Minggu, 24 Agustus 2014

MENTAL BENALU TAK PUNYA MALU




                  MENTAL BENALU TAK PUNYA MALU

OLEH : M.FARID ANWAR

 "Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu ”.  ( Q.S. An-Nissa : 29 )


Agama Islam sangat memperhatikan harga diri, mengajarkan tata cara agar harga diri seseorang tetap terhormat sehingga tidak dilecehkan atau tercemar, nilai harga diri tergantung pada perilaku seseorang, bila prilakunya baik harga dirinya akan naik.

Ayat tersebut diatas umum memberikan peringatan dalam hal mencari rizqi, dalam mencari rizqi bila tidak dilaksanakan secara benar, pasti kehormatan dirinya akan tercemar, akan digunjing, tak dipercaya lagi, pelanggan pada semua pergi, karena sudah tidak dipercaya lagi.
Mencari rizqi dengan cara yang halal, dengan perniagaan yang berdasar atas saling suka sama suka, bukan saling jegal menjegal, bukan saling menipu, akan menghasilkan rizqi yang barokah dan berpahala dengan cara ini harga dirinya akan naik akan tetap dipercaya dan terhormat.
Agama Islam sangat menekankan dan melarang dalam hal meminta minta, karena dengan meminta minta jelas akan turun martabatnya, akan tergadaikan kehormatan dirinya, seperti singa yang sudah tidak punya gigi alias ompong, wibawanya turun.
BERBAGAI KIAT CARA MEMINTA
Pada rubrik opini Harian Jawa Pos 15 Mei 2008, sempat menyorot ulah para pejabat yang dengan berbagai cara mencari harta berkedok punya hajatan :Langkah KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi ) memeriksa angpau pernikahan Ketua MPR Hidayat Nurwahid layak diapresiasi. Tentu, apresiasi serupa juga layak diberikan kepada Hidayat yang mengizinkan KPK memeriksa angpau yang ia terima. Dengan izin itu, dia telah memberikan ruang yang luas kepada KPK untuk masuk ke “ruang pribadinya”.
  Langkah KPK maupun kesediaan Hidayat merupakan dua hal yang sangat positif. Dua hal itu akan menjadi modal sangat penting dalam mencegah terjadinya gratifikasi dalam sebuah hajatan yang digelar seorang pejabat negara.
ANGPAO
   Memang, memberikan angpau kepada pejabat yang menggelar hajatan bukanlah satu-satunya jalan untuk memberikan hadiah. Memberikan angpau adalah cara “tradisional” dan “kurang elegan”. Tentu ada cara lain yang lebih canggih dan lebih “terhormat”. Yakni, dengan cara transfer rekening atau memberikan bantuan dalam bentuk membereskan ubo rampe hajatan, seperti membereskan biaya sewa tempat resepsi atau membayar biaya katering.
     Meski demikian, mengawasi angpau yang dimasukkan ke dalam “kotak amal” tetaplah penting. Sebab, bisa saja seseorang memberikan angpau dalam bentuk cek atau uang tunai berbentuk dolar Amerika. Kendati sederhana karena dimasukkan dalam amplop  nilainya bisa sangat besar.
SENGAJA
    Selain itu, konon, memang ada beberapa pejabat yang sengaja sering menggelar hajatan pernikahan dengan harapan mendapatkan angpau dari para kolega. Bahkan, saking rakusnya pejabat itu terhadap yang namanya angpau, saudara jauh pun yang semestinya bukan menjadi tanggung jawabnya dia nikahkan dan dia bikinkan resepsi pernikahan dengan undangan yang sangat banyak.
   Kasus itu tentu terdengar sangat norak, tapi bukankah dalam masalah uang memang banyak orang yang berprilaku norak, bahkan supernorak? Karena itu, langkah KPK memeriksa “kotak amal” para pejabat yang menggelar hajatan nikah memang diperlukan. Kendati tidak sepenuhnya bisa menutup alur gratifikasi, setidaknya bisa mengurangi. Terutama bagi pejabat yang bertipe norak tersebut.
KOTAK AMAL
   Idealnya, seorang pejabat termasuk Hidayat ketika menggelar resepsi pernikahan, membebaskan para undangan dari “kewajiban” membawa angpau. Yakni, dengan memberikan catatan di dalam undangan yang diedarkan agar para tamu tidak membawa angpau atau kado. Atau dengan cara tidak menyediakan “kotak amal” tempat angpau.
   Memang, seperti disinggung Hidayat, dalam konteks Indonesia, memberikan angpau kepada sohibul hajat (tuan rumah) adalah sebuah tradisi yang sulit dihilangkan. Tetapi itu bukan berarti tidak bisa dihilangkan. Bagi orang orang yang sudah berkecukupan materi termasuk para pejabat tradisi itu lebih baik ditiadakan. Sebab spirit angpau adalah membantu atau meringankan beban si tuan rumah. Bila si tuan rumah sudah mampu, untuk apa dibantu ?
    Atau bisa saja tradisi tersebut tetap dilestarikan, namun dikelola, dibelokkan untuk kepentingan kaum papa. Yakni tetap menerima angpau dan menyediakan  “kotak amal”, tapi disitu diberi catatan bahwa angpau yang terkumpul itu akan disalurkan untuk kepentingan kaum papa. Bisa untuk beasiswa anak yatim, mendanai panti jompo, atau membantu pengadaan fasilitas pendidikan bagi kaum pinggiran.
    Yang jelas, sangatlah tidak pantas orang yang sudah berkecukupan tetap menerima angpau, entah berapa pun jumlahnya. Masih banyak penduduk di negeri yang lebih pantas menerimanya ”.
TANGAN DIATAS LEBIH MULIA
    Dari Hakim Bin Hizam r.a katanya, bahwa Rasulullah s.a.w. berkata : “ Derma yang lebih afdol ialah yang diserahkan diwaktu berkelapangan, tangan yang diatas lebih mulia dari tangan yang dibawah, dan utamakanlah menderma kepada orang yang menjadi tanggunganmu”. ( H.R. Muslim )
  Tangan diatas artinya tangan yang suka memberi, memberi dari hasil keringat sendiri. Sangat mulya orang yang berusaha, bukan meminta minta.
     Dari Abu Hurairah r.a. katanya; bersabda Rasulullah s.a.w. : “ Mencari kayu bakar seberkas, lalu dipanggul terus dijual, labih baik dari pada mengemis kepada orang lain, diberinya atau tidak”. ( H.R. Muslim )
     Agama Islam sangat disiplin dalam menjaga harga diri, bahkan Nabi mengajarkan mencari kayu, dipanggul kemudian dijual, walau nampak solah hina namun kata Nabi merasa lebih baik daripada mengemis.
MEMINTA SAMA DENGAN MINTA API NERAKA
  Dari Abu Hurairah r.a katanya, bersabda Rasulullah s.a.w. : “ Barangsiapa yang meminta harta orang lain untuk menambah kekayaannya, sebenarnya dia meminta bara api neraka ! Sama saja dosanya, diminta banyak atau sedikit “. ( H.R. Muslim )
   Bayangkan betapa ngerinya orang yang suka meminta minta secara tak sadar disamping harga dirinya turun, kelak pada hari kiamat akan jadi mangsa api neraka.
  Memang manusia memili sikap suka kurang seperti sabda Nabi, Annas bin Malik r.a. berkata : Nabi s.a.w. bersabda: “ Andaikata anak Adam telah memiliki satu lembah emas, tentu ia ingin mempunyai dua lembah dan tidak akan menutup mulutnya kecuali tanah (mati) dan Allah akan menerima taubat pada siapa yang bertaubat ”. ( H.R. Bukhari Muslim )
  Namun dengan berpegang pada ajaran agama Islam, insya Allah hati akan merasa cukup puas.
  Dari Abdullah bin Amar bin ‘Ash, bahwa Rasul Allah s.a.w. bersabda : “ Sesungguhnya telah menanglah orang yang masuk Islam serta dikaruniai Allah sifat tidak suka meminta, tetapi selalu merasa cukup dengan apa yang ada padanya ". ( H.R. Muslim )
  Silahkan mencari harta, silahkan menjadi kaya namun kaya dalam pengertian agama bukanlah kaya harta tetapi sikap jiwa dalam memandang harta.
  “ Bukan yang dikatakan kaya itu orang yang kaya harta benda, tetapi yang dikatakan kaya ialah orang yang kaya jiwanya (tentram) “.  ( H.R. Bukhori Muslim )
BAHAYA MEMINTA MINTA
 Dari Abdullah bin Umar r.a. katanya, bersabda Rasulullah: “ Orang yang biasa mengemis itu akan dibangkitkan pada hari kiamat kelak dengan muka tanpa daging sedikitpun “.  ( H.R. Muslim )
  Sifat meminta minta sangat hina dan dibenci dalam agama, disamping menjatuhkan harga diri, kelak diakherat wajahnya akan diganti, merupakan wajah yang hina, wajah tanpa daging seolah Allah melecehkan sipeminta minta.
Naudzu billaahi min dzaalik. 

                                       KISAH TELADAN
GUBERNUR YANG SEDERHANA
   Diriwayatkan dari Khalid bin Ma’dan, dia berkata, “ Umar bin al-Khaththab menjadikan Said bin Amir bin Khudzaim al Jumahi sebagai gubernur Himsha. Ketika Umar mengunjungi Himsha dan berkumpul dengan penduduk, Umar bertanya : " Bagaimana gubernurmu memimpin kalian ? ".
Masyarakat pun mengadukannya. Himsha dikatakan sebagai Kuwaifah atau Kufah Kedua atau Kufah kecil karena sangat mirip dengan Kufah, yakni banyak pertentangan dan keluhan ataupun protes dari pihak penduduk.
Mereka mengajukan empat macam keberatan atas kepemimpinan Said bin Amir : Baru berangkat ke kantor menjelang siang hari, Tidak melayani penduduk yang bertamu pada malam hari, Setiap bulan ia selalu tidak masuk kantor selama 2 hari, sewaktu waktu ia pingsan. Tibalah saatnya Umar mengadili Said dihadapan penduduk. Umar memulai sidang dengan mengucapkan, ‘ Ya Allah, jangan engkau benarkan pradugaku ini ‘. Umar bertanya, ‘ Apakah yang kalian keluhkan ? ‘ Mereka mejawab, ‘ Baru ke kantor setelah siang hari’.
Said bin Amir  menjawab, ‘ Demi Allah, sebenarnya aku benci menyebutkan alasan ini. Aku tidak mempunyai pembantu, sehingga aku membuat adonan roti sendiri, aku tunggu sampai tepung itu mengembang, lalu memasaknya. Setelah itu aku berwudlu untuk shalat, barulah berangkat ke kantor.’
" Apalagi yang kalian keluhkan ? " Mereka menjawab : " Tidak bersedia menemui kami pada malam hari ". Umar bertanya : " Apa komentarmu terhadap keluhan mereka ? ", Said membela : " Aku telah menyediakan siang hari untuk mereka , maka pada malam hari aku sediakan waktuku untuk Allah ".
Mereka pun mengadukan tentang tentang 2 hari pada setiap bulan Said bin Amir tidak masuk kantor. Kemudian Said menjawab, ‘ Aku tidak mempunyai pembantu yang mencuci pakaianku, sedangkan aku tidak memiliki baju ganti. Maka setelah aku cuci aku menunggu sampai kering lalu aku setrika kemudian baru ke kantor menjelang sore.
‘ Umar bertanya apalagi yang kalian keluhkan ?’ Mereka menjawab, ‘ sewaktu-waktu dia pingsan’.Said menjelaskan ketika itu aku menyaksikan jatuh tersungkurnya Khubait al Ashari di Mekkah.’ Tubuhnya disayat-sayat oleh Quraisy, lalu mereka bawa dengan tandu, mereka bertanya pada Khubait, Apakah kamu mau Muhammad menggantikan tempatmu ini ?’ Khubait menjawab,’Demi Allah saya tidak ingin berbahagia berada ditengah-tengah anak isteriku, sementara Muhammad tertusuk duri.’ Kemdian Khubait memanggil,’ Wahai Muhammad.’
Maka setiap aku terkenang peristiwa itu, dimana aku sendiri tidak memberi bantuan kepada Khubait. Karena ketika itu aku musyrik, belum beriman kepada Allah yang Maha Agung.’ Maka tubuhku gemetar Takut jika Allah tidak mengampuni dosa-dosaku.’ Hingga aku ditimpa penyakit seperti yang mereka katakana itu.’
Umar berkata,’ Alhamdulillah, karena dengan taufiknya firasatku tidak meleset !!.’
Kemudian Umar mengirim 1.000 Dinar untuk Said bin Umar dan berkata,’ Gunakanlah uang ini sesuai dengan kebutuhanmu !.’ Ketika mengetahui itu istri Said berkata,’ Alhamdulillah, dia telah memberi kita uang berkat pengabdianmu.’
Said bertanya kepada isterinya, ‘ Maukah kamu aku beri yang lebih baik dari itu ?’ Kita berika uang ini kepada orang yang lebih membutuhkannya yang datang ketempat kita.’ Isterinya menjawab,’ Ya, alangkah bagus idemu.’
Said pun memanggil salah seorang ajudan kepercayaannya untuk membagi-bagi uang untuk dimasukkan kedalam kantong sambil berkata, uang ini untuk ibu janda sebelah sana, ini untuk anak-anak yatim keluarga fulan, yang ini untuk keluarga fulan yang miskin, dan yang ini untuk anak-anak keluarga yang lagi susah disebelah sana.’
Selesai membagi infaq ini, rupanya masih menyisakan satu keeping mata uang emas. Sai bertanya kepada isterinya,’ Berinfaklah kamu dengan sekeping ini. Kemudian ia berangkat ke kantor.
Isterinya bertanya, ‘ Kenapa kita tidak mengupah pembantu kita dengan uang ini saja.’ Apa salahnya kita menggunakan uang itu ?!. Said menjawab, ‘ Akan datang masanya engkau lebih membutuhkan dari sekarang ini.’




Tidak ada komentar:

Posting Komentar