Senin, 18 Agustus 2014

SISI BERHIKMAH KAUM DHU'AFA




SISI BERHIKMAH KAUM DHU’AFA 
OLEH : M.FARID ANWAR

    “ Tahukah kamu ( orang ) yang mendustakan agama ?. Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang orang yang shalat. ( yakni ) orang orang yang lalai dari shalatnya. Orang orang yang berbuat riya (  beribadah tidak mencari keridhaan Allah, tetapi mengharap pujian atau kemasyhuran di masyarakat ). Dan enggan ( menolong dengan ) barang berguna “. ( Q.S. Al Maa'un 1-7 )
        Seorang kiai M. Darwis namanya, pernah mengajarkan surat ini di Langgar ( musholla ) kidul kampung Kauman Yogyakarta secara berulang ulang, sehingga para santri seolah merasa bosan dan bertanya karena heran : “ Pak yai bukankah surat ini sering diajarkan, mengapa selalu diulang ulang ? “.
       Sang kiai bertanya : “ Sudahkan kalian amalkan ? “, mendengar pertanyaan ini para santri sama kebingungan, karena merasa sudah sama menghafalkan, namun belum merasa mangamalkan, dengan serentak mereka menjawab : “ Belum  ! “.
       Akhirnya keesokan harinya para santri secara serempak diajak sang kiai menyantuni para gelandangan yang ada di alun alun depan Masjid Agung Yogya, kemudian  dimandikan dan diberi santunan. Begitu cara kiai Dahlan ( M. Darwis ) dalam menggembleng dan mengamalkan surat Al Maa’uun pada para santrinya.
    Pada perkembangan selanjutnya sejarah mencatat bahwa K.H.A. Dahlan dalam melaksanakan kiprahnya pada tahun 1912 mendirikan organisasi Muhammadiyah, yang bergerak dibidang da’wah, sosial dan pendidikan.
PENDUSTA AGAMA
     Dalam surat Al Maa’uun demikian keras Al Quran memvonis terhadap orang yang tidak  mau menyantuni anak yatim dan orang miskin dengan predikat pendusta agama !. Bahkan mengaitkannya dengan masalah sholat. Apa artinya ?.
        Sangat tidak tepat kiranya bila sudah melaksanakan sholat namun jiwanya tidak nyambung dan tidak perduli kepada penderitaan kaum lemah yang serba kekurangan. Bukankah anak yatim dan kaum fakir miskin sangat menderita baik dhohir maupun batin ?. Sangat naïf kiranya, aktif beribadah namun bakhil prilakunya !.
KISAH PILU DIHADAPAN ‘AISYAH R.A.
       Begitu menderitanya kaum lemah, sehingga sebuah kisah sedih sempat  disaksikan oleh ‘Aisyah r.a. dihadapannya.
      Dari ‘Aisyah r.a. berkata : “ Ada seorang wanita miskin datang kepadaku dengan membawa kedua anak perempuannya, maka saya berikan kepadanya tiga butir buah kurma. Ia memberikan kepada masing masing anaknya sebutir buah kurma dan yang sebutir lagi sudah dia angkat kemulutnya untuk dimakan, tetapi tiba tiba diminta oleh anaknya, kemudian ia membelah buah kurma tersebut dan diberikannya kepada kedua anaknya. Saya sangat kagum melihat prilaku wanita tersebut. Kemudian saya ceritakan kepada Rasulullah s.a.w. peristiwa yang baru terjadi tersebut, kemudian beliau bersabda : “ Sesungguhnya Allah telah menentukan syurga baginya atau ia dibebaskan dari api neraka lantaran perbuatannya itu “.  ( H.R. Muslim )   
DI SYURGA BERSAMA RASULULLAH
        Demikian tingginya penghargaan terhadap orang yang menyantuni anak yatim sehingga kelak berada di syurga berdekatan dengan Nabi s.a.w.
       Dari Abu Hurairah r.a. berkata : “ Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Orang yang menanggung anak yatim, baik anak yatim itu saudaranya sendiri maupun orang lain, maka saya dan orang yang menanggungnya itu berada di syurga seperti dua jari ini “. Perawi hadits ini yakni Malik bin Anas mengatakan bahwa beliau berisyarat pada jari telunjuk dan jari tengah “.( H.R.Muslim )            BAGAI BERJUANG DI JALAN ALLAH
       Bahkan orang yang mengurus dan menyantuni para janda dan orang miskin dianggap seperti orang yang selalu aktif melakukan sholat tahajjud dan aktip berpuasa.
     Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. beliau bersabda : “ Orang yang mengurusi janda dan orang miskin adalah bagaikan orang yang berjuang pada jalan Allah “. Dan kalau tidak salah beliau bersabda pula : “ Dan seperti orang yang selalu sholat malam yang tidak pernah letih, dan seperti orang yang puasa tidak pernah berbuka “. ( H.R. Bukhari Muslim )  
PERBUATAN DOSA
       Begitu bahaya dan hinanya orang yang menyia nyiakan anak yatim dan para perempuan ( isteri ), sehingga dianggap berdosa !.
          Dari Abu Syuraih Khuwailid bin Amr Al Khuzay r.a. berkata : “ Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Wahai Allah, sesungguhnya saya menganggap dosa orang orang yang menyia nyiakan hak dua macam orang yang lemah, yakni anak yatim dan perempuan “. ( H.R. An Nasai )         
BERKAT DHU’AFA
            Sebenarnya bila mau mencari ampunan dan pahala, dikalangan merekalah bisa diperolehnya !. Bukankah dengan menolong dan menyantuni kaum dhu’afa bisa meringankan beban mereka,  bahkan jiwa bisa jadi merasa puas, lega dan nikmat dibuatnya. Dengan demikian disamping mendapat ampunan dan pahala, jiwa jadi sehat dan bahagia pula.
              Dari Mush’ab bin Sa’ad bin Abu Waqqash r.a. berkata : “ Sa’ad merasa bahwa dirinya mempunyai kelebihan dibanding orang yang berada di sekitarnya, kemudian Nabi s.a.w. bersabda : “ Bukankah kamu mendapatkan pertolongan dan rizki adalah berkat adanya orang orang yang lemah di sekitarmu ? “. ( H.R. Bukhari )                                                                       
  Dari Abu Darda’ ‘Uwaimir r.a. berkata : “ Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Kumpulkan buat saya orang orang yang lemah karena sesungguhnya kamu mendapatkan pertolongan dan rizki adalah berkat adanya orang orang yang lemah di sekitarmu “.  ( H.R. Abu Dawud )   
  Betapa nikmatnya beragama bila dilakukan secara kaffah ( total ), jadi tidak hanya melaksanakan sholat, puasa, berhaji dan berdo’a saja, namun juga membekas dalam jiwa, sehingga ibadahnya membuahkan sikap sosial, merasa peka dan perduli kepada kaum lemah yang membutuhkan santunannya. Dengan demikian akan terlepas dari ancaman sebagai pendusta agama !.                      SEJELEK JELEK WALIMAH
           Sisi lain kekeliruan dalam menyikapi kaum dhu’afa ini banyak dijumpai dalam kehidupan, pada umumnya dalam perhelatan resepsi, biasanya orang sama bangga bila dihadiri para pejabat dan orang kaya,  dan merasa hina bila dihadiri kaum kerabat yang lemah. Padahal para pejabat dan orang kaya pada hakekatnya tidak membutuhkan makanan, justru kaum dhu’afa lah yang sangat membutuhkannya. Tapi ironisnya justru pada terbalik dalam melaksanakannya !.   
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. beliau bersabda : “ Sejelek jelak makanan yakni makanan walimah ( resepsi ), dimana orang yang membutuhkan makan tidak diundang, dan orang yang tidak membutuhkan makan bahkan diundang. Barang siapa yang tidak memenuhi undangan walimah maka ia durhaka kepada Allah dan Rasulnya “. ( H.R. An Nasai )       Semoga Allah menjauhkan dari sikap sombong dan tinggi hati, dan lebih mencintai dan perduli pada kaum dhu’afa yang sangat membutuhkan pertolongan. Amiin.   



KISAH TAULADAN
KETABAHAN RASULULLAH S.A.W.
        
        Ketika paman Nabi s.a.w. ( Abu Tholib ) tidak tahan lagi menghadapi tekanan berat orang orang musyrik Quraisy, dan mereka kehilangan akal menemukan cara untuk membendung da’wah beliau.
       Sementara itu pengaruh beliau makin bertambah, kaum musyrikin kemudian membujuk Abu Tholib agar menyampaikan tawaran guna membujuk Nabi s.a.w. dengan memberikan kekuasaan tertinggi untuk memimpin seluruh suku Arab, dan mengumpulkan harta sebanyak banyaknya yang akan mereka kumpulkan, juga diberikan wanita yang cantik untuk beliau, dengan syarat beliau mau menghentikan da’wahnya. 
          Namun justru beliau menjawab diluar dugaan mereka : “ Wahai pamanku, seandainya matahari diletakkan di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku mundur dari urusan ini, maka sekali kali tidak akan pernah aku lakukan hingga Allah memberi kemenangan atau aku akan binasa karenanya ! “.
      Karena ketegasan sikap beliau, membuat para musyrikin makin keras sikapnya. Suatu saat ketika beliau sedang sholat di dekat ka’bah, tiba tiba Uqbah bin Mu’ith seorang tokoh Quraisy datang menjeratkan selendangnya di leher beliau hingga beliau jatuh terjerembab.
      Bahkan beliau pernah dilempari kotoran, sehingga ketika pulang putri beliau ( Fathimah r.a. ) yang menyaksikannya menangis sambil membersihkan kotoran yang menempel di sekujur tubuhnya, namun dengan tabahnya beliau justru menenangkan putrinya sambil bersabda : “ Janganlah menangis anakku, Allah melindungi ayahmu. Apapun yang telah dilakukan orang Quraisy, mereka tidak pernah akan dapat membuatku merasa sedih ! “.
       Suatu saat beliau merasa heran karena ketika sholat di dekat ka’bah tidak ada yang mengganggunya lagi, kemudian beliau menanyakan pada para sahabat tentang keadaan orang yang biasa melemparinya dengan kotoran.        Ternyata orang yang biasa mengganggunya sedang sakit, maka dengan kebesaran dan kebesaran jiwanya, justru beliau segera menjenguknya. Subhaanallah.         




































  
                  
                                                                                 

                                                                                                                                                                                            
                                                      


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar