Rabu, 13 Agustus 2014

HIKMAH KALUNG SITI FATHIMAH








HIKMAH KALUNG SITI FATHIMAH
 OLEH  H. M. FARID ANWAR
" Dan orang orang yang sabar karena mencari keridlaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang orang Itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik) ". 
               ( Q.S. Ar Ra'd 22 )                
          Yang dikatakan kaya bukanlah kaya harta, namun kaya hati, demikian menurut sabda Nabi, karena harta tidak selalu dapat memuaskan hati, hanya sikap hatilah yang menentukan, kaya tidaknya seseorang.
    Untuk itu membantu dan menolong jadikan kebiasaan, demi mengharap ridlo Allah yang akan mendatangkan kebahagiaan. Tidak perlu menunggu harta melimpah, apalagi takut berkurang karena menuruti bisikan setan.  
         Sebuah kisah mulia terjadi dan dialami puteri Rasulullah s.a.w. karena kerasnya keinginan dalam membantu seorang yang dilanda kesusahan, sehingga banyak hikmah didapatkan, Subhaanallah.
KEDATANGAN TAMU
 Jabar bin Abdullah Al Anshary bercerita. Pada suatu hari, seusai menunaikan shalat, Rasulullah s.a.w. duduk menghadap kiblat dikelilingi para sahabat. Tiba tiba datang seorang laki laki lanjut usia, berbadan lemah, memakai pakaian kusut kumal tak layak pakai.
 Rasulullah saw. menanyakan keadaan si tua renta. Dengan bibir gemetar dia menjawab : " Ya Rasul tolong berikan aku pakaian sekadar untuk menutup aurat, karena aku hanya memilki sehelai pakaian yang aku pakai ini ".
BERSIKUKUH MEMBANTU
" Bagaimana ya, aku sendiri tidak mempunyai apa apa. Cobalah engkau ke rumah putriku Siti Fathimah. Ia lebih mengutamakan Allah daripada dirinya ", jawab Rasulullah s.a.w. dengan wajah iba penuh gela.
 Sambil menunjuk ke arah rumah Siti Fathimah, Rasulullah s'a.w. meminta agar Bilal bin Rabah mengantarkannya. Setiba dirumah Siti Fatimah, dengan suara parau orang tua memanggilnya : " Ya ahlul bait  ( hai penghuni rumah )
Mendengar panggilan, Fathimah pun bertanya : " Siapa ya ? "
" Aku orang tua pegunungan, aku lapar, pakaian cuma satu yang aku pakai sekarang. Aku sudah datang kepada ayahmu, namun baginda memerintahkan datang kemari untuk meminta pertolongan ".
Melihat orang tua terus menerus menatapnya penuh harap, Siti Fathimah menjadi kikuk. Ia bingung memikirkan apa yang dapat diberikan, sedang ia sendiri sudah dua hari puasa.
TAK LEGA BILA BELUM MEMBANTU
 Ibu Hasan dan Husain agak heran, mengapa ayahnya menganjurkan agar datang ke rumahnya, padahal beliau tahu betapa sulitnya kehidupan yang dialaminya. Namun melihat keadaan orang tua Siti Fathimah tak tega pula, sambil matanya menatap berkeliling mencari cari apa yang bisa disedekahkan karena tidak tega melihat derita si orang tua dihadapannya.
  Akhirnya matanya tertuju pada selembar kulit kambing yang biasa dipakai alas tidur Hasan dan Husein, kemudian diambilnya dan diberikan nya kepada orang tua. Tentu saja si orang tua keheranan, yang diminta kan makanan pengisi perut  bukan kulit ?.
              Dengan nada keheranan dia berkata : " Hai putri Muhammad, aku datang kepadamu karena lapar dan lemas, tetapi mengapa engkau beri selembar kulit kambing ?. Lalu apa yang dapat aku perbuat dengan selembar kulit ini ? ".
TERINGAT KALUNG
    Dengan penuh malu, pilu, dan bingung Siti Fathimah teringat bahwa ia masih memiliki benda  berharga, seuntai kalung hadiah bibinya. Tanpa banyak pikir kalung yang bertuliskan " Siti Fathimah " dilepas dan diserahkannya kepada orang tua.
  Dengan wajah cerah dibawanya seuntai kalung ke masjid, tempat Rasulullah s.a.w. dan para sahabat berada. Si tua renta berdoa : " Mudah-mudahan Allah swt. menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik ", gumamnya sambil memberi tahu Rasulullah dan para sahabat, hal ihwal pemberian Siti Fatimah.
DIBELI AMR BIN YASIR
  Setelah mendengar cerita orang tua, Rasulullah s.a.w. tidak dapat menahan perasaannya sampai meneteskan air mata. Melihat kejadian yang mengharukan, Amr bin Yasir berminat membeli kalung tersebut, dengan harapan agar mempermudah urusan orang tua, sekaligus ingin menggapai pahala.
   " Ya Rasulullah, bolehkah aku membeli kalung itu ? ".
  " Belilah jika engkau mau," jawab Rasulullah s.a.w. sambli menyeka air matanya.
  " Dengan harga berapa kau jual kalung ini ? ", tanya Amr bin Yasir.
 " Kalau bisa belilah seharga beberapa potong roti dan daging ".  Jawabnya dengan polos.
  " Hanya itu ? ", sela Amr bin Yasir penuh heran.
 " Kalau kau mau tambah selembar kain untuk menutup aurat, agar aku bisa salat, dan uang satu dinar untuk perjalanan pulang ".
DIBELI DENGAN KURS AKHERAT
  Dengan permintaan yang tidak terlalu berat bagi Amr bin Yasir, kalung dibelinya seharga 20 dinar dan 100 dirham, bahkan ditambah roti dan daging untuk menghilangkan rasa lapar, serta pakaian dan unta untuk kendaraan pulang. 
   Masyaa Allah begitu dermawannya Amar bin Yasir yang faham soal kebaikan, mungkin di mata orang matrek sikap Amar ini dianggap bodoh, mestinya kan kesempatan dalam mencari untung disituasi yang demikian ini ?.  
  " Alangkah baiknya hatimu ", ujar orang tua. Sinar matanya berbinar memancar bahagia, bahagia menerima hasil penjualan kalung pemberian Siti Fathimah. Setelah urusan jual beli selesai, dia kembali kepada Rasulullah s.a.w. dengan perut kenyang, pakaian rapi, dan berkendaraan unta. Rasulullah s.a.w. tersenyum lega melihatnya, kemudian bertanya : " Bagaimana keadaanmu sekarang ? ".
BERSYUKUR
" Ya Rasulullah, aku merasa lebih dari cukup ".
Mendengar jawaban orang tua, Rasulullah s.a.w. tersenyum bahagia.
Orang tua itupun kemudian berdoa : " Ya Allah, tidak ada yang aku sembah selain Engkau. Berilah Siti Fatimah sesuatu yang tidak pernah dilihat mata dan tidak pernah didengar telinga ( syurga ) ".
Demi mendengar do'anya, Rasulullah s.a.w. menoleh kearah sahabat sambil bersabda : " Sesungguhnya di dunia ini, Allah telah memberikan kepada Siti Fatimah apa yang dimohonkan orang tua itu, dia mempunyai ayah seperti aku, seorang utusan Allah bagi alam semesta. Fathimah pun telah memiliki suami, Ali r.a., serta Hasan dan Husain sebagai pemuda surga ".
DIDATANGI JIBRIL
 Berkenaan dengan doa orang tua, Rasulullah s.a.w. bercerita kepada sahabat bahwa dia didatangi Jibril yang menghabarkan tentang perintah Allah agar malaikat melindungi dan menyertai kehidupan Siti Fatimah.
DIKEMBALIKAN KEPADA NABI
  Setelah Amr bin Yasir membeli kalung, ia memerintahkan Saham hamba sahayanya untuk menyerahkan kalung tersebut kepada Rasulullah s.a.w.. Juga menyertakan surat bertuliskan : " Berikan kalung ini kepada Rasulullah s.a.w. sekaligus aku serahkan engkau kepada Rasulullah s.a.w.".
   Alangkah terkejutnya Rasulullah s.a.w. ketika menerima bungkusan berisi kalung dan sehelai surat. Rasulullah menilai bahwa Amr memiliki kesadaran cukup tinggi terhadap apa yang dia lakukan, yakni membebaskan perbudakan, dengan demikian akan menghapus anggapan bahwa manusia berbeda kedudukan satu dengan yang lain.
  Rasulullah memerintahkan Saham agar membawa bungkusan berisi kalung kepada Siti Fathimah, sekaligus menyerahkan Saham kepada Fathimah.
SEKALI LANGKAH EMPAT MANFAAT
   Betapa terkejutnya Siti Fatimah bercampur gembira, karena kalung yang disayanginya menjadi miliknya kembali. Kegembiraan Fatimah tak puas sampai disini saja, ia masih menambah kebaikan sambil berkata kepada Saham : " Mulai saat ini juga engkau aku merdekakan ! ".
  " Betapa besarnya berkah seuntai kalung, telah menyelamatkan perut orang kelaparan, menutup aurat orang yang hampir telanjang, membuat orang miskin merasa kaya, dan sekarang kalung ini memerdekakan aku sebagai budak ", ujar Saham sambil mengucapkan terima kasih dan mohon pamit. 
" kamu sekali kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya ". ( Q.S. Ali Imran 92 )
      Begitu nikmat dan bahagia rasanya sebagai manusia beriman,bila telah dapat melepaskan penderitaan sesama, ini pertanda bila jiwa sehat dan normal adanya, suka menolong dan menderma, tersentuh dan iba bila melihat penderitaan, tidak lega bila belum menuntaskan demi mencapai ridlo Tuhan.


                                                KISAH TAULADAN
PILIH DIPECAT ATAU DIUSUT
           Seorang penasihat istana datang menemui Khalifah Bani Umayya, Sulaiman bin Abdul Malik ( 674 – 717 M ), seraya melapor bahwa dirinya mempunyai saran yang hendak disampaikan. 
      Setelah menghadap Kholifah Sulaiman bin Abdul Malik mempersilahkan agar dia menyampaikan sarannya. Penasihat kemudian menjelaskan bahwa salah seorang pejabat pada pemerintahan Yazid al Walid ( ayah Sulaiman ), bahwa Abdul Malik ( nama pejabat ) telah berkhianat dengan mengambil uang negara secara tidah syah. Oleh sebab itu Khalifah disarankan mengeluarkan perintah agar pejabat tersebut mengembalikan uang atau dihukum.
Setelah mendengar pernyataan dan sarannya, Khalifah justru menunjukkan sikap tidak senang dan berkata : " Bahkan engkau labih buruk dan lebih berkhianat daripada orang itu karena engkau mencari tahu urusan orang lain dan membeberkannya. 
Seandainya karena tidak takut akan terjadi fitnah tentu kami akan menjatuhi hukuman terhadapmu. Akan tetapi, jika engkau mau, maka pilihlah salah satu dari tawaran ini : " Apakah kami akan memeriksa kebenaran pernyataanmu, jika ternyata benar kata katamu maka kami akan menghukummu, ataukah jika engkau mau, kami akan memecatmu ! ". 
 Penasihat memilih dipecat sambil berkata : " Lebih baik engkau memecatku daripada aku harus diusut, wahai Amirul Mu'minin ". 
  " Aku telah mengambil kebijakan itu ( memecat ), maka mulai sekarang janganlah sekali kali datang kembali untuk membuka apa yang Allah tutupi dari orang yang mempunyai kepribadian ".    







Tidak ada komentar:

Posting Komentar