JANGAN KECEWA DENGAN MUSHIBAH
OLEH : M. FARID ANWAR
“ Tidak satu bencanapun yang menimpa di bumi dan ( tidak pula ) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab ( Lauh Mahfudz ) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah “.
( Q.S. Al Hadid 22 )
Mushibah maknanya “ menimpa atau
mengenai “, hususnya yang bersifat tidak mengenakkan : Sakit, kecelakaan,
kebakaran, kehilangan, rugi, dipecat, difitnah dan sebagainya.
Mushibah memang tidak menyenangkan, karena tidak sesuai dengan yang
diinginkan, karena umumnya manusia hanya menginginkan yang bersifat
menyenangkan dan mengenakkan saja.
Dengan kembali kepada ajaran agama ketidak enakan akan tertepis, karena bisa
memahami yang tersurat dan yang tersirat, tahu hikmah yang ada dibalik musibah,
faham tentang liku liku kehidupan yang dirancang Yang Maha Kuasa, Yang Maha
Tahu segalanya.
Ini pentingnya bila hidup selalu bersandar pada tuntunan agama, sehingga
jiwa tak mudah goncang dan kecewa bila mushibah menimpanya, dan tak terlampau
gembira bila karunia diterimanya.
PENUH LIKU LIKU
Kehidupan dunia dirancang Allah tidak selalu mulus, tidak musti sukses,
tidak selamanya menyenangkan. Dengan demikian ada sukses ada gagal, ada kaya
ada miskin, ada rugi ada untung, ada sehat ada sakit, ada bawahan ada atasan,
ada yang pandai ada yang tidak, ada yang sholih ada yang dzolim.
DIRANCANG
Ini membuktikan bahwa Allah Maha Pandai merancang kehidupan, bayangkan jika
semua manusia diciptakan sama sama sukses, sama kaya, sama pandai, bisa
dibayangkan hidup akan mengalami kesulitan. Karena sama sama pandai berakibat
tidak ada yang memimpin dan dipimpin, tidak ada atasan dan bawahan, tidak ada
penjual nasi, tidak ada petugas kebersihan, tidak ada tukang parkir, tidak ada
pembantu rumah tangga, tidak ada perawat, tidak ada sopir angkot,
tidak ada abang beca, tidak ada penjual koran dan sebagainya, susah kan.
Demikian juga bila sama sama sehat, rumah sakit pada kosong, apotik pada
bangkrut, para dokter, perawat, laboratorium kesehatan pada kehilangan lahan
pekerjaan, termasuk mungkin fakultas kedokteran tutup. Bayangkan alangkah
matinya kehidupan ini.
Demikian pula bila sama sama sholih, betapa lumpuhnya kehidupan, karena
bapak polisi, satpam, sipir penjara, jaksa, hakim pada kehilangan mata
pencaharian !.
Subhaanaallah, dengan
romantika ini kehipupan bisa berjalan dengan baik, semua lapisan bisa mendapat
rizki menurut bidangnya masing.
“ ( Kami jelaskan yang demikian itu ) agar kamu jangan
berduka cita terhadap apa yang terlepas dari kamu, dan agar kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan
diri ”. ( Q.S. Al Hadid 23 )
TERLAMPAU DUKA Gagal merupakan hal biasa bagi yang faham, namun bagi yang tidak sangat
berbahaya, karena kegagalan akan dihadapi dengan rasa kecewa yang sangat
mendalam, bisa stress, gila atau mungkin bunuh diri, karena lupa bahwa pada
hakekatnya itu merupakan ujian dari Yang Maha Kuasa.
Maka
disini perlunya selalu berpegang pada ajaran agama, sehingga kembali kepada
peringatan Al Quran, dengan berpegang pada Al Quran jiwanya tak mudah goyang,
karena sudah diperingatkan : ” Agar kamu
jangan berduka cita terhadap apa yang terlepas dari kamu ... “.
TERLAMPAU GEMBIRA
Gembira adalah expressi seseorang ketika cita citanya berhasil, kegembiraan
bisa bersifat negatif dan positif, negatif bisa berupa : Pesta pora dengan
menghamburkan uang yang tak terarah, minum minuman keras, ke tempat tempat
maksiat dan sebangsanya.
Dalam minggu ini misalnya, dikala para siswa lulus ujian, kita dikejutkan
dengan adanya tingkah para siswa, saking gembiranya mereka melampiaskannya dengan
cara berlebihan, dengan berkonvoi dijalan sehingga mengganggu para pemakai
jalan. Yang sangat memprihatinkan di Sumenep ada siswi yang konvoi dengan
bertelanjang dada, di Kediri ada yang sampai berkelahi dengan para sopir
angkot, bahkan sampai ada yang konvoi dengan mengibarkan bendera merah putih yang
di corang coreng, adapula yang konvoi sambil menenggak minuman keras.
Yang sangat memprihatinkan di koran Surya terbitan rabu 18 Mei 2011, pada
halaman depan terpampang head line : “
Kelulusan SMA, Kondom Laris Manis ”, Siswa
Ramai ramai Booking Vila, Innaa Lillahi wa innaa iaihi rooji’uun.
Begitu tragisnya akibat bila terlampau gembira tanpa didasari ajaran agama.
Pelampiasan yang bersifat positif sangat beda dengan yang negatif, yang
bersifat positif : Tenang, aman, sederhana, tak hura hura, karena pandai
mensyukuri nikmat yang diterimanya, sehingga terkesan baik dan indah.
Salah satu sekolah di Surabaya ( S.M.A. Muhammadiyah 1 Surabaya ), melaksanakan pengumuman
kelulusan dengan cara mengajak para siswa menikmati alam ciptaan yang Maha Kuasa, kemudian diakhiri dengan menyampaikan
hasil ujian, bagi yang lulus ditekankan agar melakukan sujud
syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberi kemudahan dan kelancaran
dalam melaksanakan ujian sehingga berakhir dengan kelulusan, dengan demikian
pada siswa bertambah rasa keimanan dan tidak merepotkan fihak petugas keamanan
dan pengguna jalan, nikmat memang bila ajaran agama dilaksanakan.
Namun sayangnya para siswa saat ini justru lebih cenderung memilih yang
hura hura, sebenarnya masalah ini tergantung fihak sekolah dan orang tua, termasuk pula fihak yang berwajib untuk
melarang konvoi di jalan, bukan tambah memberikan izin dan peluang, sehingga
terkesan tidak mendidik dan menyerah pada keadaan.
HIKMAH DIBALIK MUSHIBAH
Suatu saat ada seorang jama’ah sebagai sopir mengadukan nasibnya : “ Ustadz mengapa mushibah selalu datang
bertubi tubi menimpa saya, sehingga seakan saya kecewa terhadap nasib yang
menimpa saya, seakan tak terima terhadap takdir Nya ! “. Saya bertanya : “ Mushibah apa yang
menimpa adik ? “. “ Setahun yang lalu
isteri saya meninggal, dua tahun yang lalu putri saya yang sekolah di ‘Aliyah (
S.M.U. Islam ) meninggal dunia pula, sehingga berat rasanya beban saya ustadz
“.
KAGET DAN HERAN
“
Seharusnya adik bersyukur kepada Allah “, mendengar
jawaban saya dia kaget dan heran, mungkin dalam hatinya heran dapat musibah kok
bersyukur ?. saya bertanya : “ isterinya sakit apa ? “, “ Kencing manis ustadz
“, Saya bertanya : “ Habis berapa opnamenya ? “, “ 28 juta rupiah ustadz “,
jawabnya. “ Andaikan istrimu hidup engkau sanggup merawatnya ? “. Mendengar
pertanyaan saya dia termangu, terpaku tak berkata sepatah katapun, seolah
kebingungan.
“ Dik itulah kebesaran
Allah, adik disayang Allah diringankan beban hidupmu, demikian pula dengan
kematian putrimu, mungkin barangkali kelak akan mengecewakanmu. Maka jangan
kecewa dengan takdir Allah, hadapi dengan tabah, sabar dan tawakkal sambil
terus berusaha, Insyaa Allah, Allah akan
menghapus dosa, mengangkat derajat dan menambah kebaikan kepada adik dan tunggu
hikmah dibaliknya, dan ingat Allah Maha Tahu rahasia hidup dan kehidupan “.
Mendengar jawaban ini pada
wajahnya nampak expressi, puas, lega dan berseri seri, karena faham terhadap
Kebesaran Allah Yang Maha Rahman, Alhamdulillah.
KISAH
TAULADAN
TERPUKUL MUNDUR DENGAN TABURAN PASIR
“ Diriwayatkan bahwa ketika berkecamuknya perang Hunain mulai memuncak,
panglima pasukan islam, zaid bin Haritsah sudah tidak bisa mengontrol pasukanya
lagi hingga pasukanya kocar kacir tidak teratur. Pada puncak pertempuran, pasukan Islam ternyata tidak mampu membendung
serangan musuh yang bertubi tubi sehingga banyak yang tewas. Melihat kejadian
tersebut Rasulullah s.a.w. maju dan menghadang setiap serangan yang datang sambil melindungi
pasukan islam yang sudah kepayahan. Melihat pemimpinya dengan penuh semangat
menghadang serangan, para sahabat menjadi lebih bersemangat lagi.
Semangat yang tadinya loyo menjadi makin meningkat melihat semangat sang pemimpin. Mereka pun kembali kompak melanjutkan pertempuran.
Kata salamah bin
akwa dalan mengisahkan peristiwa tersebut, yang diriwayatkan oleh imam Muslim “ Disaat
yang mendebarkan di medan perang Hunain, Rasulullah s.a.w. tiba tiba turun dari
keledainya kemudian mengambil segenggam pasir, dan ditaburkannya ke arah musuh
yang besar jumlahnya.
Kemudian Allah s.w.t. membantu beliau dengan menurunkan
angin yang menerbangkannya kearah mata setiap musuh, sehingga tidak bisa
melihat. Beliau menaburkan
pasir sambil mengucapkan : ” Pasti pasti mereka akan kalah. Demi tuhan yang menguasai ka’bah ”. Sambil
beliau tetap tenang menangkis serangan musuh hingga tak satu pun senjata musuh
yang berhasil melukai diri beliau.
Sambil menangkis serangan, beliau berteriak
membangkitkan semangat pasukannya ”, “ Aku adalah Nabi aku bukanlah pendusta, dan
aku adalah putra ‘Abdul Muthalib ! ”.
Seruan Rasulullah s.a.w. tidak sia sia karena
ternyata semangat kaum muslimin menjadi berlipat ganda setelah mendengar suara Nabi
s.a.w. Mereka berjuang dengan penuh semangat hingga dapat memukul mundur
pasukan musuh.
Disamping berkat taburan pasir, kemenangan kaum muslimin dalam
perang Hunain juga berkat semangat pasukan Muslimin dalam berjihad fi
sabilillah yang mengagumkan “.
Perlu diketahui bahwa musuh Islam dalam perang Hunain dikenal sebagai ahli
perang yang tak tertandingi. Jika Rasulullah s.a.w. tidak mengeluarkan
mukjizatnya dengan taburan pasir, niscaya kekalahan berada di pihak kaum
Muslimin. Berkat taburan pasir Rasulullah s.a.w. perlawanan musuh jadi mengendur
dan kesempatan ini dimanfaatkan kaum Muslimin untuk menyerang balik dengan sengitnya.
Berkat mukjizat Rasulullah s.a.w., akhirnya kekalahan
dibabak pertama terobati dengan kemenangan gemilang di akhir peperangan. Allah Maha
Besar yang senantiasa menolong setiap hamba yang berjuang di jalan Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar