Kamis, 28 Agustus 2014

NIKMATNYA TAWAKKAL


                                     NIKMATNYA TAWAKKAL

jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu, jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu?, karena itu hendaklah kepada Allah saja orang orang mukmin bertawakkal( Q.S. Ali Imran 160 )

Pada hakekatnya dalam kehidupan yang ada hanya dua hal, yakni Khaliq ( Pencipta ) “ dan makhluq ( yang dicipta ) “.
Sang Khaliq adalah Allah, yang Esa adanya, yang Hidup, bersifat Memelihara ciptaan Nya, tidak pernah Lalai, Maha Kuasa, Kekuasaan Nya sangat mutlak.
Kekuasaannya dinyatakan secara mutlak pada ayat diatas : jika Allah menolong kamu, maka tidak ada orang yang dapat mengalahkan kamu, jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) Allah “.    
     Kepada Dzat yang demikian inilah seharusnya seorang mukmin bertawakkal ( pasrah ), pasrah dalam arti : “ setelah segala urusan diusahakan, kemudian keputusannya dipasrahkan sepenuhnya kepada Allah, bukan kepada yang lain “.
DZAT YANG HIDUP
           Allah adalah Dzat Maha Pencipta yang hidup kekal selamanya ( tidak akan mati ), maka hanya kepada Nyalah seharusnya seorang mukmin harus bertawakkal. Bukan kepada makhluq ciptaan Nya yang bersifat lemah dan tidak kekal.
“ Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji Nya, dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosa dosa hamba hamba Nya.  ( Q.S. Al Furqan 58 )
PEMELIHARA
            Disamping Mencipta Allah pasti Memelihara juga ciptaan Nya, maka kepada Yang Maha Memelihara inilah seorang hamba seharusnya bertawakkal kepada Nya.
 “ Dan bertawakkallah kepada Allah dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara.  ( Q.S. Al Ahzab 3 )
DICUKUPI
  Bagi yang bersikap tawakkal kepada Allah, maka keperluannya akan dicukupi oleh Allah, akankah pernyataan Allah ini masih kurang mantap, sehingga masih mencari pemasrahan kepada makhluknya : ramalan tukang ramal, pakai azimat dll ?.
“ Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap tiap sesuatu. ( Q.S. At Thalaq 3 )
Guna menjelaskan tentang cara Allah mencukupi bagi yang bertawakkal kepada Allah, Nabi s.a.w. menggambarkan dalam hadits dibawah ini :
      Dari Umar r.a. berkata : “ Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Seandainya kamu sekalian benar benar tawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan memberi rizki kepadamu sebagaimana Dia memberi rizki kepada burung, dimana burung itu keluar pada waktu pagi dengan perut kosong dan pada waktu sore ia kembali dengan perut kenyang “.  ( H.R. At turmudzy )
SEBAIK BAIK PELINDUNG 
        Berkat ketawakkalan Nabi Ibrahim a.s. ketika beliau dilemparkan oleh raja Namrud kedalam tungku api pembakaran yang begitu besar, beliau hanya memasrahkan diri kepada Allah Yang Maha Penolong dengan mengucapkan kalimat :      hasbunalloh wani'mal wakiil 
      Kalimat ini dibaca pula oleh Nabi s.a.w. ketika orang orang Quraisy berkumpul untuk menyerang kaum Muslimin.
Dari Ibnu Abbas r.a. dia berkata : “ Hasbunallah wani’mal wakiil ( Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik baik Pelindung ) “, karena kalimat itu adalah kalimat yang dibaca oleh nabi Ibrahim a.s. ketika dilempar kedalam api ( oleh raja Namrud ), dan juga dibaca oleh Nabi Muhammad s.a.w. ketika orang orang kafir mengatakan : “ Sesungguhnya orang orang Quraisy telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, oleh karena itu takutlah kamu sekalian kepada mereka “ ( Q.S. Ali Imran 173 ), akan tetapi perkataan itu bahkan menambah keimanan mereka serta mereka mengucapkan : “ Hasbunallahu wani’mal wakiil ". ( H.R. Bukhari )   
KETAWAKKALAN RASULULLAH                          
      Begitu pasrahnya Rasulullah s.a.w. kepada Allah, sehingga ketika sedang tidur di bawah pohon, tiba tiba datang orang kafir menghunuskan pedang kepada beliau, ketika pedang dihunus dihadapan beliau, orang tersebut bertanya : “ Siapakah yang dapat mencegah kamu dari seranganku ini ? “. Nabi menjawab dengan tenang : “ Allah “. Begitu tegar dan tenangnya beliau menjawab, karena beliau yakin hanya Allah yang bisa memberi pertolongan, sehingga pedang orang tersebut terjatuh.  
Dari Jabir r.a. bahwasanya dia bersama berperang bersama Nabi s.a.w. menuju ke arah Najd, ketika Rasulullah s.a.w. kembali maka kamipun ikut kembali, kemudian tiba tiba kami terkantuk pada sebuah lembah yang banyak pohon berduri, kemudian Rasulullah s.a.w. turun dan mencari cari sahabatnya guna berteduh dibawah pohon dan beliau sendiri juga juga berteduh dibawah pohon serta menggantungkan pedangnya. Kami semua tertidur, kemudian tiba tiba Rasulullah s.a.w. memanggil kami sedang didekat beliau ada seorang Badui, kemudian beliau bersabda : “ Sesungguhnya orang ini telah menghunusku  sewaktu saya tidur, kemudian saya bangun sedangkan pedang itu terhunus ditangannya kemudian orang itu berkata : “ Siapakah yang dapat mencegah kamu dari seranganku ini ? “. Saya menjawab : “ Allah ! “ tiga kali, kemudian beliau tidak bertindak apa apa dan langsung duduk “. (H.R.Bukhari Muslim )                                                                                    
       Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakar Al Isma’illy di dalam shohihnya dikatakan : “........Beliau menjawab : “ Allah “, maka jatuhlah pedang itu, dari tangannya kemudian Rasulullah s.a.w. mengambil pedang itu seraya bertanya : “ Siapakah yang dapat mencegah kamu dari seranganku ini ? “. Dia menjawab : “ Jadilah engkau sebaik baik orang yang memegang pedang “. Beliau bersabda : “ Kamu hendaknya menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwasanya saya adalah utusan Allah “. Dia menjawab : “ Tidak, tetapi saya berjanji tidak akan memerangi kamu dan saya tidak akan berkomplot dengan orang orang yang memerangi kamu .......“.
DIJAUHKAN DARI SETAN
            Diantara tuntunan dalam bertawakkal, hendaknya ketika keluar rumah membaca do’a seperti yang diajarkan Rasulullah s.a.w. dibawah ini :
       Dari Anas r.a. berkata Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Barang siapa yang waktu keluar dari rumahnya membaca : “ Bismillaahi tawakkaltu ‘alallaah walaa haula walaa quwwata illaa billaah ( dengan menyebut nama Allah saya pasrah kepada Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah ),maka dikatakan kepadanya : “ Kamu telah mendapat petunjuk, kamu telah dijamin, kamu dipelihara dan dijauhkan dari setan ) “. ( H.R. Abu Dawud, At Turmudzy, An Nasai ) 
          Demikian besar manfaat membaca do’a keluar rumah tersebut, karena akan diberikan empat manfaat : mendapat petunjuk, dijamin, dipelihara dan dijauhkan dari setan, demikian beruntungnya bagi yang selalu mengamalkan tuntunannya.
TAWAKKAL KEPADA ALLAH
      Sebagai seorang mukmin sikap tawakkal hendaknya ditanamkan secara kokoh agar jiwa semakin mantap dan tidak goyah, dan tidak terjerumus kedalam kemusyrikan.


                                               KISAH TAULADAN
               MENGAMBIL MENANTU ANAK PENJUAL SUSU
Di tengah malam ketika khalifah Umar r.a. sedang melakukan perjalanan berkeliling kota Madinah sebagaimana kebiasaannya, guna memantau secara langsung keadaan rakyatnya, tiba tiba terdengar suara cukup menarik perhatiaannya, kemudian dia mendekati sebuah tembok rumah. Dari balik tembok dia mendengar suara seorang wanita sedang berbicara dengan anak perempuannya : “ Wahai anakku campurilah susu susu yang akan engkau jual itu dengan air ! “.
Anak wanita tersebut menjawab : “ Wahai ibuku bukankah Amirul Mukminin Umar bin Khtaththab r.a. telah melarang hal itu “. Ibunya masih mencoba meyakinkan anaknya sambil berkata : “ Wahai anakku campurilah susu itu dengan air, sesungguhnya Umar tidak akan tahu “. Si anak menjawab : “ Wahai ibuku jika Umar tidak tahu bukankankah Tuhannya Umar pasti tahu ! “. 
Mendengar ucapan anak perempuan tersebut Umar takjub, maka Umar memerintahkan Aslam yang menemaninya untuk memberi tanda pada pintunya.
Pada keesokan harinya Umar r.a. mengutus pembantunya ( Aslam ) untuk mendatangi rumah tersebut guna melihat siapa yang berbicara semalam, adakah perempuan yang berdialog dengan ibunya sudah bersuami.
Dengan sigap Aslampun datang membawa khabar bahwa kedua orang yang bercakap semalam adalah ibu dan putrinya yang belum menikah.
Kemudian Umar r.a. memanggil seluruh anak anaknya dan menceritakan kejadian tersebut, sambil berkata : “ Apakah kalian ingin menikahi seorang wanita ?, jika bapakmu masih kuat menikah lagi, maka tidak ada seorangpun yang mendahuluiku untuk mendapatkan wanita itu “. Abdullah kemudian berkata : “ Aku sudah punya istri “, Abdur Rahman juga berkata : “ Aku juga sudah punya istri “, adapun Ashim berkata dengan tulusnya : “ Wahai bapakku aku belum mempunyai istri, nikahkan aku dengan wanita itu ! “.
         Kemudian Umar r.a. memerintah Aslam untuk menyampaikan maksud Ashim. Akhirnya terjadilah perkawinan antara Ashim dengan anak penjual susu. Dari perkawinan tersebut lahirlah bayi perempuan ( Cucu Umar ) yang kemudian melahirkan Umar bin Abdul Aziz rahimakumullah ( buyut Umar r.a. ), pemimpin yang dikenal bijak dan adil dari Bani Marwan, merupakan khalifah kelima dari khulafa urrasyidin.
Demikian mulia sikap Khalifah Umar, walau seorang khalifah namun tidak memandang status, beliau lebih mengutamakan akhlak dalam memilih menantu bukan status, sehingga membuahkan keturunan seorang khalifah yang cukup dikenal bijak, alim dan berakhlak mulia, sehingga bermanfaat bagi rakyat yang dipimpinnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar