Kamis, 14 Agustus 2014

PENTINGNYA ILMU







PENTINGNYA ILMU
Oleh : H.M.FARID ANWAR
            “ … niscaya Allah akan meninggikan orang  orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan “.  
( Q.S. Mujadilah : 11 )
        Agama Islam menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, baik ilmu dunia maupun yang bersifat keakheratan. Dengan ilmu orang jadi maju karena dekat dengan kebenaran. 
       Banyak ayat-ayat Al Qur’an yang mendorong menggunakan akal fikiran. Sehingga menghasilkan banyak cabang ilmu berkat penalaran. Para ilmuwan Islam dimasa lalu berada diposisi terdepan, terdorong maju berkat berfikir dan merenungi ayat ayat Al Qur’an.
   “ Dan Dialah yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung gunung dan sungai sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah buahan berpasang pasangan. Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda tanda ( kebesaran Allah ) bagi kaum yang berfikir “. ( Q.S.Arra’d 3 )
  Berkat dorongan dan rangsangan Al Quran, hingga banyak membuahkan para ilmuan, diantaranya Ibnu Siena ( Ave Sinia ) yang meletakkan dasar ilmu kedokteran. Mengapa mereka maju ? karena selalu merujuk pada Al Qur’an yang menjunjung tinggi nilai nilai ketauhidan ( keesaan Allah ). 
   Bukan pada kepercayaan yang berbau kemusyrikan, Tahayul, Khurafat dan kebid ’ahan ( menambah nambah dalam peribadatan ).
KEUTAMAAN ILMU
     Begitu penting dan manfaatnya ilmu, sehingga Sahabat Ali bin Abi Thalib r.a yang dikenal cukup cerdas, menasehati dengan penuh hikmah tentang perbedaan ilmu dan harta   : Ilmu akan menjaga pemiliknya, sedangkan harta harus dijaga pemiliknya. Ilmu semakin diajarkan makin berkembang, sedangkan harta semakin dibelanjakan makin berkurang.

    Lebih lebih hususnya bagi yang memiliki ilmu agama, jadi makin terhormat dan mulia, karena setiap tingkah lakunya selalu hati hati, dijaga dan waspada, menjadi tumpuan pertanyaan bagi yang membutuhkannya. Tidak suka mengganggu dan merugikan sekitarnya, keberadannya selalu bermanfaat bagi siapa saja. 
BEDA
      Orang yang berilmu dan yang tidak, jadi sangat beda, tidak sama kata Allah ta’ala : 
    “ Katakanlah: "Adakah sama orang orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? " Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran “. ( Q.S. Az Zumar  9 )
     Bahkan Allah menegaskan lebih tandas dan tajam, seolah yang tidak berilmu digambarkan bagai orang yang tak dapat melihat atau buta, alangkah hinanya posisinya.
     “ Katakanlah: " Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka Apakah kamu tidak memikirkan(nya)? “. 
( Q.S. Al An’am : 50 )
NILAI PENCARI ILMU
   Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah saw, bersabda : “ Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan ke Surga “. ( H.R. Muslim )
Demikian tinggi penghargaan Allah pada para pencari ilmu sampai dimudahkan jalannya menuju Syurga, mengapa ? karena dengan ilmu akan terjaga, tak akan sesat, tak akan keliru dalam bertindak, lebih lebih dalam beribadah, karena punya sandaran, selalu merujuk pada sunnah dan Al Quran, tidak mengekor apa kata orang.
Bahkan para penuntut ilmu diposisikan berada pada jalan Allah, alangkah mulianya !.
Dari Anas ra. berkata : Rasulullah saw, bersabda : “ Barang siapa yang keluar dengan tujuan untuk menuntut ilmu, maka ia berada dijalan Allah sehingga ia kembali “. ( H.R. At Turmudzy )
Bahkan saking tinggi dan hebatnya nilai mencari ilmu, sampai sampai derajatnya dinaikkan bahkan mahluk lainpun ikut memintakan rahmat.
Dari Abu Umamah r.a bahwasannya Rasulullah saw, bersabda : “ Kelebihan ‘alim terhadap ‘abid (orang yang selalu beribadah tetapi tidak pandai) adalah seperti kelebihanku terhadap orang yang paling rendah diantara kamu sekalian “, Kemudian Rasulullah s.a.w. meneruskan sabdanya : “ Sesungguhnya Allah, malaikat serta penghuni langit dan bumi sampai sampai semut yang berada disarangnya dan juga ikan senantiasa memintakan rahmat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia “.  ( H.R. At Turmudzy )
MANFAAT MENGAJARKAN ILMU
Begitu tinggi Allah memberikan penghargaan pada pengajar atau para ustadz / guru yang mengajarkan ilmunya, dengan kelipatan pahala sebagaimana yang didapat murid yang mengamalkannya.   
 Dari Abu hurairah ra. bahwasannya Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Barangsiapa yang mengajak orang kepada suatu petunjuk (kebaikan) maka ia mendapat pahala sebanyak pahala orang orang yang mengikutinya dengan tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun “. ( H.R. Muslim )  
Bahkan pahala yang diterimanya akan terus mengalir ( jariyah ) walaupun sang guru sudah meninggal.
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “ Apabila anak adam (manusia) itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga yaitu :  shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendo’akannya“.  ( H.R. Muslim )
BAHAYA BILA ILMU DICABUT
Alangkah mulya dan bermanfaatnya para ustadz atau guru, karena dengan kewafatannya berarti akan  menunjang kepunahan ilmu, dengan demikian akan terjadi banyak orang dungu, kemudian diangkat jadi pimpinan yang akan menyesatkan akibat kurang ilmu.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash ra. berkata : “ Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu pengetahuan dengan begitu saja dari orang orang yang memilikinya, tetapi Allah mencabut ilmu dengan matinya orang orang yang pandai, sehingga bila tidak ada lagi orang yang pandai maka orang orang akan mengangkat orang orang bodoh untuk menjadi pemimpin, sehingga bila mereka ditanya sesuatu maka mereka menjawabnya tidak berdasar ilmu pengetahuan, sehingga mereka sesat dan menyesatkan “.   ( H.R. Bukhari dan Muslim )
ORANG BAIK DISISI ALLAH
 Demikian tinggi penghargaan Allah pada penuntut ilmu agama, sampai dikatagorikan jadi orang baik, mengapa ?. Orang yang faham agama jangkauan pemahamannya sampai pada kehidupan masa depan, kehidupan setelah mati, kehidupan dialam aherat  yang penuh pertanyaan dan pertanggung jawaban, ia faham akan siksa dan pembalasan. Sehingga perilakunya sangat hati hati dan waspada, buat dia untung rugi sama saja, karena tahu bahwa hidup adalah ibadah, hanya mengharap ridlo, ampunan dan pahala dari yang Maha Kuasa, alangkah indah sikap hidupnya.
Sangat beda dengan yang hanya faham ilmu dunia, jangkauannya hanya berkutat pada kesenangan dunia saja, hanya berhitung rugi dan laba, yang penting meraup keuntungan belaka, tanpa perduli orang lain teraniaya.
Alangkah beruntungnya yang dikaruniai  ilmu dunia dan faham agama, sehingga jadi lengkap  dan sempurna hidupnya, betapa tidak imannya semakin lengkap karena ditunjang ilmunya, perilakunya semakin mantap dan bermanfaat, karena tahu tujuan hidupnya.     
Dari Mu’awiyah r.a. berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Barangsiapa yang dikehendaki Allah menjadi orang baik maka ia dipandaikan dalam ilmu agama “.  ( H.R. Bukhari dan Muslim )
          Sekarang ilmu agama mudah dicari, dikoran, tabloid, internet dan T.V., berkat kemajuan tehnologi, tinggal tekan tombol akan tampil yang dikehendaki. Semoga Allah membuka matahati, sehingga suka dan cinta pada ilmu agama ini. 

  
KISAH YAULADAN 
 PEMIMPIN YANG SABAR DAN RENDAH HATI
        Pada masa Khalifah Umar, Ammar bin Yasir, tokoh yang sangat perkasa dan kokoh imannya, dipilih untuk menjadi wali negeri di Kuffah, dan Ibnu Mas’ud sebagai bendaharanya. Kepada penduduknya Umar menulis sepucuk surat berita gembira dengan diangkatnya wali negeri baru, katanya : “ Saya kirim kepada tuan-tuan, Ammar bin Yasir sebagi Amir, dan Ibnu Mas’ud sebagai bendahara dan wazir. Keduanya adalah orang-orang pilihan dari golongan sahabat Muhammad SAW, dan termasuk pahlawan-pahlawan Badar !”.
   Dalam melaksanakan pemerintahan, Ammar menerapkan sistem yang tidak sejalan dengan orang-orang yang rakus terhadap dunia. Pangkat dan jabatannya tidak membuatnya sombong, justru menjadikannya semakin salih, zuhud, dan rendah hati. Suatu saat salah seorang yang hidup pada masanya di Kuffah, menceritakan : “ Ammar sebagai wali negeri ( amir ) Kuffah, biasa  membeli sayuran di pasar, kemudian  mengikatnya dengan tali dan memikulnya di atas punggung serta membawanya pulang “.
   Suatu ketika, ada seseorang berkata dengan sinisnya kepada Ammar bin Yasir : “ Hai, yang telinganya terpotong !”. Mendengar celotehan itu, sang amir yang tidak nampak tanda keamirannya menjawab dengan tenangnya : “ Yang kamu cela itu adalah telingaku yang terbaik, karena ia ditimpa kecelakaan waktu perang fisabilillah “.
   Memang, telinga Ammar putus dalam perang di Yamamah. Ketika itu Ammar bin Yasir maju dengan sikap ksatria, bagai singa kelaparan menyerbu barisan tentara Musailamah al Kadzdzab ( nabi palsu ), sehingga melumpuhkan kekuatan musuh. Ketika gerakan pasukan muslimin mengendor, pasukan kafirin segera membangkitkan semangatnya dengan seruannya yang gemuruh, sehingga mereka kembali maju menerjang bagaikan anak panah yang lepas dari busurnya.
  Abdullah bin Umar ra menceritakan kisah keperwiraan ammar sebagai berikut : “ Waktu perang Yamamah, saya melihat Ammar sedang berada disebuah batu karang. Ia berdiri sambil berseru : “ Hai kaum muslimin, apakah tuan-tuan hendak lari dari surga….? Inilah saya Ammar bin Yasir, kemarilah tuan-tuan…! Ketika saya melihat dan memperhatikannya, kiranya sebelah telinganya telah putus beruntai-untai, namun semangat  berperangnya tetap berkobar dengan amat sengitnya “.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar