Selasa, 12 Agustus 2014

MENCINTAI ALLAH DAN RASULNYA




MENCINTAI ALLAH DAN RASUL
Oleh : H.M.FARID ANWAR
“ Katakanlah : "Jika bapak  bapak, anak anak, saudara saudara, isteri  isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik “.
                                                         ( Q.S. At – Taubah : 24 )
   Cinta merupakan fitrah manusia, cinta merupakan pelengkap hidup karunia Yang Maha Kuasa, termasuk mencintai : wanita, anak-anak, harta, hewan, sawah ladang dan sebagainya.
        “ Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita wanita, anak anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga) “. ( Q.S. Ali Imran : 14 )
    Dengan cinta hidup serasa indah dan nyaman, itulah karunia yang Maha Rahman. Namun cinta bisa pula membuat celaka bila tak dapat mengarahkan.
    Terlampau mencintai dunia sangat berbahaya, ada orang bunuh diri gara gara wanita pujaannya lari meninggalkannya atau ditolak cintanya, ada pula yang stroke karena istrinya meninggal dunia, ada yang gila gara gara harta yang tak kunjung dapat diraihnya. Ada pula yang stress karena anak yang dicintainya meninggal dunia dsb. Ini akibat bila cinta tak terarah.
MENCINTAI ALLAH DAN RASUL
    Agar hidup tak kecewa, cinta perlu diarahkan sesuai tuntunan. Bila salah mengarahkan, tidak dapat mengendalikan, akan berakibat mengecewakan. Ingat bahwa sesuatu yang dicintai bersifat tidak kekal, tidak abadi, oleh karena itu cinta perlu dibatasi, perlu kendali.
        Beda dengan mencintai Allah, sang Khaliq ( pencipta ) yang bersifat kekal dan abadi, dzat yang harus dicintai selama hidup sampai mati. Cinta semacam ini akan membuat tenang dan nyaman dihati.
  Maka benar adanya firman Allah diatas yang mengingatkan tunggu keputusan Allah, ini sangat berbahaya bila keputusan Allah tiba, didunia saja bisa stress, bisa stroke, bisa kecewa. Apalagi kelak diakherat tambah berbahaya. Mencintai sesuatu harus dibatasi, jangan sampai melebihi cintanya pada Allah dan Rasul-Nya. Mencintai Allah mutlak adanya bagi yang mengaku beriman, cara mencintaiNya dengan mengikuti apa yang dicontohkan NabiNya.
           “ Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “. ( Q.S. Ali Imran 31 )
    Mengapa Nabi harus diikuti ?, karena beliau adalah manusia pilihan, Nabi ahir zaman yang dipersiapkan secara sempurna, baik jasmani maupun ruhaninya, guna sebagai panutan agar manusia tidak salah jalan.
WAJIB MENCINTAI NABI
   Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw, bersabda : “ Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidaklah di antara kalian beriman sehingga aku lebih dicintai dari pada orang tua dan anaknya “. ( H.R. Bukhari )
    Kecintaan para sahabat pada Nabinya dibuktikan dengan sikapnya yang siap berkurban, baik dengan jiwa maupun raganya.
ABU BAKAR MENANGIS
  Imam Ahmad meriwayatkan dari Barra’ bin Azib berkata bahwasannya Abu Bakar berkata : “ Pada waktu kami pergi hijrah, orang-orang sedang mengejar kita dan tidak ada yang bisa mengejar kami kecuali Suraqah bin Malik bin Ju’tsum dengan mengendarai kuda. Saya berkata kepada beliau : “ Wahai Rasulullah pencari telah mampu memdapatkan kita ?” Maka beliau bersabda : “ janganlah kamu khawatir sesungguhnya Allah pasti bersama kita “. Hingga dia telah mendapati dan jarak kami dengan dia kira kira satu atau dua atau tiga tombak, Abu Bakar berkata : “ Wahai Rasulullah, orang yang melakukan pencarian telah berhasil mengejar kita ? Maka saya menangis “. Beliau bertanya : “ Kenapa kamu menangis ?”. Saya menjawab : “ Demi Allah, saya menangis bukan karena takut terhadap keselamatan diriku akan tetapi saya takut terhadap keselamatan diri engkau “. Barra’ berkata : “ Maka Rasulullah SAW mendoakan keburukan atas Suraqah dengan berdoa :
     “ Ya Allah, cukupkan kami dengan apa yang Engkau kehendaki “. Maka tiba-tiba kaki kuda Suraqah terperosok ke dalam tanah yang keras hingga perut kuda menyentuh tanah.
ZUBAIR NAIK KE PUNCAK BENTENG
    Imam Abdul Hakam telah meriwayatkan kisah Zubair dan kisah teman temannya. Pada saat pasukan Amr bin Ash belum juga bisa merebut kemenangan maka Zubair berkata : “ Sesungguhnya saya akan mempersembahkan jiwaku kepada Allah dan saya berharap Allah akan memberikan kemenangan bagi kaum muslimin ! ”.
      Kemudian ia meletakkan tangga disamping benteng dari arah pasar Hamman kemudian naik dan memerintahkan kaum muslimin bila ia bertakbir hendaklah mereka bertakbir secara serentak. 
    Tanpa terasa Zubair sudah bertakbir di atas puncak benteng dengan menghunus pedang, orang orang menahan tangga yang dinaiki Zubair agar tidak patah. 
    Tatkala Zubair menyeburkan diri kedalam benteng maka diikuti oleh yang lain sambil bertakbir kemudian disusul suara takbir kaum muslimin dari luar benteng, maka pasukan musuh mengira bahwa semua pasukan kaum muslimin telah masuk kedalam benteng. 
   Maka merekapun lari tunggang langgang, segera Zubair bersama teman temannya menuju pintu benteng, membukanya sehingga seluruh kaum muslimin masuk kedalam benteng musuh. ( Futuh Mesir wa Akhbaruha, hal 52 ).
ABU THALHAH MENGORBANKAN LEHERNYA
   Imam Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik berkata : “ Pada waktu perang Uhud pasukan Islam porak poranda maka Abu Thalhah berdiri didepan melindungi Nabi dengan tamengnya. Ia berkata : “ Abu Thalhah termasuk orang yang ahli dan kuat memanah hingga mengahabiskan dua atau tiga busur panah “. Ia berkata : “ Ada seorang yang lewat membawa tempat anak panah, maka beliau bersadbda : “ Berikanlah wadah itu kepada Abu Thalhah “.
  Dia berkata : “ Rasulullah mengawasi dari atas lalu melihat pasukan musuh maka Abu Thalhah berkata : “ Wahai Rasulullah janganlah engkau memperlihatkan diri agar tidak terkena anak panah musuh, cukuplah leherku yang menjadi tameng musuh asalkan leher engkau selamat ! “.
ABU DUJANAH SEBAGAI PERISAI
Imam Ibnu Ishaq berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda saat dia dikeroyok musuh : “ Siapa  yang mau menjual dirinya untuk kami ! “. Maka Zayyad bin Sakan bergegas untuk berangkat bersama lima orang Anshar dan sebagian orang berkata : “ Dia adalah Amarah bin Yazid bin Sakan, maka mereka berperang membela Rasulullah s.a.w. satu per satu hingga mereka terbunuh, dan yang terakhir adalah Zayyad atau Amarah, dia berperang hingga terkena luka sabetan pedang kemudian datang sekelompok kaum muslimin untuk menyelamatkan jasadnya dari kepungan musuh, lalu Rasulullah bersabda : “ Dekatkanlah dia padaku “. Maka mereka mendekatkannya hingga beliau menjadikan kakinya sebagai penopang pipinya dia hingga meninggal “.
KECINTAANNYA DIBUKTIKAN DENGAN SIKAP
      Sikap cintanya para sahabat dibuktikan dengan selalu mentaati perintah beliau.
       Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Anas bin Malik berkata : “ Saya dahulu menjadi penuang khamer di rumah Abu Thalhah dan khamer mereka pada saat itu dari jenis fadheh. Setelah Rasulullah menyuruh seorang untuk mengumumkan bahwa khamer telah diharamkan. Anas berkata : Abu Thalhah berkata kepadaku : “ Keluarlah dan tumpahkan khamer itu “.
        Maka saya keluar kemudian menumpahkan khamer ke jalan dan mengalir ke seluruh jalan jalan di Madinah. Tidak ada pilihan bagi mereka yang mencintai Rasul melainkan menumpahkan khamer ke jalan hingga membanjiri jalan Madinah.
     Betapa indahnya ketaatan mereka, ini merupakan bukti dalam mencintai Nabinya.
           “ Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan : " Kami mendengar dan Kami taat ", dan mereka Itulah orang orang yang beruntung “. ( Q.S. An-Nuur  51 )
BERSAMA NABI DI AKHIRAT
      Barangsiapa mencintai Nabi, maka akan bersama beliau kelak di akhirat.
Dari Anas bin Malik ia berkata : “ Pernah seorang laki-laki datang kepada Rasulullah lalu bertanya : “ Wahai Rasulullah kapan hari kiamat datang ? “. Beliau bersabda : “ Apa yang kamu persiapkan untuknya ? “. Ia menjawab : “ Cinta kepada Allah dan cinta kepada Rasulu Nya “. Beliau bersabda : “ Kamu akan bersama orang yang kamu cintai “. ( H.R. Muslim )
           Semoga Allah memberikan hidayah Nya agar kita selalu mencintai Allah dan RasulNya melebihi segalanya. Amin.


                              KISAH TAULADAN
ABU HURAIRAH R.A.
        Atas jasa sahabat Thufail bin Amr Ad Dausy pada tahun ketujuh kenabian, dengan hidayah Allah dipertemukan pemuda berkulit hitam ini dengan Rasulullah s.a.w.. “ Siapa namamu ? ” tanya Rasulullah s.a.w. “ Abdu Syam ( budak matahari )”, jawabnya. “ Bukannya Abdur Rahman ( hamba Allah )?”, tanya Rasulullah s.a.w. “ Demi Allah, benar Abdur Rahman, ya Rasulullah “, jawabnya dengan mata berbinar.
     Karena hobbynya bermain dengan kucing betina, Abdu Syam kecil sering diejek teman temannya dengan panggilan Abu Hurairah ( bapak kucing betina ), sehingga nama Abdu Syam terlupakan.Rasulullah sendiri memanggilnya Abu Hirr ( kucing jantan ) sebagai sapaan akrab di antara mereka berdua.
   Abu Hurairah berkhidmat kepada Rasulullah s.a.w. Dia tinggal di masjid aktif mendengarkan khutbah Rasulullah. Namun masih ada satu ganjalan di hatinya yakni masalah Ibunya, yang  tidak mau diajak memeluk Islam, bahkan selalu menghina Rasulullah s.a.w. 
   Diceritakannya perihal sang ibu kepada Rasulullah s.a.w. sambil mohon bantuan doa, “ Semoga ibuku tergugah masuk islam “. Kemudian Rasulullah s.a.w. berdoa kepada Allah s.w.t., akhirnya doa itupun  terkabul.         Hati ibunya tersentuh juga melihat kegigihan anaknya. Suatu hari ketika melihat anaknya pulang, sang ibu menyambutnya dengan mengucapkan kalimat syahadat, alangkah bahagianya hati Abu Hurairah.
   Betapa besar cintanya kepada sang ibu, setiap kali akan keluar rumah, ia berucap salam kepada ibunya, begitu juga ketika kembali pulang.
    “ Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, ya Ummah,” Kata Abu Hurairah. Sang ibu menjawab : “ Wa’alaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh, ya Bunayya “.
     Selama mendampingi Rasulullah s.a.w. sebagai penulis wahyu, Abu Hurairah tetap membujang. Cintanya dicurahkan kepada Rasulullah tanpa reserve. Dia tak pernah bosan memandang wajah beliau. “ Bagiku tak ada yang lebih cantik dan cemerlang selain wajah Rasulullah s.a.w., seolah-olah matahari sedang memancar di wajah beliau,” Ujarnya dengan wajah berbinar.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar