HIKMAH KALUNG SITI FATHIMAH
OLEH H. M. FARID ANWAR
" Dan orang orang yang sabar karena mencari keridlaan
Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan
kepada mereka, secara sembunyi atau terang terangan serta menolak kejahatan
dengan kebaikan; orang orang Itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik)
".
( Q.S. Ar Ra'd 22 )
Yang dikatakan kaya bukanlah
kaya harta, namun kaya hati, demikian menurut sabda Nabi, karena harta tidak
selalu dapat memuaskan hati, hanya sikap hatilah yang menentukan, kaya tidaknya
seseorang.
Untuk itu
membantu dan menolong jadikan kebiasaan, demi mengharap ridlo Allah yang akan
mendatangkan kebahagiaan. Tidak perlu menunggu harta melimpah, apalagi
takut berkurang karena menuruti bisikan
setan.
Sebuah kisah mulia terjadi dan dialami puteri Rasulullah s.a.w. karena kerasnya keinginan dalam membantu seorang yang dilanda kesusahan, sehingga banyak hikmah didapatkan, Subhaanallah.
KEDATANGAN TAMU
Jabar
bin Abdullah Al Anshary bercerita. Pada suatu hari, seusai menunaikan shalat,
Rasulullah s.a.w. duduk menghadap kiblat dikelilingi para sahabat. Tiba tiba
datang seorang laki laki lanjut usia, berbadan lemah, memakai pakaian kusut kumal
tak layak pakai.
Rasulullah
saw. menanyakan keadaan si tua renta. Dengan bibir gemetar dia menjawab : "
Ya Rasul tolong berikan aku pakaian sekadar untuk menutup aurat, karena aku
hanya memilki sehelai pakaian yang aku pakai ini ".
BERSIKUKUH MEMBANTU
"
Bagaimana ya, aku sendiri tidak mempunyai apa apa. Cobalah engkau ke rumah
putriku Siti Fathimah. Ia lebih mengutamakan Allah daripada dirinya ", jawab
Rasulullah s.a.w. dengan wajah iba penuh gela.
Sambil
menunjuk ke arah rumah Siti Fathimah, Rasulullah s'a.w. meminta agar Bilal bin
Rabah mengantarkannya. Setiba dirumah Siti Fatimah, dengan suara parau orang
tua memanggilnya : " Ya ahlul bait ( hai penghuni rumah )
Mendengar panggilan, Fathimah pun bertanya : " Siapa ya ? "
"
Aku orang tua pegunungan, aku lapar, pakaian cuma satu yang aku pakai sekarang.
Aku sudah datang kepada ayahmu, namun baginda memerintahkan datang kemari untuk
meminta pertolongan ".
Melihat
orang tua terus menerus menatapnya penuh harap, Siti Fathimah menjadi kikuk. Ia bingung
memikirkan apa yang dapat diberikan, sedang ia sendiri sudah dua hari puasa.
TAK LEGA BILA BELUM
MEMBANTU
Ibu
Hasan dan Husain agak heran, mengapa ayahnya menganjurkan agar datang ke
rumahnya, padahal beliau tahu betapa sulitnya kehidupan yang dialaminya. Namun
melihat keadaan orang tua Siti Fathimah tak tega pula, sambil matanya menatap berkeliling mencari cari apa yang bisa disedekahkan
karena tidak tega melihat derita si orang tua dihadapannya.
Akhirnya matanya tertuju pada selembar kulit kambing yang biasa dipakai alas tidur Hasan dan Husein, kemudian diambilnya dan diberikan nya kepada orang tua. Tentu saja si orang
tua keheranan, yang diminta kan makanan
pengisi perut bukan kulit ?.
Dengan nada keheranan dia berkata : "
Hai putri Muhammad, aku datang kepadamu karena lapar dan lemas, tetapi mengapa engkau
beri selembar kulit kambing ?. Lalu apa yang dapat aku perbuat dengan selembar
kulit ini ? ".
TERINGAT KALUNG
Dengan
penuh malu, pilu, dan bingung Siti Fathimah teringat bahwa ia masih memiliki
benda berharga, seuntai kalung hadiah
bibinya. Tanpa banyak pikir kalung yang bertuliskan " Siti Fathimah " dilepas dan diserahkannya kepada orang tua.
Dengan
wajah cerah dibawanya seuntai kalung ke masjid, tempat Rasulullah s.a.w. dan para
sahabat berada. Si tua renta berdoa : " Mudah-mudahan Allah swt.
menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik ", gumamnya sambil memberi
tahu Rasulullah dan para sahabat, hal ihwal pemberian Siti Fatimah.
DIBELI AMR BIN YASIR
Setelah
mendengar cerita orang tua, Rasulullah s.a.w. tidak dapat menahan perasaannya
sampai meneteskan air mata. Melihat kejadian yang mengharukan, Amr bin Yasir
berminat membeli kalung tersebut, dengan harapan agar mempermudah urusan orang
tua, sekaligus ingin menggapai pahala.
"
Ya Rasulullah, bolehkah aku membeli kalung itu ? ".
"
Belilah jika engkau mau," jawab Rasulullah s.a.w. sambli menyeka air matanya.
"
Dengan harga berapa kau jual kalung ini ? ", tanya Amr bin Yasir.
"
Kalau bisa belilah seharga beberapa potong roti dan daging ". Jawabnya
dengan polos.
"
Hanya itu ? ", sela Amr bin Yasir penuh heran.
"
Kalau kau mau tambah selembar kain untuk menutup aurat, agar aku bisa salat,
dan uang satu dinar untuk perjalanan pulang ".
DIBELI DENGAN KURS
AKHERAT
Dengan permintaan yang tidak terlalu berat bagi Amr bin Yasir, kalung dibelinya seharga
20 dinar dan 100 dirham, bahkan ditambah roti dan daging untuk menghilangkan
rasa lapar, serta pakaian dan unta untuk kendaraan pulang.
Masyaa Allah begitu dermawannya Amar bin Yasir yang faham soal kebaikan, mungkin di mata orang matrek sikap Amar ini dianggap bodoh, mestinya kan kesempatan dalam mencari untung disituasi yang demikian ini ?.
"
Alangkah baiknya hatimu ", ujar orang tua. Sinar matanya berbinar memancar
bahagia, bahagia menerima hasil penjualan kalung pemberian Siti Fathimah.
Setelah urusan jual beli selesai, dia kembali kepada Rasulullah s.a.w. dengan
perut kenyang, pakaian rapi, dan berkendaraan unta. Rasulullah
s.a.w. tersenyum lega melihatnya, kemudian bertanya : " Bagaimana keadaanmu
sekarang ? ".
BERSYUKUR
"
Ya Rasulullah, aku merasa lebih dari cukup ".
Mendengar
jawaban orang tua, Rasulullah s.a.w. tersenyum bahagia.
Orang
tua itupun kemudian berdoa : " Ya Allah, tidak ada yang aku sembah selain
Engkau. Berilah Siti Fatimah sesuatu yang tidak pernah dilihat mata dan tidak
pernah didengar telinga ( syurga ) ".
Demi
mendengar do'anya, Rasulullah s.a.w. menoleh kearah sahabat sambil bersabda :
" Sesungguhnya di dunia ini, Allah telah memberikan kepada Siti Fatimah
apa yang dimohonkan orang tua itu, dia mempunyai ayah seperti aku, seorang
utusan Allah bagi alam semesta. Fathimah pun telah memiliki suami, Ali r.a.,
serta Hasan dan Husain sebagai pemuda surga ".
DIDATANGI JIBRIL
Berkenaan
dengan doa orang tua, Rasulullah s.a.w. bercerita kepada sahabat bahwa dia
didatangi Jibril yang menghabarkan tentang perintah Allah agar malaikat
melindungi dan menyertai kehidupan Siti Fatimah.
DIKEMBALIKAN KEPADA
NABI
Setelah
Amr bin Yasir membeli kalung, ia memerintahkan Saham hamba sahayanya untuk
menyerahkan kalung tersebut kepada Rasulullah s.a.w.. Juga menyertakan surat
bertuliskan : " Berikan kalung ini kepada Rasulullah s.a.w. sekaligus aku
serahkan engkau kepada Rasulullah s.a.w.".
Alangkah
terkejutnya Rasulullah s.a.w. ketika menerima bungkusan berisi kalung dan
sehelai surat. Rasulullah menilai bahwa Amr memiliki kesadaran cukup tinggi
terhadap apa yang dia lakukan, yakni membebaskan perbudakan, dengan demikian
akan menghapus anggapan bahwa manusia berbeda kedudukan satu dengan yang lain.
Rasulullah
memerintahkan Saham agar membawa bungkusan berisi kalung kepada Siti Fathimah,
sekaligus menyerahkan Saham kepada Fathimah.
SEKALI LANGKAH EMPAT
MANFAAT
Betapa
terkejutnya Siti Fatimah bercampur gembira, karena kalung yang
disayanginya menjadi miliknya kembali. Kegembiraan
Fatimah tak puas sampai disini saja, ia masih menambah kebaikan sambil berkata
kepada Saham : " Mulai saat ini juga engkau aku merdekakan ! ".
"
Betapa besarnya berkah seuntai kalung, telah menyelamatkan perut orang
kelaparan, menutup aurat orang yang hampir telanjang, membuat orang miskin
merasa kaya, dan sekarang kalung ini memerdekakan aku sebagai budak ",
ujar Saham sambil mengucapkan terima kasih dan mohon pamit.
" kamu sekali kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa
saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya ". ( Q.S.
Ali Imran 92 )
Begitu nikmat dan bahagia rasanya sebagai manusia beriman,bila
telah dapat melepaskan penderitaan sesama, ini pertanda bila jiwa sehat dan
normal adanya, suka menolong dan menderma, tersentuh dan iba bila melihat
penderitaan, tidak lega bila belum menuntaskan demi mencapai ridlo Tuhan.
KISAH TAULADAN
PILIH DIPECAT
ATAU DIUSUT
Seorang
penasihat istana datang menemui Khalifah Bani Umayya, Sulaiman bin Abdul Malik
( 674 – 717 M ), seraya melapor bahwa dirinya mempunyai saran yang hendak disampaikan.
Setelah menghadap Kholifah Sulaiman bin Abdul Malik mempersilahkan agar dia menyampaikan sarannya. Penasihat kemudian menjelaskan bahwa salah
seorang pejabat pada pemerintahan Yazid al Walid ( ayah Sulaiman ), bahwa Abdul
Malik ( nama pejabat ) telah berkhianat dengan mengambil uang negara secara tidah syah. Oleh sebab itu
Khalifah disarankan mengeluarkan perintah agar pejabat tersebut mengembalikan uang atau dihukum.
Setelah mendengar
pernyataan dan sarannya, Khalifah justru menunjukkan sikap tidak senang dan berkata : " Bahkan engkau labih buruk dan lebih berkhianat daripada
orang itu karena engkau mencari tahu urusan orang lain dan membeberkannya.
Seandainya karena tidak takut akan terjadi fitnah tentu kami akan menjatuhi
hukuman terhadapmu. Akan tetapi, jika engkau mau, maka pilihlah salah satu dari
tawaran ini : " Apakah kami akan memeriksa kebenaran pernyataanmu, jika
ternyata benar kata katamu maka kami akan menghukummu, ataukah jika engkau
mau, kami akan memecatmu ! ".
Penasihat memilih dipecat sambil berkata : " Lebih baik engkau memecatku daripada aku harus diusut,
wahai Amirul Mu'minin ".
" Aku telah mengambil kebijakan itu ( memecat ), maka mulai sekarang
janganlah sekali kali datang kembali untuk membuka apa yang Allah tutupi dari
orang yang mempunyai kepribadian ".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar