah, karena umat Islam adalah umat yang santun, ramah dan saling menghargai sesama manusia, walau berbeda agamanya.                 Bahkan agama tak pernah mengajarkan  memaksakan keyakinan kepada orang lain untuk memeluknya. Justru hubungan antar manusia pun sangat ditekankan dalam agama.
    “ Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali ( agama ) Allah dan tali ( perjanjian ) dengan manusia “.  ( Q.S. Ali Imran 112 )
  Namun bila keyakinan mereka diganggu, agama mereka dilecehkan, mereka akan bangkit bagai singa bangun dari tidurnya, mereka rela mengorbankan diri bahkan nyawa sekalipun demi tegaknya kalimat tauhid ( laa ilaha illaallaah : tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah ). Baginya mati dalam membela agama syahid hukumnya, dosanya dihapus dan langsung masuk ke syurga.
   Demikian pula halnya dengan sepupu Hudzaifah Al Adawi, dia berangkat kemedan perang Yarmuk guna memenuhi panggilan agama jihad fii sabiilillaah.
PERANG YARMUK
     Di medan Yarmuk pertempuran berlangsung cukup seru, sehingga banyak menelan korban termasuk di fihak prajurit muslim banyak yang terluka parah. Ketika itu Hudzaifah al Adawi mendengar khabar bahwa sepupunya mendapat luka cukup parah di medan laga, ia pun segera bergegas pergi dengan membawa air demi kasih sayang, cinta dan keselamatan sepupunya.
MENCARI SEPUPU
                Hudzaifah pun dengan telitinya mencari di antara korban yang bergelimpangan disana sini, dengan hati hati Hudzaifah mempercepat langkah kaki, akhirnya matanya menemukan sasaran yang dicari, betapa ngeri melihat keadaan sang sepupu yang penuh luka sehingga membuat hatinya terharu bercampur sedih, apalagi darah begitu banyak mengalir disekujur badan sehingga membuat kondisi sepupunya sangat lemah sekali. Sambil menanyakan keadaan, menghibur dan menasehati, Hudzaifah mengambil air dan menegukkan air ke mulut sepupunya dengan hati hati.
MENDENGAR RINTIHAN
      Namun tatkala air akan dikucurkan, disebelahnya terdengar suara rintihan, sehingga ghirbah ( tempat air yang terbuat dari anggauta organ tubuh onta ) dengan segera diletakkan. Diluar dugaan walau dalam keadaan lemah sepupunya masih sempat  pula membisikkan : “ Kasihan dia berikan air minum ini kepadanya, agar ia meminumnya  lebih dulu, aku tidak lebih mulia dari siapapun yang berperang di jalan Allah ".
MINUMAN BERPINDAH
                  Hudzaifah kemudian segera beranjak menuju kearah suara yang ditunjuk oleh anak pamannya ( sepupu ). Ternyata ia adalah Hisyam bin al Ash yang sedang mengalami saat saat akhir menjelang wafat karena luka.             Hudzaifah kemudian bertanya : " Aku beri engkau minum ? ". Hisyam dengan suara pelan menjawab : " Ya, semoga Allah memberkahiku dan juga engkau, serta memberi kemenangan kepada pasukan kita dalam membela agama Allah ! ". Namun sebelum Hudzaifah mengangkat air untuk diminumkan kepadanya, Hisyam pun menunjuk ke arah suara disebelahnya, suara seseorang yang merintih didekatnya dalam keadaan luka seraya berkata : " Pergilah kesana, mungkin ia lebih membutuhkan air itu daripada aku ! ".
BERPINDAH LAGI
             Mendengar anjuran Hisyam, Hudzaifah pun segera menuju ke arah suara yang merintih karena lukanya, namun betapa terperanjatnya Hudzaifah karena Allah lebih dahulu mencabut nyawanya, sehingga menghembuskan nafas terakhirnya menghadap yang Maha Kuasa, sebelum menikmati air minum yang akan diberikan kepadanya.
      Kemudian Hudzaifah berbalik langkah kembali ke tempat Hisyam, namun takdir Allah juga mendahuluinya sehingga Hisyam meninggal dunia pula. Akhirnya Hudzaifah dengan lemah lunglai karena sedihnya, melangkahkan kaki kembali ketempat sepupunya, namun betapa kagetnya karena sepupunya juga meninggal dunia.  
     Hati Hudzaifah semakin sedih, terharu bercampur bangga, betapa tidak karena sepupunya meninggal dalam membela agama dan demi cintanya kepada sesama, sehingga membuatnya mati dalam tingkatan syahid yang mulia, dijamin langsung masuk syurga karena semua dosanya dihapus Yang Maha Kuasa.
     Dari Abu Qotadah r.a. katanya : “ Pada suatu ketika Rasulullah s.a.w. berdiri dihadapan para sahabat, kemudian bersabda : “ Sesungguhnya jihad fii sabiilillaah serta beriman kepada Allah, adalah amal yang paling utama “. Maka berdiri seorang laki laki sambil berkata : “ Yaa Rasulullah bagaimana jika aku tewas dalam jihad fii sabiilillah hapuskah dosa dosaku ? “, jawab Rasulullah s.a.w. : “ Hapus jika engkau tewas sedang engkau seorang yang sabar dan ikhlas karena Allah, engkau tewas karena maju bertempur tidak karena lari dari pertempuran “. Kemudian beliau bertanya : “ Bagaimana pertanyaanmu tadi ? “, maka diulanginya pertanyaannya : “ Bagaimana jika aku tewas dalam jihad fii sabiilillaah hapuskah dosa dosaku ? “. Jawab Rasulullah s.a.w. : “ Ya hapus jika seorang pejuang yang sabar, ikhlas karena Allah semata mata, tewas karena maju bertempur tidak karena lari dari pertempuran, kecuali yang punya hutang, begitulah kata Jibril kepadaku “. ( H.R. Muslim )       
MANIFESTASI IMAN
   Ketiganya wafat tak sia sia karena masing masing rela mengorbankan jiwa demi tegaknya agama dan mengutamakan sahabat dari pada dirinya. Kiranya di dada sepupunya, Hisyam dan korban lainnya telah tertanam jiwa keimanan yang telah diajarkan Nabi s.a.w., keimanan yang tidak sekedar diucapkan, namun dibuktikan dengan sikap dan amalan, sehingga rela berkorban dan mengutamakan keselamatan saudaranya yang seiman.
      " Seseorang diantara kalian tidak beriman dengan sempurna hingga ia mencintai saudaranya seperti halnya mencintai dirinya sendiri ". ( H.R. Bukhori, Muslim, Tirmidzi dan Ahmad )
   Begitu indah manifestasi iman !, baginya menolong merupakan kewajiban karena merupakan tuntunan, yang dapat membuahkan kenikmatan, kenikmatan di dunia  dan hari kebangkitan.
    Itulah buah iman bila diamalkan, tidak hanya sekedar dijadikan wirid dan lantunan, namun pengakuan yang membuahkan manfaat bagi dirinya dan orang lain. Buah iman yang memancarkan bekas tanda sujud karena khusyu'nya dalam menghayati bacaan dan gerakan sholat seharian.  


                                                 KISAH TAULADAN
TAK BISA BERGERAK
              Rasa iri, benci dan dendam Abu Jahal terhadap Rasulullah s.a.w. membuatnya begitu geram sehingga ia bersumpah : “ Jika aku melihat Muhammad sedang sholat pasti akan kujatuhi kepalanya dengan batu hingga tewas “. Sumpah serapah ini bukan sekedar bualan belaka bahkan  benar benar dilaksanakannya.
    Suatu saat ketika beliau sedang menunaikan sholat di dekat ka’bah, Abu Jahal dengan geramnya mengambil sebongkah batu kemudian diangkatnya guna ditimpakan ke Rasulullah s.a.w., namun ketika batu berada diatas kepalanya, tiba tiba tangannya kaku bagai besi tak dapat digerakkan. Tangannya baru bisa digerakkan ketika Rasulullah s.a.w. memaafkannya, betapa malunya Abu Jahal.
     Dengan bergegas dan gemetar Abu Jahal kembali menemui kawan kawannya  menceritakan kisah yang baru saja dialaminya. Salah seorang temannya tak percaya demi mendengar kisahnya seolah tak masuk akal, dengan serta merta temannya berkata : “ Jika demikian aku sajalah yang akan membunuhnya “.
          Disaat yang lain Rasulullah s.a.w. sholat di tempat yang sama, kemudian teman nya melakukan hal sebagaimana yang dilakukan Abu Jahal, namun tatkala batu akan ditimpakan tiba tiba saja beliau menghilang, yang terdengar hanya suaranya saja.   
           Dengan perasaan heran bercampur takut ia kembali keteman temannya sambil berkata : “ Yang lebih aneh lagi seakan akan ada sekat yang membatasi antara aku dan Muhammad waktu itu, sehingga aku tidak bisa melihat Muhammad, hanya suaranya saja yang aku dengar “. Dengan terjadinya peristiwa tersebut akhirnya semua teman temannya percaya tentang peristiwa yang dialami Abu Jahal.
            Karena ulah Abu Jahal dan teman teman inilah turun surat Yasin ayat 8 dan 9 :     
  “ Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu dileher mereka, lalu tangan mereka ( diangkat ) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah. Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding ( pula ), dan Kami tutup ( mata ) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat “.
          Allaahu Akbar, begitu kuasa Allah melindungi terhadap hamba yang dicintai Nya.                 
                                                                                                           



Tidak ada komentar:

Posting Komentar