MENCINTAI ALLAH DAN RASUL
Oleh : H.M.FARID
ANWAR
“ Katakanlah : "Jika bapak bapak, anak anak, saudara saudara, isteri isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai,
adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan
nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik “.
( Q.S. At – Taubah : 24 )
Cinta
merupakan fitrah manusia, cinta merupakan pelengkap hidup karunia Yang Maha
Kuasa, termasuk mencintai : wanita, anak-anak, harta, hewan, sawah ladang dan
sebagainya.
“ Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita wanita, anak anak, harta
yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat
kembali yang baik (surga) “. ( Q.S. Ali Imran : 14 )
Dengan
cinta hidup serasa indah dan nyaman, itulah karunia yang Maha Rahman. Namun
cinta bisa pula membuat celaka bila tak dapat mengarahkan.
Terlampau
mencintai dunia sangat berbahaya, ada orang bunuh diri gara gara wanita
pujaannya lari meninggalkannya atau ditolak cintanya, ada pula yang stroke
karena istrinya meninggal dunia, ada yang gila gara gara harta yang tak kunjung
dapat diraihnya. Ada pula yang stress karena anak yang dicintainya meninggal
dunia dsb. Ini akibat bila cinta tak terarah.
MENCINTAI ALLAH DAN RASUL
Agar
hidup tak kecewa, cinta perlu diarahkan sesuai tuntunan. Bila salah
mengarahkan, tidak dapat mengendalikan, akan berakibat mengecewakan. Ingat
bahwa sesuatu yang dicintai bersifat tidak kekal, tidak abadi, oleh karena itu
cinta perlu dibatasi, perlu kendali.
Beda
dengan mencintai Allah, sang Khaliq ( pencipta ) yang bersifat kekal dan abadi,
dzat yang harus dicintai selama hidup sampai mati. Cinta semacam ini akan
membuat tenang dan nyaman dihati.
Maka
benar adanya firman Allah diatas yang mengingatkan tunggu keputusan Allah, ini
sangat berbahaya bila keputusan Allah tiba, didunia saja bisa stress, bisa
stroke, bisa kecewa. Apalagi kelak diakherat tambah berbahaya. Mencintai
sesuatu harus dibatasi, jangan sampai melebihi cintanya pada Allah dan
Rasul-Nya. Mencintai Allah mutlak adanya bagi yang mengaku beriman, cara
mencintaiNya dengan mengikuti apa yang dicontohkan NabiNya.
“ Katakanlah:
"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang “. (
Q.S. Ali Imran 31 )
Mengapa
Nabi harus diikuti ?, karena beliau adalah manusia pilihan, Nabi ahir zaman
yang dipersiapkan secara sempurna, baik jasmani maupun ruhaninya, guna sebagai
panutan agar manusia tidak salah jalan.
WAJIB MENCINTAI NABI
Dari
Abu Hurairah
r.a.
bahwa Rasulullah saw, bersabda : “ Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya,
tidaklah di antara kalian beriman sehingga aku lebih dicintai dari pada orang
tua dan anaknya “. ( H.R. Bukhari )
Kecintaan
para sahabat pada Nabinya dibuktikan dengan sikapnya yang siap berkurban, baik
dengan jiwa maupun raganya.
ABU BAKAR MENANGIS
Imam
Ahmad meriwayatkan dari Barra’ bin Azib berkata bahwasannya Abu Bakar berkata :
“ Pada waktu kami pergi hijrah, orang-orang sedang mengejar kita dan tidak ada
yang bisa mengejar kami kecuali Suraqah bin Malik bin Ju’tsum dengan
mengendarai kuda. Saya berkata kepada beliau : “ Wahai Rasulullah pencari telah
mampu memdapatkan kita ?” Maka beliau bersabda : “ janganlah kamu khawatir
sesungguhnya Allah pasti bersama kita “. Hingga dia telah mendapati dan jarak
kami dengan dia kira kira satu atau dua atau tiga tombak, Abu Bakar berkata : “
Wahai Rasulullah, orang yang melakukan pencarian telah berhasil mengejar kita ?
Maka saya menangis “. Beliau bertanya : “ Kenapa kamu menangis ?”. Saya
menjawab : “ Demi Allah, saya menangis bukan karena takut terhadap keselamatan
diriku akan tetapi saya takut terhadap keselamatan diri engkau “. Barra’
berkata : “ Maka Rasulullah SAW mendoakan keburukan atas Suraqah dengan berdoa :
“
Ya Allah, cukupkan kami dengan apa yang Engkau kehendaki “. Maka
tiba-tiba kaki kuda Suraqah terperosok ke dalam tanah yang keras hingga perut
kuda menyentuh tanah.
ZUBAIR NAIK KE PUNCAK BENTENG
Imam
Abdul Hakam telah meriwayatkan kisah Zubair dan kisah teman temannya. Pada saat
pasukan Amr bin Ash belum juga bisa merebut kemenangan maka Zubair berkata : “
Sesungguhnya saya akan mempersembahkan jiwaku kepada Allah dan saya berharap
Allah akan memberikan kemenangan bagi kaum muslimin ! ”.
Kemudian
ia meletakkan tangga disamping benteng dari arah pasar Hamman kemudian naik dan
memerintahkan kaum muslimin bila ia bertakbir hendaklah mereka bertakbir secara
serentak.
Tanpa terasa Zubair sudah bertakbir di atas puncak benteng dengan
menghunus pedang, orang orang menahan tangga yang dinaiki Zubair agar tidak
patah.
Tatkala Zubair menyeburkan diri kedalam benteng maka diikuti oleh yang
lain sambil bertakbir kemudian disusul suara takbir kaum muslimin dari luar
benteng, maka pasukan musuh mengira bahwa semua pasukan kaum muslimin telah masuk
kedalam benteng.
Maka merekapun lari tunggang langgang, segera Zubair bersama
teman temannya menuju pintu benteng, membukanya sehingga seluruh kaum muslimin
masuk kedalam benteng musuh. ( Futuh Mesir wa Akhbaruha, hal 52 ).
ABU THALHAH MENGORBANKAN LEHERNYA
Imam
Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik berkata : “ Pada waktu
perang Uhud pasukan Islam porak poranda maka Abu Thalhah berdiri didepan
melindungi Nabi dengan tamengnya. Ia berkata : “ Abu Thalhah termasuk orang
yang ahli dan kuat memanah hingga mengahabiskan dua atau tiga busur panah “.
Ia berkata : “ Ada seorang yang lewat membawa tempat anak panah, maka beliau
bersadbda : “ Berikanlah wadah itu kepada Abu Thalhah “.
Dia
berkata : “ Rasulullah mengawasi dari atas lalu melihat pasukan musuh maka Abu
Thalhah berkata : “ Wahai Rasulullah janganlah engkau memperlihatkan diri agar
tidak terkena anak panah musuh, cukuplah leherku yang menjadi tameng musuh
asalkan leher engkau selamat ! “.
ABU DUJANAH SEBAGAI PERISAI
Imam
Ibnu Ishaq berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda saat dia dikeroyok musuh :
“ Siapa yang mau menjual dirinya untuk
kami ! “. Maka Zayyad bin Sakan bergegas untuk berangkat bersama lima orang
Anshar dan sebagian orang berkata : “ Dia adalah Amarah bin Yazid bin Sakan,
maka mereka berperang membela Rasulullah s.a.w. satu per satu hingga mereka terbunuh,
dan yang terakhir adalah Zayyad atau Amarah, dia berperang hingga terkena luka
sabetan pedang kemudian datang sekelompok kaum muslimin untuk menyelamatkan
jasadnya dari kepungan musuh, lalu Rasulullah bersabda : “ Dekatkanlah dia
padaku “. Maka mereka mendekatkannya hingga beliau menjadikan kakinya
sebagai penopang pipinya dia hingga meninggal “.
KECINTAANNYA DIBUKTIKAN DENGAN SIKAP
Sikap
cintanya para sahabat dibuktikan dengan selalu mentaati perintah beliau.
Diriwayatkan
oleh Imam Al-Bukhari dari Anas bin Malik berkata : “ Saya dahulu menjadi
penuang khamer di rumah Abu Thalhah dan khamer mereka pada saat itu dari jenis
fadheh. Setelah Rasulullah menyuruh seorang untuk mengumumkan bahwa khamer
telah diharamkan. Anas berkata : Abu Thalhah berkata kepadaku : “ Keluarlah dan
tumpahkan khamer itu “.
Maka
saya keluar kemudian menumpahkan khamer ke jalan dan mengalir ke seluruh
jalan jalan di Madinah. Tidak ada pilihan bagi mereka yang mencintai Rasul
melainkan menumpahkan khamer ke jalan hingga membanjiri jalan Madinah.
Betapa
indahnya ketaatan mereka, ini merupakan bukti dalam mencintai Nabinya.
“ Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin,
bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul Nya agar Rasul menghukum
(mengadili) di antara mereka ialah ucapan : " Kami mendengar dan Kami taat ", dan mereka Itulah orang orang yang beruntung “. ( Q.S. An-Nuur 51 )
BERSAMA NABI DI AKHIRAT
Barangsiapa
mencintai Nabi, maka akan bersama beliau kelak di akhirat.
Dari
Anas bin Malik ia berkata : “ Pernah seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah lalu bertanya : “ Wahai Rasulullah kapan hari kiamat datang ? “.
Beliau bersabda : “ Apa yang kamu persiapkan untuknya ? “. Ia menjawab : “
Cinta kepada Allah dan cinta kepada Rasulu Nya “. Beliau bersabda : “ Kamu akan
bersama orang yang kamu cintai “. ( H.R. Muslim )
Semoga Allah memberikan hidayah Nya
agar kita selalu mencintai Allah dan RasulNya melebihi segalanya. Amin.
KISAH TAULADAN
ABU HURAIRAH R.A.
Atas
jasa sahabat Thufail bin Amr Ad Dausy pada tahun ketujuh kenabian, dengan
hidayah Allah dipertemukan pemuda berkulit hitam ini dengan Rasulullah s.a.w.. “
Siapa namamu ? ” tanya Rasulullah s.a.w. “ Abdu Syam ( budak matahari )”, jawabnya. “
Bukannya Abdur Rahman ( hamba Allah )?”, tanya Rasulullah s.a.w. “ Demi Allah, benar
Abdur Rahman, ya Rasulullah “, jawabnya dengan mata berbinar.
Karena
hobbynya bermain dengan kucing betina, Abdu Syam kecil sering diejek
teman temannya dengan panggilan Abu Hurairah ( bapak kucing betina ), sehingga
nama Abdu Syam terlupakan.Rasulullah sendiri memanggilnya Abu Hirr ( kucing
jantan ) sebagai sapaan akrab di antara mereka berdua.
Abu
Hurairah berkhidmat kepada Rasulullah s.a.w. Dia tinggal di masjid aktif mendengarkan
khutbah Rasulullah. Namun masih ada satu ganjalan di hatinya yakni masalah
Ibunya, yang tidak mau diajak memeluk Islam, bahkan selalu menghina Rasulullah s.a.w.
Diceritakannya perihal sang ibu
kepada Rasulullah s.a.w. sambil mohon bantuan doa, “ Semoga ibuku tergugah
masuk islam “. Kemudian Rasulullah s.a.w. berdoa kepada Allah s.w.t., akhirnya doa
itupun terkabul. Hati ibunya tersentuh
juga melihat kegigihan anaknya. Suatu hari ketika melihat anaknya pulang, sang
ibu menyambutnya dengan mengucapkan kalimat syahadat, alangkah bahagianya hati
Abu Hurairah.
Betapa
besar cintanya kepada sang ibu, setiap kali akan keluar rumah, ia berucap salam
kepada ibunya, begitu juga ketika kembali pulang.
“
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, ya Ummah,” Kata Abu Hurairah. Sang ibu menjawab : “ Wa’alaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh, ya Bunayya “.
Selama
mendampingi Rasulullah s.a.w. sebagai penulis wahyu, Abu Hurairah tetap membujang.
Cintanya dicurahkan kepada Rasulullah tanpa reserve. Dia tak pernah bosan
memandang wajah beliau. “ Bagiku tak ada yang lebih cantik dan cemerlang selain
wajah Rasulullah s.a.w., seolah-olah matahari sedang memancar di wajah beliau,”
Ujarnya dengan wajah berbinar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar