PENTINGNYA ILMU
Oleh : H.M.FARID
ANWAR
“ … niscaya Allah akan meninggikan orang orang yang beriman di
antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan “.
( Q.S. Mujadilah : 11 )
Agama
Islam menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, baik ilmu dunia maupun yang bersifat
keakheratan. Dengan ilmu orang jadi maju karena dekat dengan kebenaran.
Banyak
ayat-ayat Al Qur’an yang mendorong menggunakan akal fikiran. Sehingga
menghasilkan banyak cabang ilmu berkat penalaran. Para ilmuwan Islam dimasa lalu
berada diposisi terdepan, terdorong maju berkat berfikir dan merenungi
ayat ayat Al Qur’an.
“
Dan Dialah yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung gunung dan sungai
sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah buahan berpasang
pasangan. Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda tanda ( kebesaran Allah ) bagi kaum yang berfikir
“. (
Q.S.Arra’d 3 )
Berkat
dorongan dan rangsangan Al Quran, hingga banyak membuahkan para ilmuan, diantaranya
Ibnu Siena ( Ave Sinia ) yang meletakkan dasar ilmu kedokteran. Mengapa mereka
maju ? karena selalu merujuk pada Al Qur’an yang menjunjung tinggi nilai nilai
ketauhidan ( keesaan Allah ).
Bukan pada kepercayaan yang berbau kemusyrikan,
Tahayul, Khurafat dan kebid ’ahan ( menambah nambah dalam peribadatan ).
KEUTAMAAN ILMU
Begitu
penting dan manfaatnya ilmu, sehingga Sahabat Ali bin Abi Thalib r.a yang dikenal
cukup cerdas, menasehati dengan penuh hikmah tentang perbedaan ilmu dan harta : Ilmu akan menjaga pemiliknya,
sedangkan harta harus dijaga pemiliknya. Ilmu semakin diajarkan makin
berkembang, sedangkan harta semakin dibelanjakan makin berkurang.
Lebih
lebih hususnya bagi yang memiliki ilmu agama, jadi makin terhormat dan mulia, karena
setiap tingkah lakunya selalu hati hati, dijaga dan waspada, menjadi tumpuan
pertanyaan bagi yang membutuhkannya. Tidak suka mengganggu dan merugikan
sekitarnya, keberadannya selalu bermanfaat bagi siapa saja.
BEDA
Orang yang berilmu dan yang tidak, jadi sangat
beda, tidak sama kata Allah ta’ala :
“ Katakanlah: "Adakah sama orang orang
yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? " Sesungguhnya
orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran “. ( Q.S. Az Zumar 9 )
Bahkan
Allah menegaskan lebih tandas dan tajam, seolah yang tidak berilmu digambarkan bagai
orang yang tak dapat melihat atau buta, alangkah hinanya posisinya.
“ Katakanlah: " Apakah sama orang yang buta
dengan yang melihat?" Maka Apakah kamu tidak memikirkan(nya)? “.
(
Q.S. Al An’am : 50 )
NILAI PENCARI ILMU
Dari
Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw, bersabda : “ Barangsiapa yang
menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan ke Surga
“. (
H.R. Muslim )
Demikian
tinggi penghargaan Allah pada para pencari ilmu sampai dimudahkan jalannya
menuju Syurga, mengapa ? karena dengan ilmu akan terjaga, tak akan sesat, tak
akan keliru dalam bertindak, lebih lebih dalam beribadah, karena punya
sandaran, selalu merujuk pada sunnah dan Al Quran, tidak mengekor apa kata
orang.
Bahkan
para penuntut ilmu diposisikan berada pada jalan Allah, alangkah mulianya !.
Dari
Anas ra. berkata : Rasulullah saw, bersabda : “ Barang siapa yang keluar dengan
tujuan untuk menuntut ilmu, maka ia berada dijalan Allah sehingga ia kembali “. (
H.R. At Turmudzy )
Bahkan
saking tinggi dan hebatnya nilai mencari ilmu, sampai sampai derajatnya
dinaikkan bahkan mahluk lainpun ikut memintakan rahmat.
Dari
Abu Umamah r.a bahwasannya Rasulullah saw, bersabda : “ Kelebihan ‘alim
terhadap ‘abid (orang yang selalu beribadah tetapi tidak pandai) adalah seperti
kelebihanku terhadap orang yang paling rendah diantara kamu sekalian “,
Kemudian Rasulullah s.a.w. meneruskan sabdanya : “ Sesungguhnya Allah, malaikat
serta penghuni langit dan bumi sampai sampai semut yang berada disarangnya dan
juga ikan senantiasa memintakan rahmat kepada orang yang mengajarkan kebaikan
kepada manusia “. (
H.R. At Turmudzy )
MANFAAT MENGAJARKAN ILMU
Begitu
tinggi Allah memberikan penghargaan pada pengajar atau para ustadz / guru yang
mengajarkan ilmunya, dengan kelipatan pahala sebagaimana yang didapat murid
yang mengamalkannya.
Dari
Abu hurairah ra. bahwasannya Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Barangsiapa yang
mengajak orang kepada suatu petunjuk (kebaikan) maka ia mendapat pahala
sebanyak pahala orang orang yang mengikutinya dengan tanpa mengurangi pahala
mereka sedikit pun “. ( H.R.
Muslim )
Bahkan pahala yang
diterimanya akan terus mengalir ( jariyah ) walaupun sang guru sudah meninggal.
Dari
Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “ Apabila anak adam (manusia)
itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga yaitu : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau
anak shalih yang mendo’akannya“. ( H.R. Muslim )
BAHAYA BILA ILMU DICABUT
Alangkah
mulya dan bermanfaatnya para ustadz atau guru, karena dengan kewafatannya
berarti akan menunjang kepunahan ilmu,
dengan demikian akan terjadi banyak orang dungu, kemudian diangkat jadi
pimpinan yang akan menyesatkan akibat kurang ilmu.
Dari
‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash ra. berkata : “ Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu pengetahuan dengan
begitu saja dari orang orang yang memilikinya, tetapi Allah mencabut ilmu
dengan matinya orang orang yang pandai, sehingga bila tidak ada lagi orang yang
pandai maka orang orang akan mengangkat orang orang bodoh untuk menjadi
pemimpin, sehingga bila mereka ditanya sesuatu maka mereka menjawabnya tidak
berdasar ilmu pengetahuan, sehingga mereka sesat dan menyesatkan “. ( H.R. Bukhari dan Muslim )
ORANG BAIK DISISI ALLAH
Demikian tinggi penghargaan Allah pada penuntut
ilmu agama, sampai dikatagorikan jadi orang baik, mengapa ?. Orang yang faham agama
jangkauan pemahamannya sampai pada kehidupan masa depan, kehidupan setelah
mati, kehidupan dialam aherat yang penuh
pertanyaan dan pertanggung jawaban, ia faham akan siksa dan pembalasan. Sehingga
perilakunya sangat hati hati dan waspada, buat dia untung rugi sama saja,
karena tahu bahwa hidup adalah ibadah, hanya mengharap ridlo, ampunan dan
pahala dari yang Maha Kuasa, alangkah indah sikap hidupnya.
Sangat
beda dengan yang hanya faham ilmu dunia, jangkauannya hanya berkutat pada kesenangan
dunia saja, hanya berhitung rugi dan laba, yang penting meraup keuntungan
belaka, tanpa perduli orang lain teraniaya.
Alangkah beruntungnya yang dikaruniai ilmu dunia dan faham agama, sehingga jadi lengkap dan sempurna hidupnya, betapa tidak imannya semakin lengkap karena ditunjang ilmunya, perilakunya semakin mantap dan bermanfaat, karena tahu tujuan hidupnya.
Alangkah beruntungnya yang dikaruniai ilmu dunia dan faham agama, sehingga jadi lengkap dan sempurna hidupnya, betapa tidak imannya semakin lengkap karena ditunjang ilmunya, perilakunya semakin mantap dan bermanfaat, karena tahu tujuan hidupnya.
Dari
Mu’awiyah r.a. berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Barangsiapa yang
dikehendaki Allah menjadi orang baik maka ia dipandaikan dalam ilmu agama “. ( H.R. Bukhari dan
Muslim )
Sekarang ilmu agama mudah dicari,
dikoran, tabloid, internet dan T.V., berkat kemajuan tehnologi, tinggal tekan tombol
akan tampil yang dikehendaki. Semoga Allah membuka matahati, sehingga suka dan
cinta pada ilmu agama ini.
KISAH YAULADAN
PEMIMPIN YANG SABAR DAN RENDAH HATI
Pada
masa Khalifah Umar, Ammar bin Yasir, tokoh yang sangat perkasa dan kokoh
imannya, dipilih untuk menjadi wali negeri di Kuffah, dan Ibnu Mas’ud sebagai
bendaharanya. Kepada penduduknya Umar menulis sepucuk surat berita gembira dengan
diangkatnya wali negeri baru, katanya : “ Saya kirim kepada tuan-tuan, Ammar
bin Yasir sebagi Amir, dan Ibnu Mas’ud sebagai bendahara dan wazir. Keduanya
adalah orang-orang pilihan dari golongan sahabat Muhammad SAW, dan termasuk
pahlawan-pahlawan Badar !”.
Dalam
melaksanakan pemerintahan, Ammar menerapkan sistem yang tidak sejalan dengan
orang-orang yang rakus terhadap dunia. Pangkat dan jabatannya tidak membuatnya
sombong, justru menjadikannya semakin salih, zuhud, dan rendah hati. Suatu saat
salah seorang yang hidup pada masanya di Kuffah, menceritakan : “ Ammar sebagai
wali negeri ( amir ) Kuffah, biasa membeli sayuran di pasar, kemudian mengikatnya dengan tali dan memikulnya di atas
punggung serta membawanya pulang “.
Suatu
ketika, ada seseorang berkata dengan sinisnya kepada Ammar bin Yasir : “ Hai,
yang telinganya terpotong !”. Mendengar celotehan itu, sang amir yang tidak nampak
tanda keamirannya menjawab dengan tenangnya : “ Yang kamu cela itu adalah
telingaku yang terbaik, karena ia ditimpa kecelakaan waktu perang fisabilillah
“.
Memang,
telinga Ammar putus dalam perang di Yamamah. Ketika itu Ammar bin Yasir maju dengan
sikap ksatria, bagai singa kelaparan menyerbu barisan tentara Musailamah al Kadzdzab
( nabi palsu ), sehingga melumpuhkan kekuatan musuh. Ketika gerakan pasukan
muslimin mengendor, pasukan kafirin segera membangkitkan semangatnya dengan
seruannya yang gemuruh, sehingga mereka kembali maju menerjang bagaikan anak
panah yang lepas dari busurnya.
Abdullah
bin Umar ra menceritakan kisah keperwiraan ammar sebagai berikut : “ Waktu
perang Yamamah, saya melihat Ammar sedang berada disebuah batu karang. Ia
berdiri sambil berseru : “ Hai kaum muslimin, apakah tuan-tuan hendak lari dari
surga….? Inilah saya Ammar bin Yasir, kemarilah tuan-tuan…! Ketika saya melihat
dan memperhatikannya, kiranya sebelah telinganya telah putus beruntai-untai,
namun semangat berperangnya tetap
berkobar dengan amat sengitnya “.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar