Selasa, 12 Agustus 2014

DEMI CINTANYA PADA SAHABAT





                                DEMI CINTANYA PADA SAHABAT
                                      OLEH : M. FARID ANWAR
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang orang yang bersama dengan dia adalah tegas terhadap orang orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan Nya, tanda tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud ( nampak keimanan dan kesucian hatinya ) .......“. ( Q.S. Al Fath 29 )
Berkat ketekunan Nabi s.a.w. dan para sahabat dalam menunaikan ibadah karena semata mata mengharap ridla Allah, sehingga membuahkan sikap tegas terhadap orang kafir dan bersikap kasih sayang terhadap sesama Muslim, sikap mereka ini dinyatakan secara jelas oleh Allah : tanda tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud ( nampak keimanan dan kesucian hatinya ) “.
Sikap tersebut dibuktikan tatkala Khalifah Umar bin Khaththab r.a. mengutus pasukan Muslim ke Romawi.
Begitu kompaknya sikap saling menyayangi diantara mereka, sehingga Abdullah bin Khudzaifah rela mencium kepala kaisar demi bebasnya pasukan kaum Muslimin. Subhaanallah.   
UMAR MENGIRIM PASUKAN                                                       
            Guna meluasnya syiar da’wah Islam, maka pada tahun 19 H. Umar bin Khaththab r.a. mengutus pasukan untuk menyerang Romawi, diantara prajurit yang ikut adalah sahabat Nabi s.a.w. bernama Abdullah bin Khudzaifah.
         Dalam pertempuran Abdullah tertawan pasukan Romawi, sambil dibelenggu dia dibawa kehadapan kaisar Romawi, pengawal yang membawanya berkata : “ Dia adalah sahabat Muhammad “. Kemudian kaisar turun dari singgasananya mendekati Abdullah bin Khudzaifah yang telah lama mengalami penyiksaan, namun tidak goyah dan tetap teguh pada keimanannya.
DITAWARI MEMELUK NASRANI
            Setelah dekat Kaisar berkata : “ Maukah engkau memeluk agama Nasrani dan menjadi menteriku ? “. Dengan tegas dan tegarnya Abdullah menjawab : “ Meskipun engkau memberikan segala kekayaan yang kau miliki dan semua yang dimiliki bagsa Arab agar aku meninggalkan agama yang dibawa Muhammad, sedetikpun aku tidak akan mau meninggalkannya. Mendengar jawaban tersebut kaisar berkata : “ Jika begitu aku akan membunuhmu ! “, dengan tegas Abdullah menjawab : “ Silahkan ! “.
DISALIB DAN DIPANAH
Melihat ketegaran dan kekokohan sikap Abdullah bin Khudzafah pada pendiriannya, dengan geramnya kaisar segera memerintahkan pengawal  membawa keluar Abdullah untuk disalib.
Betapa sakit dan panasnya Abdullah ketika disalib, karena dijemur di terik panas matahari pada ketinggian kayu salib dan menantang panasnya sinar matahari yang menyengat panas, namun berkat kekuatan imannya yang kokoh Abdullah justru menghadapinya dengan tegar dan sabar.
Setelah disalib sang kaisar memerintahkan para pemanah untuk membidik bagian tangan dan kaki, dengan tepat tangan dan kaki Abdullah bin Khudzaifah terkena panah. Sambil memandang Abdullah yang menahan sakit, kaisar masih juga dengan teganya menawari agar Abdullah sudi memeluk agama Nasrani, namun harapannya pupus karena Abdullah justru menolaknya dengan tegas.
       Betapa geramnya hati kaisar karena tawarannya ditolak mentah mentah oleh Abdullah, setelah tawarannya tidak membuahkan hasil, kaisar memerintahkan kepada algojo agar menurunkan Abdullah bin Khudzaifah, kemudian dengan segera disiapkan bejana besar yang berisi minyak panas mendidih.
DIGORENG
              Selanjutnya kaisar mengambil siasat berikutnya guna menakut nakuti Abdullah, dengan membawanya ke ruang penyiksaan beserta dua orang tawanan lainnya, salah seorang tawanan kemudian dilemparkan kedalam bejana berisi minyak panas dan mendidih, dengan cepat tubuhnya menggelepar tergoreng kepanasan, dalam sekejap daging tubuhnya mengelupas dan hangus berkeping keping, sehingga dalam waktu singkat tinggal tulang belulang yang terpisah pisah mengerikan.
DIKIRA TAKUT
              Hati kaisar semakin gelisah dan geram, melihat ketegaran Abdullah karena tidak bergeming sedikitpun melihat kawannya yang tubuhnya telah hancur berkeping keping di belanga penyiksaan.
             Maka kaisar mengambil langkah berikutnya dengan harapan agar bisa mengubah pendirian Abdullah bin Khudzaifah, kemudian kaisar mengistruksikan para algojonya membawa Abdullah guna dimasukkan kedalam bejana yang berisi minyak mendidih, namun ketika algojo hendak memasukkannya kedalam bejana, .......tiba tiba Abdullah bin Khudzaifah nampak menangis tersedu sedu.
DITAWARI LAGI
             Melihat kejadian ini si algojo berbisik kepada kaisar : “ Dia menangis “, kaisar mengira bahwa Abdullah menangis karena ketakutan. Dengan tersenyum penuh harapan kaisar menawarkan lagi agar Abdullah mau memeluk agama Nasrani. Namun lagi lagi diluar dugaan kaisar, Abdullah bin Khudzaifah tetap menolak dengan tegasnya.          
JAWABAN MENAKJUBKAN    
    Karena penasaran dan heran melihat ketegaran sikap Abdullah bin Khudzaifah, kaisar bertanya penuh harapan, agar Abdullah bin Khudzaifah mau mengubah pendiriannya : “ Apa yang menyebabkanmu menangis ? “, diluar dugaan kaisar, Abdullah menjawab dengan tegarnya : “ Yang menyebabkan aku menangis, karena hatiku berkata : “ Jika aku dimasukkan kedalam bejana itu, maka aku akan segera mati dan itu hanya sekali, padahal aku ingin mati berkali kali di jalan Allah, sebanyak bulu yang tumbuh di sekujur tubuhku ini ! “.
   Betapa terkejutnya hati kaisar mendengar jawaban Abdullah yang diluar dugaannya, dia merasa ta’jub dan kagum dengan ketegaran Abdullah, yang sangat merindukan kematian, padahal banyak manusia yang pada takut kematian.
MENCIUM KEPALA KAISAR
  Akhirnya kaisar dengan suara rendah dan penuh kagum berkata kepada Abdullah bin Khudzaifah : “ Maukah kamu mencium kepalaku dan kamu akan kubebaskan ?! “. Dengan keheranan bercampur gembira Abdullah bertanya untuk meyakinkan : “ Engkau akan membebaskanku beserta segenap tawanan Muslimin ? “. Kaisar menjawab : “ Ya bersama seluruh tawanan yang lain ! “.
Dalam hati Abdullah bin Khudzaifah bergumam : “ Aku mencium musuh Allah dengan balasan aku dan seluruh teman temanku bebas, sudahlah aku tidak perduli “, kemudian Abdullah bin Khudzaifah maju dan mencium kepala kaisar.
UMAR MENCIUM KEPALA ABDULLAH
           Setelah Abdullah bin Khudzaifah dan semua tawanan kaum Muslimin bebas, berita gembira ini sampai kepada Umar bin Khaththab r.a. maka berseri serilah wajah Umar r.a. menyambutnya, Umar bin Khaththab r.a. sangat berbahagia dan bangga sambil berseru : “ Sudah selayaknya kaum Muslimin mencium kepala Abdullah bin Khudzaifah, dan aku akan mendahuluinya ! “.
Kemudian Umar bin Khaththab r.a. segera beranjak menemui Abdullah bin Khudzaifah untuk mencium kepalanya sebagai tanda penghormatan pada sahabatnya yang telah menyelamatkan dan mengharumkan nama pasukan kaum Muslimin.
Betapa kokoh, kuat dan hebatnya ikatan rasa persaudaraan dan kecintaan Abdullah bin Khudzaifah kepada teman temannya, sehingga sudi mencium kepala kaisar, demi keselamatan dan bebasnya tawanan kaum Muslimin. Allaahu Akbar.  
Semoga Allah memberi pahala dan ampunan kepada Abdullah bin Khudzaifah, yang telah mengorbankan dirinya guna tegaknya kalimat laa ilaaha illallaah. Amiin.               
               
                 
KISAH TAULADAN
SELALU MEMIKIRKAN RAKYATNYA
  Salah satu kebiasaan jelek para pimpinan adalah kebiasaan menjilat atasan, yang biasa dikenal dengan istilah ABS ( asal bapak senang ). Rupanya sikap ini juga menjangkiti Utbah bin Farqad gubernur Azerbeijan.
  Suatu hari Utbah bin Farqad dikirimi khabish ( kue puding ) makanan yang terbuat dari campuran kurma dan mentega, ketika merasakan kenikmatan dan kelezatannya betapa puasnya dia, sehingga terlintas dalam fikirannya : “ Alangkah baiknya seandainya khalifah Umar bin Khaththab r.a. yang berada di Madinah dibuatkan dan dkirimi khabish “. Maka diperintahkanlah para pelayan istana guna segera memasak khabish sebanyak dua bejana.
Dengan segera para pelayan istanapun memasaknya dengan penuh semangat demi perintah gubernur.  Setelah masakan selesai, khabish segera diletakkan di atas punggung unta, yang dikendarai dua orang utusan guna segera dikirim ke khalifah Umar r.a. di Madinah.
Setelah tiba di Madinah Umar bin Khaththab segera membuka makanan  sambil berkata : “ Apa ini ? “. Kedua utusan menjawab : “ Ini adalah khabish “, maka Umar segera mencicipinya, nampak diwajahnya betapa puas ketika mencicipinya.
Melihat wajah Umar nampak puas ketika mencicipi khabish, maka legalah hati para utusan, namun betapa kagetnya ketika tiba tiba Umar r.a. berpaling menghadap kepada dua utusan sambil bertanya : “ Apakah orang orang Muslim disana pada makan makanan seperti ini ? “.  
Kedua utusan menjawab : ” Tidak ! “. Umar bin Khaththab r.a. kemudian memerintahkan kedua utusan untuk membawa kembali kiriman tersebut.
Kemudian Umar r.a. menulis surat untuk Utbah bin Farqad yang cukup keras : “ Sesungguhnya ini bukan dari hasil kerja keras ayahmu, dan bukan pula dari ibumu, kenyangkan orang Islam dengan sesuatu yang membuat kenyang perutnu ! “.
       Demikian pekanya naluri Umar r.a. sehingga tidak mengutamakan  kepentingan dirinya tetapi lebih mengutamakan kepentingan rakyatnya. Subhaanallah.                                                                 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar