Jumat, 15 Agustus 2014

TAK TERBILANG KARUNIANYA

TAK TERBILANG KARUNIANYA

Oleh: H.M.Farid Anwar

              " Dan jika kamu menghitung hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ".  ( Q.S. An-Nahl 18 )
     Manusia bersifat lemah, lupa dan chilaf, tidak ada manusia yang lepas dari kedhoifannya, karena memang demikian kodratnya.
      Ketika berada dalam kondisi wajar, sehat dan normal, sama lengah dan lupa terhadap kenikmatan yang telah diberikan Allah padanya.
    Padahal betapa banyak kenikmatan yang telah dikaruniakan Allah pada manusia, saking banyaknya, sehingga tak kan mampu dan sanggup menghitungnya.
     Nikmat yang diberikan Allah akan sangat terasa ketika keadaan jadi berubah, ketika ujian datang menimpa, sakit misalnya, maka akan terasa dan terbayang dibenaknya, betapa nikmatnya sehat, betapa nikmat dan nyamannya ketika melahap  makanan dalam kondisi badan sehat.
          Sebagai perbandingan dan gambaran betapa besar nilai nikmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia, Rasulullah s.a.w. menyampaikan hadits dibawah ini.
IBADAH 500 TAHUN, SEBANDING DENGAN SATU KENIKMATAN.
     Dari Jabir bin Abdullah r.a berkata : “ Rasulullah s.a.w. keluar menuju kami, lalu bersabda “ : “ Baru saja kekasihku Malaikat Jibril keluar dariku dia memberitahu “ : “ Wahai Muhammad, Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran. Sesungguhnya Allah memiliki seorang hamba di antara sekian banyak hambaNya yang melakukan ibadah kepadaNya selama 500 tahun, ia hidup di puncak gunung yang berada di tengah laut. Lebarnya 30 hasta dan panjangnya 30 hasta juga. Sedangkan jarak lautan tersebut dari masing masing arah mata angin sepanjang 4000 farsakh. Allah mengeluarkan mata air di puncak gunung itu hanya seukuran jari, airnya sangat segar mengalir sedikit demi sedikit, hingga menggenang dibawah kaki gunung.
        Allah juga menumbuhkan pohon delima, yang setiap malam mengeluarkan satu buah delima matang untuk dimakan pada siang hari. Jika hari menjelang petang, hamba itu turun kebawah mengambil air wudlu  sambil memetik buah delima untuk dimakan. Kemudian mengerjakan shalat. Ia berdoa kepada Allah jika waktu ajal tiba agar ia diwafatkan dalam keadaan bersujud, dan mohon agar jangan sampai jasadnya rusak dimakan tanah atau lainnya sehingga ia dibangkitkan dalam keadaan bersujud juga.
    Demikianlah kami dapati, jika kami lewat dihadapannya ketika kami menuruni dan mendaki gunung tersebut.
  Selanjutnya, ketika dia dibangkitkan pada hari kiamat ia dihadapkan di depan Allah, lalu Allah berfirman : “ Masukkanlah hambaKu ini kedalam syurga karena rahmat Ku “. Hamba itu membantah : “ Ya Rabbi, aku masuk Syurga karena ibadahku “.
    Allah berfirman : “ Masukkanlah hambaKu ini kedalam Syurga karena rahmat Ku “. Hamba tersebut membantah lagi : “ Ya Rabbi, masukkan aku ke Syurga karena ibadahku “.
   Kemudian Allah memerintah para malaikat : “ Cobalah kalian timbang, lebih berat mana antara kenikmatan yang aku berikan kepadanya dengan amal ibadahnya “.
    Maka ia dapati bahwa kenikmatan penglihatan yang dimilikinya lebih berat dibanding dengan ibadahnya selama 500 tahun, belum lagi kenikmatan anggota tubuh yang lain. Allah berfirman : “ Sekarang masukkanlah hambaKu ini ke Neraka ! “.
    Kemudian ia diseret ke dalam api Neraka. Hamba itu lalu berkata : “ Ya Rabbi benar aku masuk syurga hanya karena rahmat Mu, masukkanlah aku ke dalam SyurgaMu “.
      Allah berfirman : “ Kembalikanlah dia  ! “.
    Kemudian dia dihadapkan lagi di depan Allah, Allah bertanya kepadanya : “ Wahai hambaKu, siapakah yang menciptakanmu ketika kamu belum menjadi apa apa ?”.
      Hamba tersebut menjawab : “ Engkau, wahai Tuhanku “ .
    Allah bertanya lagi : “ Yang demikian itu karena keinginanmu sendiri atau berkat rahmatKu ? “.
     Dia menjawab : “ Semata-mata karena rahmatMu “.
    Allah bertanya : “ Siapakah yang membri kekuatan kepadamu sehingga kamu mampu mengerjakan ibadah selama 500 tahun ?”.
     Dia menjawab : “ Engkau Ya Rabbi “.
  Allah bertanya : ” Siapakah yang menempatkanmu berada digunung dikelilingi ombak laut, kemudian mengalirkan untukmu air segar ditengah tengah laut yang airnya asin, lalu setiap malam memberimu buah delima yang seharusnya berbuah hanya satu tahun sekali ? “. Di samping itu semua, kamu mohon kepadaKu agar Aku mencabut nyawamu ketika kamu bersujud, dan aku telah memenuhi permintaanmu !? “. 
     Hamba itu menjawab : “ Engkau ya Rabbi “.
   Allah berfirman : ” Itu semua berkat rahmat Ku. Dan hanya dengan rahmat Ku pula Aku memasukkanmu ke dalam Syurga. Sekarang masukkanlah hambaKu ini kedalam Surga ! HambaKu yang paling banyak memperoleh kenikmatan adalah kamu wahai hamba Ku “. Kemudian Allah memasukkannya ke dalam Syurga.
    Jibril melanjutkan : ” Wahai Muhammad, sesungguhnya segala sesuatu itu terjadi hanya berkat Rahmat Allah ".( H.R. Al Hakim )  
BETAPA LUAS RAHMAT ALLAH 
           Subhaanallah betapa besar dan luas rahmat ( belas kasih ) Allah yang dicurahkan kepada hambaNya, dari keterangan Nabi s.a.w. yang disampaikan lewat malaikat Jibril tersebut, semoga kita dapat mengambil pelajaran, karena sumber ini datang dari Malaikat pembawa wahyu Allah. 
           Ibadah selama 500 tahun seolah luar biasa kelihatannya, namun ternyata nilainya hanya sepadan dengan karunia Allah berupa penglihatan, yang telah dinikmati selama hidupnya subhaanallah.         
                Karunia berupa mata atau penglihatan yang kita pakai dan nikmati selama ini, pernahkah kita cermati betapa rumit dan canggihnya, sehingga kita bisa melihat keindahan alam sekitar, mengenal benda, dan obyek lainnya. Sehingga dapat merekam semua informasi lewat penglihatan ini.              Mata dilengkapi perangkat rumit dan canggih, dapat berputar sehingga dapat melirik kekanan dan kekiri, karena adanya air mata sebagai pelumasnya. Juga dijaga dan dilindungi adanya kelopak mata yang dapat bergerak secara reflek. 
          Dilengkapi pula lensa dan piranti yang dapat mengatur diafragma, sehingga dapat mengatur jumlah cahaya yang diterimanya secara otomatis, sehingga dapat menangkap gambar yang diterimanya secara sempurna.
BILA  NIKMAT DICABUT BARU TERASA
             Salah seorang jamaah istrinya menderita sakit glaucoma, sehingga terasa sangat sakit pada  matanya, bola matanya tak dapat digerakkan, terasa seolah ditekan tekan, sakitnya bukan buatan, sehingga sangat sulit tidur beberapa malam,  penglihatan menjadi gelap gulita, aktifitas sebagai ibu rumah tanggapun tak dapat dilaksanakan, sang suamipun ikut kelabakan.
          Sang suami ahirnya terpaksa menggantikan tugas sang istri, sehingga beliau sempat berkata : “ Pak Farid alangkah berat tugas seorang istri, sekarang saya alami sendiri, dengan sangat terpaksa saya ambil alih tugasnya, ya menyapu rumah, ngepel, memasak, cuci piring, mencuci pakaian, setrika dan lain sebagainya, sangat berat terasa namun saya terima dengan niat ibadah “.
               Contoh diatas baru sebagian dari karunia Allah yang sangat luar biasa manfaatnya, belum lagi nikmat nikmat yang lain yang sangat sulit menghitungnya.
MENSYUKURI NIKMAT
                Agar hidup terasa nikmat dan nyaman biasakan selalu mensykuri nikmat Allah dalam situasi dan keadaan apapun, jangan mudah resah, hadapi segalanya dengan tabah dan selalu mengingat kepadaNya, selalu ingat karuniaNya, InsyaAllah hati akan tenang karena nikmat ALLAH akan selalu dicurahkan sebagaimana firmanNya : “ Dan tatkala Tuhanmu memaklumkan : “ jika kamu bersukur, pasti kami akan menambah ( nikmat ) kepadamu, dan jika kamu mengingkari ( nikmatKu  ) niscaya adzab Ku sangat pedih ". ( Q.S. Ibrahim 7 ) 

                                              KISAH TELADAN       
                                 MENGGANGGU SHALAT KEBUN DIJUAL
      Diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Bakr bahwa seorang laki laki Anshar shalat di dalam kebun kurma miliknya yang sedang berbuah ranum dan lebat.  
     Dia sangat senang dan kagum dengan hasil tanamannya yang berlimpah.  Ketika ia menunaikan sholat, perasaannya ikut hanyut terbawa sampai terlena, sehingga mengganggu kehusyu’an shalatnya, sampai lupa jumlah rakaat shalatnya.
        Dalam hatinya ia berkata : “ Rupanya kebun kurma inilah yang telah mengganggu ketenanganku dalam shalat.”

 Kemudian ia mendatangi Ustman bin Affan dan menceritakan peristiwa ini, Ustman berkata : “ Sedekahkan saja kebun itu, fisabilillah.” Lalu Ustman membeli kebun tersebut dengan limapuluh ribu (dinar).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar