DEMI CINTANYA PADA SAHABAT
OLEH
: M. FARID ANWAR
“ Muhammad
itu adalah utusan Allah dan orang orang yang bersama
dengan dia
adalah tegas terhadap orang orang
kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku'
dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan Nya,
tanda tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud ( nampak keimanan dan kesucian hatinya ) .......“. ( Q.S. Al Fath 29 )
Berkat ketekunan
Nabi s.a.w. dan para sahabat dalam menunaikan ibadah karena semata mata
mengharap ridla Allah, sehingga membuahkan sikap tegas terhadap orang kafir dan
bersikap kasih sayang terhadap sesama Muslim, sikap mereka ini dinyatakan
secara jelas oleh Allah : “ tanda tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud ( nampak keimanan
dan kesucian hatinya
) “.
Sikap
tersebut dibuktikan tatkala Khalifah Umar bin Khaththab r.a. mengutus pasukan
Muslim ke Romawi.
Begitu
kompaknya sikap saling menyayangi diantara mereka, sehingga Abdullah bin
Khudzaifah rela mencium kepala kaisar demi bebasnya pasukan kaum Muslimin.
Subhaanallah.
UMAR MENGIRIM PASUKAN
Guna meluasnya
syiar da’wah Islam, maka pada tahun 19 H. Umar bin Khaththab r.a. mengutus
pasukan untuk menyerang Romawi, diantara prajurit yang ikut adalah sahabat Nabi
s.a.w. bernama Abdullah bin Khudzaifah.
Dalam
pertempuran Abdullah tertawan pasukan Romawi, sambil dibelenggu dia dibawa
kehadapan kaisar Romawi, pengawal yang membawanya berkata : “ Dia adalah
sahabat Muhammad “. Kemudian kaisar turun dari singgasananya mendekati Abdullah
bin Khudzaifah yang telah lama mengalami penyiksaan, namun tidak goyah dan
tetap teguh pada keimanannya.
DITAWARI MEMELUK NASRANI
Setelah
dekat Kaisar berkata : “ Maukah engkau memeluk agama Nasrani dan menjadi
menteriku ? “. Dengan tegas dan tegarnya Abdullah menjawab : “ Meskipun engkau
memberikan segala kekayaan yang kau miliki dan semua yang dimiliki bagsa Arab agar
aku meninggalkan agama yang dibawa Muhammad, sedetikpun aku tidak akan mau
meninggalkannya. Mendengar jawaban tersebut kaisar berkata : “ Jika begitu aku
akan membunuhmu ! “, dengan tegas Abdullah menjawab : “ Silahkan ! “.
DISALIB DAN DIPANAH
Melihat
ketegaran dan kekokohan sikap Abdullah bin Khudzafah pada pendiriannya, dengan
geramnya kaisar segera memerintahkan pengawal membawa keluar Abdullah untuk disalib.
Betapa
sakit dan panasnya Abdullah ketika disalib, karena dijemur di terik panas
matahari pada ketinggian kayu salib dan menantang panasnya sinar matahari yang menyengat
panas, namun berkat kekuatan imannya yang kokoh Abdullah justru menghadapinya
dengan tegar dan sabar.
Setelah
disalib sang kaisar memerintahkan para pemanah untuk membidik bagian tangan dan
kaki, dengan tepat tangan dan kaki Abdullah bin Khudzaifah terkena panah.
Sambil memandang Abdullah yang menahan sakit, kaisar masih juga dengan teganya menawari
agar Abdullah sudi memeluk agama Nasrani, namun harapannya pupus karena
Abdullah justru menolaknya dengan tegas.
Betapa
geramnya hati kaisar karena tawarannya ditolak mentah mentah oleh Abdullah, setelah
tawarannya tidak membuahkan hasil, kaisar memerintahkan kepada algojo agar
menurunkan Abdullah bin Khudzaifah, kemudian dengan segera disiapkan bejana
besar yang berisi minyak panas mendidih.
DIGORENG
Selanjutnya
kaisar mengambil siasat berikutnya guna menakut nakuti Abdullah, dengan membawanya
ke ruang penyiksaan beserta dua orang tawanan lainnya, salah seorang tawanan
kemudian dilemparkan kedalam bejana berisi minyak panas dan mendidih, dengan
cepat tubuhnya menggelepar tergoreng kepanasan, dalam sekejap daging tubuhnya mengelupas
dan hangus berkeping keping, sehingga dalam waktu singkat tinggal tulang
belulang yang terpisah pisah mengerikan.
DIKIRA TAKUT
Hati kaisar semakin gelisah dan
geram, melihat ketegaran Abdullah karena tidak bergeming sedikitpun melihat kawannya
yang tubuhnya telah hancur berkeping keping di belanga penyiksaan.
Maka
kaisar mengambil langkah berikutnya dengan harapan agar bisa mengubah pendirian
Abdullah bin Khudzaifah, kemudian kaisar mengistruksikan para algojonya membawa
Abdullah guna dimasukkan kedalam bejana yang berisi minyak mendidih, namun
ketika algojo hendak memasukkannya kedalam bejana, .......tiba tiba Abdullah
bin Khudzaifah nampak menangis tersedu sedu.
DITAWARI LAGI
Melihat kejadian ini si algojo
berbisik kepada kaisar : “ Dia menangis “, kaisar
mengira bahwa Abdullah menangis karena ketakutan. Dengan tersenyum penuh
harapan kaisar menawarkan lagi agar Abdullah mau memeluk agama Nasrani. Namun lagi lagi diluar dugaan kaisar,
Abdullah bin Khudzaifah tetap menolak dengan tegasnya.
JAWABAN MENAKJUBKAN
Karena
penasaran dan heran melihat ketegaran sikap Abdullah bin Khudzaifah, kaisar
bertanya penuh harapan, agar Abdullah bin Khudzaifah mau mengubah pendiriannya
: “ Apa yang menyebabkanmu menangis ? “, diluar dugaan kaisar, Abdullah
menjawab dengan tegarnya : “ Yang menyebabkan aku menangis, karena hatiku
berkata : “ Jika aku dimasukkan kedalam bejana itu, maka aku akan segera mati
dan itu hanya sekali, padahal aku ingin mati berkali kali di jalan Allah,
sebanyak bulu yang tumbuh di sekujur tubuhku ini ! “.
Betapa
terkejutnya hati kaisar mendengar jawaban Abdullah yang diluar dugaannya, dia
merasa ta’jub dan kagum dengan ketegaran Abdullah, yang sangat merindukan
kematian, padahal banyak manusia yang pada takut kematian.
MENCIUM KEPALA KAISAR
Akhirnya kaisar
dengan suara rendah dan penuh kagum berkata kepada Abdullah bin Khudzaifah : “
Maukah kamu mencium kepalaku dan kamu akan kubebaskan ?! “. Dengan keheranan
bercampur gembira Abdullah bertanya untuk meyakinkan : “ Engkau akan
membebaskanku beserta segenap tawanan Muslimin ? “. Kaisar menjawab : “ Ya
bersama seluruh tawanan yang lain ! “.
Dalam hati
Abdullah bin Khudzaifah bergumam : “ Aku mencium musuh Allah dengan balasan aku
dan seluruh teman temanku bebas, sudahlah aku tidak perduli “, kemudian
Abdullah bin Khudzaifah maju dan mencium kepala kaisar.
UMAR MENCIUM KEPALA ABDULLAH
Setelah
Abdullah bin Khudzaifah dan semua tawanan kaum Muslimin bebas, berita gembira
ini sampai kepada Umar bin Khaththab r.a. maka berseri serilah wajah Umar r.a.
menyambutnya, Umar bin Khaththab r.a. sangat berbahagia dan bangga sambil
berseru : “ Sudah selayaknya kaum Muslimin mencium kepala Abdullah bin
Khudzaifah, dan aku akan mendahuluinya ! “.
Kemudian
Umar bin Khaththab r.a. segera beranjak menemui Abdullah bin Khudzaifah untuk
mencium kepalanya sebagai tanda penghormatan pada sahabatnya yang telah
menyelamatkan dan mengharumkan nama pasukan kaum Muslimin.
Betapa kokoh,
kuat dan hebatnya ikatan rasa persaudaraan dan kecintaan Abdullah bin
Khudzaifah kepada teman temannya, sehingga sudi mencium kepala kaisar, demi
keselamatan dan bebasnya tawanan kaum Muslimin. Allaahu Akbar.
Semoga
Allah memberi pahala dan ampunan kepada Abdullah bin Khudzaifah, yang telah
mengorbankan dirinya guna tegaknya kalimat laa ilaaha illallaah. Amiin.
KISAH TAULADAN
SELALU MEMIKIRKAN RAKYATNYA
Salah satu kebiasaan jelek para pimpinan adalah kebiasaan menjilat atasan, yang biasa dikenal dengan istilah ABS ( asal bapak senang ). Rupanya sikap ini juga menjangkiti Utbah bin Farqad gubernur Azerbeijan.
Suatu hari Utbah bin Farqad dikirimi khabish ( kue puding ) makanan yang terbuat dari campuran kurma dan mentega, ketika merasakan kenikmatan dan kelezatannya betapa puasnya dia, sehingga terlintas dalam fikirannya : “ Alangkah baiknya seandainya khalifah Umar bin Khaththab r.a. yang berada di Madinah dibuatkan dan dkirimi khabish “. Maka diperintahkanlah para pelayan istana guna segera memasak khabish sebanyak dua bejana.
Dengan segera para pelayan istanapun memasaknya dengan penuh semangat demi perintah gubernur. Setelah masakan selesai, khabish segera diletakkan di atas punggung unta, yang dikendarai dua orang utusan guna segera dikirim ke khalifah Umar r.a. di Madinah.
Setelah tiba di Madinah Umar bin Khaththab segera membuka makanan sambil berkata : “ Apa ini ? “. Kedua utusan menjawab : “ Ini adalah khabish “, maka Umar segera mencicipinya, nampak diwajahnya betapa puas ketika mencicipinya.
Melihat wajah Umar nampak puas ketika mencicipi khabish, maka legalah hati para utusan, namun betapa kagetnya ketika tiba tiba Umar r.a. berpaling menghadap kepada dua utusan sambil bertanya : “ Apakah orang orang Muslim disana pada makan makanan seperti ini ? “.
Kedua utusan menjawab : ” Tidak ! “. Umar bin Khaththab r.a. kemudian memerintahkan kedua utusan untuk membawa kembali kiriman tersebut.
Kemudian Umar r.a. menulis surat untuk Utbah bin Farqad yang cukup keras : “ Sesungguhnya ini bukan dari hasil kerja keras ayahmu, dan bukan pula dari ibumu, kenyangkan orang Islam dengan sesuatu yang membuat kenyang perutnu ! “.
Demikian pekanya naluri Umar r.a. sehingga tidak mengutamakan kepentingan dirinya tetapi lebih mengutamakan kepentingan rakyatnya. Subhaanallah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar