Selasa, 12 Agustus 2014

MENSANA IN CORPORE SANO






MEN SANA IN CORPORE SANO
                  Oleh : H.M. FARID ANWAR               
" (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingti Allah hati menjadi tenteram, orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik ". 
( Q.S. Ar-Rad 28 – 29 )
           " Didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat atau sehat ", semboyan berbahasa latin ini sudah ribuan tahun silam dicanangkan, sejak zaman Plato, Aristoteles, Socrates, dan Archimides jadi pegangan. Bahkan masih dipertahankan hingga sekarang.
               Hususnya dikalangan para atlit semboyan ini sudah tak asing lagi, dipegang teguh dan dijunjung tinggi, guna memotivasi agar tercapai prestasi.
             Benarkah tubuh yang sehat, menjamin jiwa jadi kuat atau sehat ?.  Bukankah para penipu, penjambret, perampok, pencuri, tubuhnya pada sama sehat dan kuat. Bahkan para koruptorpun pada berbadan sehat !. Akankah patut dan tetap dipertahankan semboyan yang lemah dan tak terbukti ini ?!. Ternyata tubuh yang sehat, tidak menjamin jiwa jadi sehat dan kuat !!!.
USANG DAN LEMAH
              Semboyan ini adalah hasil kesimpulan manusia, yang sangat lemah dan tak patut dipertahankan !. Ternyata ajaran agama tampil mengesankan, dan  sanggup menggantikan semboyan yang sudah usang, dengan hadirnya sang utusan ahir zaman, Nabi Muhammmad Rasulullah s.a.w. dengan sabdanya yang meyakinkan 
          " Ketahuilah bahwa didalam tubuh ada segumpal daging, apabila dia baik maka baik pula seluruh tubuhnya, dan apabila jelek maka jelek pula seluruh tubuhnya, dia adalah hati ".( H. R. Bukhari Muslim )   KEMBALI KEJIWA
                    Ternyata untuk sehat, justru dimulai dari jiwa bukan tubuhnya. Kita sudah lama terdoktrin dengan pemahaman yang salah, karena sudah tertanam sejak lama, sehingga tak terasa terpengaruh dengan kuatnya pepatah buatan manusia.
              Ternyata pada jiwa pangkal segalanya. Benar kiranya pendapat Bapak Profesor Doctor H. M. Sholeh yang menyimpulkan berdasar hasil penelitiannya :  Bahwa jiwa yang tenang akan menghasilkan sistim kekebalan tubuh jadi meningkat, dengan demikian tubuh akan bisa menangkal penyakit yang datang, sehingga penyakit tak mudah menyerang, dengan demikian tubuh jadi tak mudah sakit alias sehat badan.  
        Maka berpulang pada jiwa inilah yang jadi pangkal sasaran dan garapan.
DIKENALKAN PADA SANG PENCIPTA
             Langkah pertama sebagai dasar, Jiwa harus dilkenalkan pada Dzat Satu satunya yakni : Allah Tuhan Yang Maha Esa, tanpa sekutu, Tuhan yang tunggal adanya, yang bersifat : Maha Kuasa, Maha Pencipta, Memiliki, Maha Memelihara dan Menguasai. Maha mengetahui, Maha mendengar, Maha Pengampun dan Maha Kuasa.
           Dengan mengenal Tuhan Penciptanya, Jiwa akan faham dan tahu arah tujuan, tak akan keliru dan salah sasaran, karena jiwa punya acuan dan sandaran.  
              Dengan memahami keyakinan yang benar ini, jiwa akan jadi tenang karena tahu arah tujuan, akan memotifasi setiap gerak dan langkahnya, dengan dasar niat ihlas semata, setiap aktifitas geraknya semata mata hanya untuk beribadah kepada Sang Pencipta Nya.                  
IMAN DAN AMAL SHOLIH
      Jiwa yang sudah faham dan mengenal PenciptaNya, akan mengendalikan aktifitasnya untuk selalu beramal sholih, mengapa ?, karena ia sadar bahwa setiap apa yang dilakukan selalu dilihat, didengar, direkam dan dicatat oleh para Malaikat mahluk ciptaanNya, yang diberi tugas selalu hadir mengawasinya.
       "  ( Yakni ) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas ( Roqib ) yang selalu hadir ( 'Atid ) ". ( Q.S. Qoof 17-18 )
              Dengan demikian ia akan selalu menjaga prilakunya, dengan selalu berbuat baik, dan enggan berbuat aniaya.
BERBUAT BAIK JADI ACUAN
             " Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal sholih, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala disisi Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak ( pula ) mereka bersedih hati.( Q.S. Al Baqoroh 277 )
               Jiwa yang dilandasi iman, harus selalu dipupuk dan dilestarikan dengan suka dan selalu berbuat kebaikan, agar iman jadi bertambah subur. Sebaliknya iman akan berkurang bila diajak berbuat kefasikan.
        Karena kwalitas iman kata Rasulullah s.a.w. kadang naik kadang turun, ini tergantung pada kadar amal yang dilakukan.
            Amal yang dilakukan berlandaskan jiwa yang beriman, beda dengan yang bukan, amal yang dilakukan hanya karena Allah semata sebagai tumpuan, hanya mengharap dan menanti balasan, berupa pahala dan ampunan Allah yang Maha Rahman, bukan sanjungan dan pujian.
           Dengan demikian jiwanya terasa tenteram dan nyaman, bahkan tidak pernah dilanda takut dan kekhawatiran, karena yang dilakukan hanya berbuat kebaikan. Bukankah fithrah jiwa jadi tenang dan tenteram bila diajak berbuat kebaikan, dan resah bila melakukan ketidak jujuran, sebagaimana Nabi s.a.w. menyabdakan :
                " Sesungguhya kebenaran ( kejujuran ) menjadikan jiwa jadi tenang, dan prilaku dusta menjadikan jiwa jadi resah ". ( H.R. Tirmidzi )
MEMBUAHKAN TUBUH SEHAT DAN SIKAP MANFAAT
               Jiwa yang sehat akan membuahkan tubuh yang sehat, karena jiwa yang sehat tidak akan berbuat sembarangan. Bahkan cara makanpun akan memilih mana yang halal dan haram, dengan demikian tubuhnya akan terpelihara dari makanan yang tak menyehatkan !.
             Tidak hanya itu, bahkan cara mencari rizkipun tak sembarangan, tak hanya demi mengejar dan menumpuk harta kekayaan, tanpa memperdulikan nilai keadilan dan kemanusiaan. Dicarinya rizki yang halal dan diridloi Tuhan, tanpa mendzalimi dan main curang, yang merugikan banyak orang. Ini buah prilaku jiwa yang sehat, dengan demikian akan membuahkan sikap :
Bila jadi pemimpin  akan selalu mengutamakan kepentingan rakyatnya.
Bila jadi karyawan akan menjaga amanat yang dipegangnya.
Bila jadi pedagang akan berlaku jujur, tidak mau memalsu dan dusta.     
Bila jadi hakim, jaksa, dan pengacara akan jujur, adil dan bijaksana.
Bila jadi rakyat akan selalu taat, sayang dan mendoakan pemimpinnya.
          Betapa  indah dan nyamannya bila semua lapisan memiliki jiwa yang sehat, sehingga membuahkan banyak manfaat, membuahkan sikap saling menyayangi, bukan mendzalimi, sehingga tatanan masyarakat jadi lingkungan yang sehat. Insyaa Allah barokah segera tercurah dari langit dan bumi, negara akan gemah ripah loh jinawi.
            Negara yang aman dan makmur dibawah ampunan dan lindungan Allah Ilahi Robbi.  

KISAH TAULADAN
JA'FAR BIN ABI THALIB BERSAYAP
                                      Alangkah indahnya Surga dan betapa dekatnya.
                                      Segar dan dingin air minumnya.
                                      Tentara Rumawi telah dekat kehancurannya.
                                      Jika bertemu dengannya, niscaya aku hancurkan mereka.
    Syair-syair itulah yang disenandungkan Ja'far ketika menyerang dari atas kuda  berambut pirang, ia bertempur dan berjuang sehingga terbunuh dalam peperangan Mu'tah.
    Ibnu Hisyam menceritakan : " Diceritakan kepadaku oleh seseorang yang sangat terpercaya dan termasuk ahli ilmu, bahwa Ja'far bin Abi Thalib membawa bendera perang, dengan tangan kanannya, kemudian terkena sabetan pedang hingga terputus, kemudian dia membawa bendera itu dengan tangan kirinya, tangan kirinya juga terkena tebasan pedang hingga terputus. Kemudian bendera itu didekapnya dengan sisa kedua lengan atasnya sehingga dia terbunuh ".
    Ibnu Umar berkata : " Pada hari pertempuran di Mu'tah itu aku dekap tubuh Ja'far dan aku temukan lebih dari 40 luka karena tusukan panah dan sabetan pedang mengenai bagian depan tubuhnya ".
   Ketika itu beliau berumur 33 tahun. Allah mengganti kedua tangannya dengan dua buah sayap, beliau terbang di dalam Syurga kemana saja beliau mau.Nabi Muhammad s.a.w. bersabda :
    " Aku lihat Ja'far bin Abi Thalib di dalam Surga seperti Malaikat, terbang di dalamnya dengan sayap lebar yang berlumur darah ".( HR. Al Hakim ).
        
MUTIARA HADITS
SOMBONG
              Dari Ibnu Mas'ud r.a. dari Nabi s.a.w., beliau bersabda : " Tidak akan masuk Surga orang yang di dalam hatinya ada sifat sombong walaupun hanya sebesar dzarrah (atom) ", kemudian ada seseorang berkata : " Sesungguhnya seseorang itu suka memakai pakaian yang indah dan sandal / sepatu yang bagus ". Beliau kemudian bersbda : " Sesungguhnya Allah itu indah, suka pada keindahan. Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia ". ( HR. Muslim )



  

                                     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar