MENTAL BENALU TAK PUNYA MALU
OLEH : M.FARID ANWAR
"Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu ”. ( Q.S.
An-Nissa : 29 )
Agama Islam sangat memperhatikan
harga diri, mengajarkan tata cara agar harga diri seseorang tetap terhormat
sehingga tidak dilecehkan atau tercemar, nilai harga diri tergantung pada
perilaku seseorang, bila prilakunya baik harga dirinya akan naik.
Ayat tersebut diatas umum
memberikan peringatan dalam hal mencari rizqi, dalam mencari rizqi bila tidak
dilaksanakan secara benar, pasti kehormatan dirinya akan tercemar, akan
digunjing, tak dipercaya lagi, pelanggan pada semua pergi, karena sudah tidak
dipercaya lagi.
Mencari rizqi dengan cara yang
halal, dengan perniagaan yang berdasar atas saling suka sama suka, bukan saling
jegal menjegal, bukan saling menipu, akan menghasilkan rizqi yang barokah dan
berpahala dengan cara ini harga dirinya akan naik akan tetap dipercaya dan
terhormat.
Agama Islam sangat menekankan dan
melarang dalam hal meminta minta, karena dengan meminta minta jelas akan turun
martabatnya, akan tergadaikan kehormatan dirinya, seperti singa yang sudah
tidak punya gigi alias ompong, wibawanya turun.
BERBAGAI
KIAT CARA MEMINTA
Pada rubrik opini Harian Jawa Pos
15 Mei 2008, sempat menyorot ulah para pejabat yang dengan berbagai cara
mencari harta berkedok punya hajatan : “ Langkah KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi )
memeriksa angpau pernikahan Ketua MPR Hidayat Nurwahid layak diapresiasi.
Tentu, apresiasi serupa juga layak diberikan kepada Hidayat yang mengizinkan
KPK memeriksa angpau yang ia terima. Dengan izin itu, dia telah memberikan
ruang yang luas kepada KPK untuk masuk ke “ruang pribadinya”.
Langkah KPK maupun kesediaan Hidayat merupakan dua hal yang sangat
positif. Dua hal itu akan menjadi modal sangat penting dalam mencegah
terjadinya gratifikasi dalam sebuah hajatan yang digelar seorang pejabat
negara.
ANGPAO
Memang, memberikan angpau kepada pejabat yang menggelar hajatan
bukanlah satu-satunya jalan untuk memberikan hadiah. Memberikan angpau adalah
cara “tradisional” dan “kurang elegan”. Tentu ada cara lain yang lebih canggih
dan lebih “terhormat”. Yakni, dengan cara transfer rekening atau memberikan
bantuan dalam bentuk membereskan ubo rampe hajatan, seperti membereskan biaya
sewa tempat resepsi atau membayar biaya katering.
Meski demikian, mengawasi angpau yang dimasukkan ke dalam “kotak
amal” tetaplah penting. Sebab, bisa saja seseorang memberikan angpau dalam
bentuk cek atau uang tunai berbentuk dolar Amerika. Kendati sederhana karena
dimasukkan dalam amplop nilainya bisa sangat besar.
SENGAJA
Selain itu, konon, memang ada beberapa pejabat yang sengaja sering
menggelar hajatan pernikahan dengan harapan mendapatkan angpau dari para
kolega. Bahkan, saking rakusnya pejabat itu terhadap yang namanya angpau,
saudara jauh pun yang semestinya bukan menjadi tanggung jawabnya dia
nikahkan dan dia bikinkan resepsi pernikahan dengan undangan yang sangat banyak.
Kasus itu tentu terdengar sangat norak, tapi bukankah dalam masalah
uang memang banyak orang yang berprilaku norak, bahkan supernorak? Karena itu,
langkah KPK memeriksa “kotak amal” para pejabat yang menggelar hajatan nikah
memang diperlukan. Kendati tidak sepenuhnya bisa menutup alur gratifikasi,
setidaknya bisa mengurangi. Terutama bagi pejabat yang bertipe norak tersebut.
KOTAK AMAL
Idealnya, seorang pejabat termasuk Hidayat ketika menggelar
resepsi pernikahan, membebaskan para undangan dari “kewajiban” membawa angpau.
Yakni, dengan memberikan catatan di dalam undangan yang diedarkan agar para
tamu tidak membawa angpau atau kado. Atau dengan cara tidak menyediakan “kotak
amal” tempat angpau.
Memang, seperti disinggung Hidayat, dalam konteks Indonesia, memberikan
angpau kepada sohibul hajat (tuan rumah) adalah sebuah tradisi yang sulit
dihilangkan. Tetapi itu bukan berarti tidak bisa dihilangkan. Bagi orang orang
yang sudah berkecukupan materi termasuk para pejabat tradisi itu lebih baik
ditiadakan. Sebab spirit angpau adalah membantu atau meringankan beban si tuan
rumah. Bila si tuan rumah sudah mampu, untuk apa dibantu ?
Atau bisa saja tradisi tersebut tetap dilestarikan, namun dikelola,
dibelokkan untuk kepentingan kaum papa. Yakni tetap menerima angpau dan
menyediakan “kotak amal”, tapi disitu
diberi catatan bahwa angpau yang terkumpul itu akan disalurkan untuk
kepentingan kaum papa. Bisa untuk beasiswa anak yatim, mendanai panti jompo,
atau membantu pengadaan fasilitas pendidikan bagi kaum pinggiran.
Yang jelas, sangatlah tidak pantas orang yang sudah berkecukupan
tetap menerima angpau, entah berapa pun jumlahnya. Masih banyak penduduk di
negeri yang lebih pantas menerimanya ”.
TANGAN DIATAS LEBIH MULIA
Dari Hakim Bin Hizam r.a
katanya, bahwa Rasulullah s.a.w. berkata : “ Derma yang
lebih afdol ialah yang diserahkan diwaktu berkelapangan, tangan yang diatas
lebih mulia dari tangan yang dibawah, dan utamakanlah menderma kepada orang
yang menjadi tanggunganmu”. ( H.R.
Muslim )
Tangan diatas artinya tangan yang suka memberi, memberi dari hasil
keringat sendiri. Sangat mulya orang yang berusaha, bukan meminta minta.
Dari Abu Hurairah r.a. katanya; bersabda Rasulullah s.a.w. : “
Mencari kayu bakar seberkas, lalu dipanggul terus dijual, labih baik dari pada
mengemis kepada orang lain, diberinya atau tidak”. ( H.R. Muslim )
Agama Islam sangat disiplin dalam menjaga harga diri, bahkan Nabi
mengajarkan mencari kayu, dipanggul kemudian dijual, walau nampak solah hina
namun kata Nabi merasa lebih baik daripada mengemis.
MEMINTA SAMA DENGAN MINTA
API NERAKA
Dari Abu
Hurairah r.a katanya, bersabda Rasulullah s.a.w. : “ Barangsiapa yang
meminta harta orang lain untuk menambah kekayaannya, sebenarnya dia meminta
bara api neraka ! Sama saja dosanya, diminta banyak atau sedikit “. ( H.R. Muslim )
Bayangkan
betapa ngerinya orang yang suka meminta minta secara tak sadar disamping harga
dirinya turun, kelak pada hari kiamat akan jadi mangsa api neraka.
Memang
manusia memili sikap suka kurang seperti sabda Nabi, Annas bin Malik r.a.
berkata : Nabi s.a.w. bersabda: “ Andaikata anak Adam telah memiliki satu
lembah emas, tentu ia ingin mempunyai dua lembah dan tidak akan menutup
mulutnya kecuali tanah (mati) dan Allah akan menerima taubat pada siapa yang
bertaubat ”. ( H.R. Bukhari
Muslim )
Namun dengan
berpegang pada ajaran agama Islam, insya Allah hati akan merasa cukup puas.
Dari Abdullah
bin Amar bin ‘Ash, bahwa Rasul Allah s.a.w. bersabda : “ Sesungguhnya
telah menanglah orang yang masuk Islam serta dikaruniai Allah sifat tidak suka
meminta, tetapi selalu merasa cukup dengan apa yang ada padanya ". ( H.R. Muslim )
Silahkan
mencari harta, silahkan menjadi kaya namun kaya dalam pengertian agama bukanlah
kaya harta tetapi sikap jiwa dalam memandang harta.
“ Bukan
yang dikatakan kaya itu orang yang kaya harta benda, tetapi yang dikatakan kaya
ialah orang yang kaya jiwanya (tentram) “. (
H.R. Bukhori Muslim )
BAHAYA MEMINTA MINTA
Dari Abdullah
bin Umar r.a. katanya, bersabda Rasulullah: “ Orang yang biasa mengemis
itu akan dibangkitkan pada hari kiamat kelak dengan muka tanpa daging
sedikitpun “. (
H.R. Muslim )
Sifat meminta
minta sangat hina dan dibenci dalam agama, disamping menjatuhkan harga diri,
kelak diakherat wajahnya akan diganti, merupakan wajah yang hina, wajah tanpa daging
seolah Allah melecehkan sipeminta minta.
Naudzu
billaahi min dzaalik.
KISAH TELADAN
GUBERNUR YANG SEDERHANA
Diriwayatkan dari
Khalid bin Ma’dan, dia berkata, “ Umar bin al-Khaththab menjadikan Said bin
Amir bin Khudzaim al Jumahi sebagai gubernur Himsha. Ketika Umar mengunjungi
Himsha dan berkumpul dengan penduduk, Umar bertanya : " Bagaimana gubernurmu
memimpin kalian ? ".
Masyarakat pun mengadukannya. Himsha dikatakan
sebagai Kuwaifah atau Kufah Kedua atau Kufah kecil karena sangat mirip dengan
Kufah, yakni banyak pertentangan dan keluhan ataupun protes dari pihak
penduduk.
Mereka
mengajukan empat macam keberatan atas kepemimpinan Said bin Amir : Baru
berangkat ke kantor menjelang siang hari, Tidak melayani penduduk yang bertamu
pada malam hari, Setiap bulan ia selalu tidak masuk kantor selama 2 hari,
sewaktu waktu ia pingsan. Tibalah saatnya Umar mengadili Said dihadapan
penduduk. Umar memulai sidang dengan mengucapkan, ‘ Ya Allah, jangan engkau
benarkan pradugaku ini ‘. Umar bertanya, ‘ Apakah yang kalian keluhkan ? ‘
Mereka mejawab, ‘ Baru ke kantor setelah siang hari’.
Said bin Amir menjawab, ‘ Demi Allah, sebenarnya aku benci
menyebutkan alasan ini. Aku tidak mempunyai pembantu, sehingga aku membuat
adonan roti sendiri, aku tunggu sampai tepung itu mengembang, lalu memasaknya.
Setelah itu aku berwudlu untuk shalat, barulah berangkat ke kantor.’
" Apalagi yang kalian keluhkan ? " Mereka
menjawab : " Tidak bersedia menemui kami pada malam hari ". Umar bertanya : " Apa
komentarmu terhadap keluhan mereka ? ", Said membela : " Aku telah menyediakan
siang hari untuk mereka , maka pada malam hari aku sediakan waktuku untuk
Allah ".
Mereka pun mengadukan tentang tentang 2
hari pada setiap bulan Said bin Amir tidak masuk kantor. Kemudian Said
menjawab, ‘ Aku tidak mempunyai pembantu yang mencuci pakaianku, sedangkan aku
tidak memiliki baju ganti. Maka setelah aku cuci aku menunggu sampai kering
lalu aku setrika kemudian baru ke kantor menjelang sore.
‘ Umar bertanya apalagi yang kalian
keluhkan ?’ Mereka menjawab, ‘ sewaktu-waktu dia pingsan’.Said menjelaskan
ketika itu aku menyaksikan jatuh tersungkurnya Khubait al Ashari di Mekkah.’
Tubuhnya disayat-sayat oleh Quraisy, lalu mereka bawa dengan tandu, mereka
bertanya pada Khubait, Apakah kamu mau Muhammad menggantikan tempatmu ini ?’
Khubait menjawab,’Demi Allah saya tidak ingin berbahagia berada ditengah-tengah
anak isteriku, sementara Muhammad tertusuk duri.’ Kemdian Khubait memanggil,’
Wahai Muhammad.’
Maka setiap aku terkenang peristiwa itu,
dimana aku sendiri tidak memberi bantuan kepada Khubait. Karena ketika itu aku
musyrik, belum beriman kepada Allah yang Maha Agung.’ Maka tubuhku gemetar
Takut jika Allah tidak mengampuni dosa-dosaku.’ Hingga aku ditimpa penyakit
seperti yang mereka katakana itu.’
Umar berkata,’ Alhamdulillah, karena
dengan taufiknya firasatku tidak meleset !!.’
Kemudian Umar mengirim 1.000 Dinar untuk
Said bin Umar dan berkata,’ Gunakanlah uang ini sesuai dengan kebutuhanmu !.’
Ketika mengetahui itu istri Said berkata,’ Alhamdulillah, dia telah memberi
kita uang berkat pengabdianmu.’
Said bertanya kepada isterinya, ‘ Maukah
kamu aku beri yang lebih baik dari itu ?’ Kita berika uang ini kepada orang
yang lebih membutuhkannya yang datang ketempat kita.’ Isterinya menjawab,’ Ya,
alangkah bagus idemu.’
Said pun memanggil salah seorang ajudan
kepercayaannya untuk membagi-bagi uang untuk dimasukkan kedalam kantong sambil
berkata, uang ini untuk ibu janda sebelah sana, ini untuk anak-anak yatim
keluarga fulan, yang ini untuk keluarga fulan yang miskin, dan yang ini untuk
anak-anak keluarga yang lagi susah disebelah sana.’
Selesai membagi infaq ini, rupanya masih
menyisakan satu keeping mata uang emas. Sai bertanya kepada isterinya,’
Berinfaklah kamu dengan sekeping ini. Kemudian ia berangkat ke kantor.
Isterinya bertanya, ‘ Kenapa kita tidak
mengupah pembantu kita dengan uang ini saja.’ Apa salahnya kita menggunakan
uang itu ?!. Said menjawab, ‘ Akan datang masanya engkau lebih membutuhkan dari
sekarang ini.’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar