Senin, 18 Agustus 2014

JANGAN MENIPU





  JANGAN MENIPU
                                                   OLEH : M. FARID ANWAR
        “ Dan orang orang yang menyakiti orang orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. ( Q.S. Al Ahzab 58 )
     Kejujuran sangat dijunjung tinggi dalam agama Islam, karena jujur merupakan kebutuhan, akan membuat jiwa jadi tenang dan tenteram, dengan bersikap jujur akan membuat  orang dipercaya dan hubungan jadi makin nyaman.
Namun dalam kenyataan masih saja ada yang berbuat sebaliknya, dengan mengingkari fithrahnya, demi mengejar keuntungan dunia, dengan tega dan seenaknya berlaku curang, tipu menipu terhadap sesama, sehingga banyak yang kecewa dan menderita dibuatnya.
PENIPUAN
Sering terjadi dalam kehidupan, dengan dalih mengumpulkan uang, guna diputar sebagai modal dagang, uangpun sama dikumpulkan, dengan janji akan mendapat untung tiap bulan, namun berujung dan berahir dengan raibmya sang pengumpul uang, sehingga membuat orang jadi pada kelabakan, karena uangnya hilang lenyap tak karuan.
Begini akibat bila kejujuran diabaikan, berakibat hidupnya tak tenang, betapa tidak ?, tiap hari namanya selalu terpampang dikoran, karena para korban sama melapor ke kepolisian, yang jelas bakal menghuni dibalik jeruji tahanan.
Seiring dengan kemajuan tehnologi, model penipuanpun ikut mengiringi, ada yang minta pulsa disatu sisi, bahkan ahir ahir ini ada modus lain lagi, dengan cara minta ditransfer uang pada nama dan no rekening yang tertera pada s.m.s. ini.
Dengan modus ini masih banyak juga yang percaya dan mentranfernya. Sehingga menurut data dari asosiasi perbankan hasil dari penipuan ini bisa meraup uang sekitar tiga puluh miyard rupiah selama 3 tahun, Innaa lilaahi wa innaa ilaihi rooji’uun.
Bahkan ahir ahir ini ada modus lain lagi dengan menjanjikan bermacam hadiah, jasa, permainan yang berujung jumlah pulsa jadi berkurang dibuatnya.
Begini akibat bila kemajuan tehnologi ditangan orang yang salah, semestinya tehnologi bermanfaat bagi manusia, namun justru jadi menambah masalah, karena ulah anak manusia yang serakah, demi mengejar harta, harta yang tak barokah, sehingga banyak yang tertipu dan menderita dibuatnya.          
DOSA YANG NYATA
          Dengan menipu berarti membuat kecewa dan menyakiti hati, berarti telah melakukan kebohongan dan dosa yang nyata alias dosa besar !.
                “ Dan orang orang yang menyakiti orang orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.                                         
        Disamping menyakiti sehingga banyak yang kecewa, harta yang diperolehpun takkan barokah, hatinya pun resah karena selalu dibayangi rasa salah dan dosa. Itu baru didunia, apalagi kelak pada kebangkitan kedua ( hari qiamat ).
BANGKRUT
   Kelak pada hari qiamat banyak manusia mengadu pada yang Maha Kuasa, karena didzolimi orang yang menipunya, mereka sama mohon keadilan pada Nya. Karena Allah Maha adil dan Bijaksana, maka diputuskan dengan cara : Kebaikan ( sholat, puasa, shodaqoh d.l.l. ) yang pernah dilakukan sang penipu akan diberikan pada orang yang didzoliminya, sesuai dengan bobot kedzalimannya.
  Saking banyaknya yang didzalimi, sehingga amal sang penipu habis dibuatnya, namun masih banyak korban yang menuntutnya, padahal amal kebaikannya telah punah, maka Allah Yang Maha Bijak mengambil dosa orang yang didzalimi dan diberikan kepada sang penipu. Demikian seterusnya, sehingga sang penipu yang semula punya kebaikan habis berganti dengan dosa yang berlipat ganda, ini yang dimaksud Nabi s.a.w. dengan orang yang muflis ( bangkrut ).     
BUKAN GOLONGAN KAMI
      Saking jeleknya orang yang suka menipu, sampai Nabi s.a.w. menyatakan : “ bukan golongan kami “.
            “ Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Barang siapa yang mengangkat senjata untuk melawan kami maka tidaklah termasuk golongan kami, dan barang siapa yang menipu kami maka tidaklah termasuk golongan kami “.   ( H.R. Muslim )
          Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Rasulullah s.a.w. melewati tumpukan makanan yang dijual, kemudian beliau memasukkan tangannya ketengah tengah tumpukan makanan itu, kemudian jari jari beliau merasa adanya makanan yang basah, kemudian beliau bersabda : “ Wahai penjual makanan, apa ini ? “, ia menjawab : “ Kena hujan wahai Rasulullah “, beliau bersabda : “ Mengapa tidak kamu letakkan diatas sehingga dilihat oleh orang yang mau membeli ?, barang siapa yang menipu kami maka tidaklah termasuk golongan kami “.
MENAWAR UNTUK MENGELABUHI
             Ada saja akal orang mencari untung, dengan cara menyuruh orang ( bahasa jawa combe ) pura pura menawar barangnya, dengan maksud agar harga lebih tinggi, sehingga bisa meraup untung lebih banyak. Cara ini juga dilarang dalam agama !, karena termasuk penipuan !.  
            “ Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Janganlah kamu sekalian menawar barang dagangan dengan maksud untuk untuk menipu orang lain “.   ( H.R. Bukhari Muslim )
          Dari Abu Hurairah r.a. berkata : “ Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Barang siapa yang mengganggu dan menipu istri atau budak orang lain maka ia tidaklah termasuk golongan kami “.   ( H.R. Abu Dawud )
TIDAK BOLEH MENIPU DALAM JUAL BELI
         Dalam berjual beli harus berdasar asas saling ridlo ( rela ), tidak boleh ada unsur tipu menipu, yang mengakibatkan rasa menyesal dan kecewa dibelakang hari !.
  Dari Ibnu Umar r.a. berkata bahwasanya ada seorang bercerita kepada Rasulullah s.a.w., bahwa dirinya ditipu dalam berjual beli, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Barang siapa yang berjual beli maka katakan tidak boleh ada penipuan “.  ( H.R. Bukhari Muslim )
TIDAK BAROKAH
        Beberapa tahun yang lalu media pers sama memberitakan, adanya karyawan kantor pajak yang memanipulasi pajak negara, sehingga negara dirugikan milyaran rupiah besarnya, pajak negara yang seharusnya masuk kas negara, karena lihainya  dalam memanipulasi jadi berbelok arah mengalir ke kantong pribadinya.
KENA BATUNYA
           Kata pepatah : “ Sepandai pandai tupai meloncat akhirnya toh jatuh juga “. Demikian juga yang terjadi pada diri sang penipu ini ( istilah kerennya koruptor ), walau berada dibalik jeruji besi, rupanya masih saja berupaya untuk memperkaya diri.
     Namun rupanya dia kena batunya, karena ada orang yang memperkenalkan diri dan mengaku bisa menggandakan uang dolarnya, iapun tergiur dan dengan segera menyerahkan uang dolarnya sekitar empat milyard jumlahnya, namun ternyata orang tersebut ternyata  menghilang tak tahu ujung rimbanya.
    Begini akibat bila semata mata mengejar harta, tanpa mengindahkan kaidah agama, sehingga berakibat hartanya tidak barokah !.  

                                                KISAH TAULADAN
FITNAH DIBALAS SIASAT INDAH
            Dari Zaid bin Aslam dari ayahnya mengatakan bahwa Khalifah Umar bin Khaththab r.a. mengangkat Al Mughirah bin Syu’bah menjadi gubernur wilayah Bahrain. Namun karena sebagian warga tidak menyukainya, maka khalifah Umar r.a. memberhentikannnya.
Setelah diberhentikan mereka masih hawatir akan diangkat kembali, maka para tokoh mengumpulkan uang seratus ribu dirham guna dibawa ke Khalifah Umar r.a., dengan dalih bahwa uang tersebut pemberian Al Mughirah hasil mengkhianati amanah dengan menyalah gunakan dana masyarakat.
Kemudian utusan berangkat dengan membawa hasil uang yang mereka kumpulkan. Setelah menerima pengaduan warga Bahrain dan uang diterima khalifah Umar ibnul Khaththab, kemudian Umar memanggil Al Mughirah untuk mencari kebenaran laporan para tokoh Bahrain.
Ahirnya Al Mughirah datang guna memenuhi panggilan khalifah Umar r.a., kemudian khalifah pun menyampaikan pengaduan mereka.
Setelah mendengar laporan Khalifah Umar r.a. dengan cermat, Al Mughirah menyadari bahwa dirinya kena korban fitnah, maka dia menjawab dengan bersiasat : “ Mereka dusta !, bukan seratus ribu, melainkan dua ratus ribu dirham “.
Mendengar jawaban Al Mughirah Umar ibnul Khaththab r.a. terperangah tak percaya karena jumlah yang berbeda, kemudian bertanya : “ Untuk apa uang tersebut ? “. “ Untuk kebutuhan keluarga “. Jawab Al Mughirah bin Syu’bah dengan tegas dan tenang tanpa beban.
Pengakuan Al Mughirah justru menjadi senjata makan tuan bagi tokoh Bahrain, betapa tidak berarti mereka harus mengembalikan uang yang seratus ribu dirham. Kemudian khalifah Umar bin Khaththab r.a. meminta jawaban para tokoh Bahrain.
Karena merasa terpojok dan merasa bahwa Al Mughirah bin Syu’bah bersiasat, ahirnya dengan jujur mereka menjawab : “ Sungguh demi Allah aku berkata dengan sejujurnya, sebenarnya Al Mughirah tidak memberikan uang kepada kami sedikitpun, semua adalah reka yasa kami, agar dia tidak diangkat kembali menjadi gubernur “.
Rasa penasaran Khalifah Umar r.a. terhadap Al Mughirah bin Syu’bah semakin membuatnya berkeinginan menggali lebih dalam tentang kasus ini sambil bertanya penuh heran : “ Mengapa engkau tak mengatakan yang sebenarnya sejak awal ? “.
Kemudian Al Mughirah bin Syu’bah menjelaskan bahwa orang berwatak busuk dan menjadi provokator telah melakukan fitnah terhadap dirinya, sehingga perlu dibalas dengan menghinanya juga.         
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar