SISI KEMANUSIAAN NABI S.A.W.
OLEH : M. FARID ANWAR
“ Dan
tiadalah
Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam “. ( Q.S. Al Anbiyaa 107 )
Sebagai
utusan ahir zaman Nabi s.a.w. berpenampilan fisik sangat sempurna, kulitnya
putih kemerahan, berhidung mancung, berdada bidang, rambutnya tidak terlampau
keriting tidak terlampau lurus, panjang sebatas bahu, bau keringatnya harum, perutnya
datar, kekuatan tenaganya prima dan berwajah tampan. Kata Ali r.a. : “ Siapa memandangnya pasti tertarik karena
tampannya “.
Beliau
adalah sosok manusia biasa, yang juga makan minum, tidur, bergaul, juga
beristeri, namun bedanya beliau mendapat wahyu.
ö“Katakanlah : “Sesungguhnya aku ini
manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku :
"Bahwa sesungguhnya
Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang sholih dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". ( Q.S. Al Kahfi 110 )
MISI
Sebagai seorang
Nabi penampilan beliau sangat simpatik, tidak angkuh, tidak angker, ramah suka
senyum, sangat akrab bergaul dengan isterinya, putra puteri, cucu dan akrab bahkan
suka bercanda dengan para sahabatnya, suka menyapa siapa saja yang dijumpainya.
Dengan demikian kehadirannya tidak membuat jarak, justru membuat makin memikat dan akrab. Dengan
sikap beliau ini maka sangat pas dengan misi beliau :
“ Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan keluhuran
akhlak “. ( H.R. Ahmad )
Dan sangat
pas pula dengan firman tersebut diatas
: “........untuk
( menjadi )
rahmat bagi semesta alam “.
MANDIRI
Walau seorang Nabi sekaligus
sebagai pimpinan rumah tangga, beliau tidak suka main perintah, beliau lebih
suka mandiri dalam menyelesaikan urusannya, beliau sering menambal jubah dan
sandalnya yang sobek, bahkan suka menyapu rumahnya.
SANTUN
TERHADAP ISTERI
Karena santun dan sayangnya
terhadap sang isteri, beliau memanggilnya :
“ Wahai yang kemerah merahan “. Suatu hari beliau menanyakan tentang adanya
persediaan makanan, maka isteri beliau menjawab tentang ketiadaan makanan,
beliau tidak marah, justru beliau langsung berpuasa ( sunnah ).
Suatu saat
ketika sedang sholat, beliau pernah membukakan pintu untuk isteri beliau yang
pulang.
AKRAB
DENGAN CUCU
Begitu
akrab dan sayangnya terhadap cucu, sehingga ketika sholat beliau sampai
menggendongnya, ketika rukuk diletakkan, namun ketika sujud sang cucu naik
kepunggungnya, dan beliau tidak segera bangun mungkin hawatir jatuh, sehingga beliau
memperpanjang sujudnya.
SIKAP TERHADAP ORANG KAFIR
Suatu saat ketika beliau
sedang duduk, tiba tiba lewat serombongan orang membawa jenazah, beliau
langsung berdiri, kemudian sahabat membisikkan ketelinga nya disangka beliau
tidak mengerti bahwa jenazah tersebut jenazah orang kafir : “ Ya Rasulullah dia
adalah jenazah orang Yahudi “.
Diluar
dugaan justru beliau menjawab : “ Bukankah dia manusia “. Demikian manusiawi
sikap beliau terhadap jenazah, walau terhadap jenazah orang kafir.
Di depan
pasar sering berdiri seorang yahudi yang buta, yang sering mengolok dan
menjelekkan Nabi s.a.w.. Suatu hari sahabat menyuapi orang tersebut, namun
orang buta tadi bukannya berterima kasih, justru berkata sambil mengolok
sahabat : “ Suapanmu tidak sehalus dan sebaik orang kemarin “. Maka sahabat
Nabi menjawab : “ Orangnya sudah wafat “, “ Siapa dia ? “, tanya orang yahudi,
“ Muhammad Rasulullah “. Betapa kaget dan menyesalnya orang yahudi tersebut,
orang yang selalu dicaci dan dioloknya justru selalu menyuapinya dengan halus
dan santunnya. Begitu santunnya sikap beliau walau terhadap orang kafir yang
selalu menghinanya.
MEMELUK
ISLAM
Nabi s.a.w juga
pernah memberi ratusan ekor unta kepada beberapa orang, bahkan pernah memberi
juga 300 ekor unta kepada shofwan bin Umayyah, kemudian Shofwan berkata : “ Nabi Muhammad telah memberi apa saja
kepadaku, padahal dulunya adalah orang yang paling kubenci. Karena beliau terus
menerus memberi kepadaku, maka sekarang beliau adalah orang yang paling
kusukai, sungguh saya bersaksi bahwa tidak akan ada seorang manusia pun yang
sebaik itu, melainkan pasti dirinya seorang Nabi “. Dengan kedermawanan
Nabi ini, maka Showan bin Umayyah sadar dari kekafirannya dan memeluk Islam.
SERING
LAPAR
Imam Tirmidzi meriwayatkan bahwa Abu Thalhah
berkata :
“
Kami pernah mengeluh karena kelaparan kepada Rasulullah, maka kami mengeluarkan
sebuah batu ( sebagai pengganjal rasa lapar ) dari perut kami masing masing,
namun Rasulullah s.a.w. justru mengeluarkan
dua buah batu dari perutnya “.
Begitu
terkejutnya para sahabat, dengan tanpa banyak bicara justru beliau juga
menderita kelaparan, begitu bijaknya sikap beliau.
Sebagai seorang Nabi dan pemimpin umat, sangat luhur sikap beliau dengan seringnya
mengosongkan perut, dengan demikian dalam jiwanya akan tumbuh kepekaan dan
ketajaman pada penderitaan umat, sekaligus sebagai cermin kesederhanaan dan
keperdulian sebagai
seorang pemimpin.
DERMAWANNYA
Kemiskinan dalam keseharian
beliau bukan karena tidak empunya, namun karena beliau lebih mengutamakan
kepentingan umatnya, karena beliau tidak suka menyimpan dan mengumpulkan harta demi
kepentingan dirinya.
Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w pernah diberi harta
yang sangat besar jumlahnya dari Bahrain, beliau bersabda : “ Sebarkan olehmu harta itu ! “, kemudian beliau
pergi ke masjid tanpa melihat harta tadi. Kedermawanan beliau diriwayatkan
pula oleh imam Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Anas bin Malik
r.a. :
“
Rasulullah adalah manusia terbaik, paling dermawan dan pemberani “.
TIDAK
PERNAH MENOLAK
Bukhari dan Muslim
meriwayatkan bahwa Jabir bin Abdullah r.a. berkata : “
Rasulullah tidak pernah mengatakan tidak bila dimintai sesuatu “.
Imam Baihaqi dan Al
Khatib meriwayatkan dari Hasan bin Muhammad bahwa ia berkata : “ Rasulullah s.a.w. apabila mendapat harta,
beliau tidak menyimpannya baik pada waktu tidur malam maupun siang hari “.
TAWADHDHU’NYA
Sebagai seorang Nabi beliau
tidak suka dihormati secara berlebihan, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dan Abu Dawud dari Abu Umamah r.a. ia berkata : “ Rasulullah s.a.w. pernah datang kepada kami dengan memegang sebuah
tongkat, maka berdirilah kami untuk menghormat kedatangan beliau, kemudian
beliau bersabda : “ Janganlah kamu berdiri seperti orang orang yang selain
bangsa Arab berdiri, sebagian mereka memuliakan sebagiannya “.
Bahkan
ketika beliau membeli barang, ada seorang shahabat akan membawakannya, namun
beliau justru bersabda : “ Yang empunya
barang yang berhak membawanya “.
Begitu
mulia akhlak beliau, walau sebagai seorang Nabi dan pemimpin umat namun beliau
tidak tinggi hati, pola kepemimpinannya tidak hanya sekedar disampaikan namun diikuti pula dengan ketauladanan. Maka pantas bila
pola kepemimpinan beliau berhasil dan bisa merubah dari kejahiliaan ke era
kemuliaan dalam tempo relatif singkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar