SEDEKAH PENYEJUK JIWA
“
Perumpamaan ( nafkah yang dikeluarkan oleh ) orang orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah ( untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah
sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan sebagainya ) adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap tiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan ( pahala ) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha luas (
karunia Nya) lagi Maha mengetahui “
( Q.S. Al Baqarah 261 )
Infak atau sedekah
terasa berat bagi yang tidak biasa, menurutnya dengan bersedekah berarti
menjadi berkurang hartanya, ini bila berfikir atas dasar matematika belaka !.
Matematika memang jelas dan nyata hitungannya karena berdasar logika.
SANGAT BEDA
Namun beda ketika berbicara tentang sedekah
dari kaca mata agama, karena bersumber dari Yang Maha Tahu segala rahasia.
Bukankah sedekah berkaitan erat dengan jiwa, berawal dari jiwa yang tulus dan
ikhlas inilah ia rela menyedekahkan sebagian hartanya demi menggapai pahala yang
akan diterimanya, disini letak rahasianya !. Karena ia yakin kalkulasi yang
berkelipatan sebagaimana yang dijanjikan.
Kalkulasi kelipatan
yang dijanjikan Allah minimal lipat 10, sampai 700 kali lipat, bahkan bisa
lebih menurut kehendak Nya, karena Allah Maha luas Karunia Nya !.
BERKAITAN DENGAN JIWA
Karena lemahnya manusia
hanya tahu hal hal yang nyata saja, sangat lemah pada hal hal ghoib yang penuh
rahasia, lebih lebih yang menyangkut masalah jiwa. Padahal pada jiwa inilah
yang menentukan sikapnya : Sedih, resah, susah, kecewa, lega, puas, bahagia dan
sebagainya.
Padahal sedekah berkaitan
erat dengan jiwa : Orang bakhil sangat berat mengeluarkan hartanya, terlalu
banyak perhitungan, karena baginya dengan memberi harta akan berkurang adanya,
padahal untuk mencarinya saja dibutuhkan waktu, tenaga dan fikiran : “ Sedekah sama halnya membuang harta dengan
percuma, sia sia, enak aja, mencarinya saja
dengan susah payah ! “, kira kira demikianlah yang terprogram dibenaknya.
JIWA TAK
TENANG
Dengan demikian jiwanya
selalu mencekam, tiap mengeluarkan harta selalu diperhitungkan, harta boleh
keluar bila menguntungkan, bila tidak nanti dulu !, dengan demikian dalam jiwanya
tidak ada rasa belas kasihan, jauh dari kasih sayang. Jiwanya selalu tegang,
penuh rasa curiga, sehingga tiap orang yang datang membuat jiwanya resah, was
was, penuh kekhawatiran : “ Jangan
jangan mau minta sumbangan, jangan jangan mau hutang, jangan jangan mau minta
bantuan “.
Bakhil juga membuat jadi
egois, mau enak sendiri, tidak perduli pada penderitaan sesama, dengan demikian
membuat orang jadi tidak simpati, karena maunya enak sendiri, berakibat orang
sama menjauhi.
BEBAS DARI
RASA KHAWATIR DAN SEDIH
Beda dengan yang suka
bersedekah dengan ikhlas, tanpa menyebut dan menyakiti pada yang diberi, mereka
dibalas dengan pahala, dijamin dari kekhawatiran bebas dari rasa sedih.
“ Orang orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang
dinafkahkannya itu dengan menyebut nyebut pemberiannya dan dengan tidak
menyakiti ( perasaan si penerima ), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan
mereka. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak ( pula ) mereka
bersedih hati “. ( Q.S. Al Baqarah 262 )
Menafkahkan harta tanpa menyebut
nyebut itu ikhlas artinya, orang yang ikhlas pertanda jiwa yang sehat, karena
baginya membantu, menolong membuat jiwanya jadi puas dan lega, karena dia sangat
faham akan pahala yang bakal diterimanya. Dengan demikian jiwanya makin puas
dan nikmat rasanya.
LENYAP TANPA
BEKAS
Sebaliknya
bagi orang yang tidak ikhlas dalam bersedekah, dengan menyebut nyebut harta
yang telah disedekahkannya, sehingga membuat si penerima jadi sakit hatinya.
Ini akibat bila hati tak sehat, tidak ikhlas sehingga berakibat pahala
sedekahnya menjadi lenyap.
“ Hai orang orang
yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut nyebutnya
dan menyakiti ( perasaan si penerima ), seperti orang yang menafkahkan hartanya
karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada
tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, kemudian menjadilah dia bersih ( tidak
bertanah ), mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan,
dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang yang kafir “. (
Q.S. Al Baqarah 264 )
JIWA TEGUH
DAN MANTAP
Dengan menginfakkan harta demi mencari
ridlo Allah, jiwanya menjadi makin teguh, tidak goyah, tidak khawatir, tidak
resah, artinya jiwanya makin tenang bagai kebun didataran tinggi yang
menghasilkan buah berlipat ganda.
“ Dan perumpamaan
orang orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan
untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi
yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali
lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis ( pun memadai ).
Dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat “. ( Q.S. Al Baqarah 265 )
SETAN
MEMBUJUK
Bukan setan bila tak pandai merayu
dan menipu, ditakut takutinya manusia
agar bersifat bakhil agar tidak jatuh miskin. Padahal dengan bersedekah Allah
menjanjikan ampunan dan karunia ( pahala dan keberkahan ).
“ Syaitan
menjanjikan ( menakut nakuti ) kamu dengan kemiskinan dan memerintah kamu
berbuat kejahatan ( kikir ), sedang Allah menjadikan untukmu ampunan dari pada Nya
dan karunia. Dan Allah Maha Luas ( karunia Nya ) lagi Maha Mengetahui ". (
Q.S. Al Baqarah 268 )
KISAH
PEMBAWA DERITA
Suatu kisah terjadi di
Surabaya, dimana hidup seorang sarjana yang berkutat dibidang kedokteran, dengan
sederet titel disandangnya, memang dia seorang yang haus ilmu, suka menghadiri
seminar dan semacamnya, namun bakhilnya na’udzu billah. Memiliki rumah puluhan jumlahnya,
anehnya kendaraan ia tak punya saking hematnya.
Kesemua rumah dikontrakkannya, padahal banyak saudaranya yang
pada belum punya rumah. Akibat kebakhilannya sekarang kesehatannya menurun,
tertatih tatih jalannya, dibantu sebuah tongkat yang selalu setia menemaninya,
padahal ia berkutat dibidang kesehatan. Begini akibat bila rizki tidak barokah,
karena selalu berfikir rational tanpa mengindahkan aspek kejiwaan, aspek
keimanan !.
DIANUGERAHI
HIKMAH
Di akhir ayat ( surat Al Baqarah ) yang membahas tentang
infak, Allah mengaitkan dengan hikmah, yang memperoleh hikmah berarti
dianugerahi karunia yang banyak !. Bahkan dikaitkan pula dengan akal, artinya
hanya yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari firman Allah, dengan
kata lain orang yang bakhil berarti orang yang tidak dapat menggunakan akalnya
dengan baik dan benar !.
“
Allah menganugerahkan Al Hikmah ( kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As
Sunnah ) kepada siapa yang dikehendaki Nya. Dan barang siapa yang dianugerahi
hikmah, ia benar benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang orang
yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran ( dari firman Allah ) ". ( Q.S. Al Baqarah 269 )
KISAH TAULADAN
KEBAKHILANNYA
MEMBUAT JADI GILA
Cerita ini bersumber dari kisah nyata seorang jamaah, tepatnya didaerah
Mojowarno tempat kelahirannya, sejak kecil hidupnya selalu menderita, apalagi
hidup dipedesaan yang cukup jauh dari kota, sekolah hanya sebatas di bangku
S.D. saja.
Karena keterbatasan ijazah hidupnya
hanya berkutat disekitar desa, guna memenuhi kebutuhan makan sehari hari harus
bekerja keras disawah, sebagai buruh pemanen padi dengan upah yang tak
seberapa, sehingga guna mencukupi kebutuhan makan dicarinya butiran padi yang
masih tersisa dibatangnya, kerja ini terpaksa dilakukan karena kedua orang
tuanya telah tiada.
Akibat kekurangan makan inilah
badannya kurus kering, sehingga sering sakit sakitan sampai sekarang, bahkan
sakit seolah jadi langganan.
Didekat rumahnya tinggallah seorang
kaya, hamparan sawahnya berhektar tak terhingga, tak hanya sawah, ternakpun
banyak pula, kerbau, sapi dan ratusan ternak lainnya, namun sayang tak pernah
sedekah.
Suatu saat dia main kerumah tetangganya yang
kaya tersebut, ketika itu si kaya sedang makan dengan lahapnya dengan menu yang
mewah, si jamaah melihat dengan asyiknya seolah berkhayal ikut menikmati sambil
menengadah duduk dibawah, si kaya tanpa peduli ada anak yang terus menatap melihat yang disantapnya, begitu tega dan bakhil sikapnya
tanpa ada keinginan untuk mengajak makan bersamanya.
Waktu terus bergerak, roda kehidupan
terus berjalan, ternyata harta yang dikumpulkannya tidak menjadikan semakin
baik justru sebaliknya. Akibat kebakhilannya, sekarang keadaannya jadi jauh berubah, jika dahulunya gagah
perkasa, orang pada segan karena kekayaannya,
sekarang dimasa tuanya masyaa Allah menjadi gila.
Setiap hari selalu berbicara tentang jumlah hartanya, disebutnya jumlah
sawah, sapi, kerbau dan ternak lainnya, tetangga pada mengelus dada karena
kasihan melihat sikapnya, yang tak karuan jluntrung pembicaraan, begini akibat
bila hidup hanya menumpuk harta tanpa mengerti hakekatnya, sehingga hartanya
tidak bermanfaat lagi bagi
dirinya, lha wong jadi orang gila, jiwanya sakit, jiwanya menderita akibat tak
tahu kemana harta harus dibelanjakannya. Na’udzu billaahi mindzaalik !.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar