Jumat, 29 Agustus 2014

SEDEKAH PENYEJUK JIWA




SEDEKAH PENYEJUK JIWA

“ Perumpamaan ( nafkah yang dikeluarkan oleh ) orang orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah ( untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan sebagainya ) adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan ( pahala ) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha luas ( karunia Nya) lagi Maha mengetahui “
( Q.S. Al Baqarah 261 )
Infak atau sedekah terasa berat bagi yang tidak biasa, menurutnya dengan bersedekah berarti menjadi berkurang hartanya, ini bila berfikir atas dasar matematika belaka !. Matematika memang jelas dan nyata hitungannya karena berdasar logika.
SANGAT BEDA
 Namun beda ketika berbicara tentang sedekah dari kaca mata agama, karena bersumber dari Yang Maha Tahu segala rahasia. Bukankah sedekah berkaitan erat dengan jiwa, berawal dari jiwa yang tulus dan ikhlas inilah ia rela menyedekahkan sebagian hartanya demi menggapai pahala yang akan diterimanya, disini letak rahasianya !. Karena ia yakin kalkulasi yang berkelipatan sebagaimana yang dijanjikan.
Kalkulasi kelipatan yang dijanjikan Allah minimal lipat 10, sampai 700 kali lipat, bahkan bisa lebih menurut kehendak Nya, karena Allah Maha luas Karunia Nya !.            
BERKAITAN DENGAN JIWA
        Karena lemahnya manusia hanya tahu hal hal yang nyata saja, sangat lemah pada hal hal ghoib yang penuh rahasia, lebih lebih yang menyangkut masalah jiwa. Padahal pada jiwa inilah yang menentukan sikapnya : Sedih, resah, susah, kecewa, lega, puas, bahagia dan sebagainya.
Padahal sedekah berkaitan erat dengan jiwa : Orang bakhil sangat berat mengeluarkan hartanya, terlalu banyak perhitungan, karena baginya dengan memberi harta akan berkurang adanya, padahal untuk mencarinya saja dibutuhkan waktu, tenaga dan fikiran  : “  Sedekah sama halnya membuang harta dengan percuma, sia sia, enak aja,  mencarinya saja dengan susah payah ! “, kira kira demikianlah yang terprogram  dibenaknya.
JIWA TAK TENANG
Dengan demikian jiwanya selalu mencekam, tiap mengeluarkan harta selalu diperhitungkan, harta boleh keluar bila menguntungkan, bila tidak nanti dulu !, dengan demikian dalam jiwanya tidak ada rasa belas kasihan, jauh dari kasih sayang. Jiwanya selalu tegang, penuh rasa curiga, sehingga tiap orang yang datang membuat jiwanya resah, was was, penuh kekhawatiran : “ Jangan jangan mau minta sumbangan, jangan jangan mau hutang, jangan jangan mau minta bantuan “.
Bakhil juga membuat jadi egois, mau enak sendiri, tidak perduli pada penderitaan sesama, dengan demikian membuat orang jadi tidak simpati, karena maunya enak sendiri, berakibat orang sama menjauhi.             
BEBAS DARI RASA KHAWATIR DAN SEDIH
           Beda dengan yang suka bersedekah dengan ikhlas, tanpa menyebut dan menyakiti pada yang diberi, mereka dibalas dengan pahala, dijamin dari kekhawatiran bebas dari rasa sedih.
“ Orang orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti ( perasaan si penerima ), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak ( pula ) mereka bersedih hati “.  ( Q.S. Al Baqarah 262 )
       Menafkahkan harta tanpa menyebut nyebut itu ikhlas artinya, orang yang ikhlas pertanda jiwa yang sehat, karena baginya membantu, menolong membuat jiwanya jadi puas dan lega, karena dia sangat faham akan pahala yang bakal diterimanya. Dengan demikian jiwanya makin puas dan nikmat rasanya.  
LENYAP TANPA BEKAS
Sebaliknya bagi orang yang tidak ikhlas dalam bersedekah, dengan menyebut nyebut harta yang telah disedekahkannya, sehingga membuat si penerima jadi sakit hatinya. Ini akibat bila hati tak sehat, tidak ikhlas sehingga berakibat pahala sedekahnya menjadi lenyap.  
“ Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut nyebutnya dan menyakiti ( perasaan si penerima ), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, kemudian menjadilah dia bersih ( tidak bertanah ), mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang yang kafir “.  ( Q.S. Al Baqarah 264 )
JIWA TEGUH DAN MANTAP
         Dengan menginfakkan harta demi mencari ridlo Allah, jiwanya menjadi makin teguh, tidak goyah, tidak khawatir, tidak resah, artinya jiwanya makin tenang bagai kebun didataran tinggi yang menghasilkan buah berlipat ganda. 
“ Dan perumpamaan orang orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis ( pun memadai ). Dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat “. ( Q.S. Al Baqarah 265 )
SETAN MEMBUJUK
        Bukan setan bila tak pandai merayu dan menipu,  ditakut takutinya manusia agar bersifat bakhil agar tidak jatuh miskin. Padahal dengan bersedekah Allah menjanjikan ampunan dan karunia ( pahala dan keberkahan ).
“ Syaitan menjanjikan ( menakut nakuti ) kamu dengan kemiskinan dan memerintah kamu berbuat kejahatan ( kikir ), sedang Allah menjadikan untukmu ampunan dari pada Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas ( karunia Nya ) lagi Maha Mengetahui ". ( Q.S. Al Baqarah 268 )
KISAH PEMBAWA DERITA
            Suatu kisah terjadi di Surabaya, dimana hidup seorang sarjana yang berkutat dibidang kedokteran, dengan sederet titel disandangnya, memang dia seorang yang haus ilmu, suka menghadiri seminar dan semacamnya, namun bakhilnya na’udzu billah. Memiliki rumah puluhan jumlahnya, anehnya kendaraan ia tak punya saking hematnya.
           Kesemua rumah dikontrakkannya, padahal banyak saudaranya yang pada belum punya rumah. Akibat kebakhilannya sekarang kesehatannya menurun, tertatih tatih jalannya, dibantu sebuah tongkat yang selalu setia menemaninya, padahal ia berkutat dibidang kesehatan. Begini akibat bila rizki tidak barokah, karena selalu berfikir rational tanpa mengindahkan aspek kejiwaan, aspek keimanan !.
DIANUGERAHI HIKMAH
        Di akhir ayat  ( surat Al Baqarah ) yang membahas tentang infak, Allah mengaitkan dengan hikmah, yang memperoleh hikmah berarti dianugerahi karunia yang banyak !. Bahkan dikaitkan pula dengan akal, artinya hanya yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari firman Allah, dengan kata lain orang yang bakhil berarti orang yang tidak dapat menggunakan akalnya dengan baik dan benar !.

“ Allah menganugerahkan Al Hikmah ( kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah ) kepada siapa yang dikehendaki Nya. Dan barang siapa yang dianugerahi hikmah, ia benar benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran ( dari firman Allah ) ". ( Q.S. Al Baqarah 269 )

                          KISAH TAULADAN
    KEBAKHILANNYA MEMBUAT JADI GILA
     Cerita ini bersumber dari kisah nyata seorang jamaah, tepatnya didaerah Mojowarno tempat kelahirannya, sejak kecil hidupnya selalu menderita, apalagi hidup dipedesaan yang cukup jauh dari kota, sekolah hanya sebatas di bangku S.D. saja.
        Karena keterbatasan ijazah hidupnya hanya berkutat disekitar desa, guna memenuhi kebutuhan makan sehari hari harus bekerja keras disawah, sebagai buruh pemanen padi dengan upah yang tak seberapa, sehingga guna mencukupi kebutuhan makan dicarinya butiran padi yang masih tersisa dibatangnya, kerja ini terpaksa dilakukan karena kedua orang tuanya telah tiada.
       Akibat kekurangan makan inilah badannya kurus kering, sehingga sering sakit sakitan sampai sekarang, bahkan sakit seolah jadi langganan.
     Didekat rumahnya tinggallah seorang kaya, hamparan sawahnya berhektar tak terhingga, tak hanya sawah, ternakpun banyak pula, kerbau, sapi dan ratusan ternak lainnya, namun sayang tak pernah sedekah.
           Suatu saat dia main kerumah tetangganya yang kaya tersebut, ketika itu si kaya sedang makan dengan lahapnya dengan menu yang mewah, si jamaah melihat dengan asyiknya seolah berkhayal ikut menikmati sambil menengadah duduk dibawah, si kaya tanpa peduli ada anak yang terus menatap melihat yang disantapnya, begitu tega dan bakhil sikapnya tanpa ada keinginan untuk mengajak makan bersamanya.
            Waktu terus bergerak, roda kehidupan terus berjalan, ternyata harta yang dikumpulkannya tidak menjadikan semakin baik justru sebaliknya. Akibat kebakhilannya, sekarang keadaannya jadi jauh berubah, jika dahulunya gagah perkasa, orang pada segan karena kekayaannya, sekarang dimasa tuanya masyaa Allah menjadi gila.
  Setiap hari selalu berbicara tentang jumlah hartanya, disebutnya jumlah sawah, sapi, kerbau dan ternak lainnya, tetangga pada mengelus dada karena kasihan melihat sikapnya, yang tak karuan jluntrung pembicaraan, begini akibat bila hidup hanya menumpuk harta tanpa mengerti hakekatnya, sehingga hartanya tidak bermanfaat lagi bagi dirinya, lha wong jadi orang gila, jiwanya sakit, jiwanya menderita akibat tak tahu kemana harta harus dibelanjakannya. Na’udzu billaahi mindzaalik !.             
                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar