Minggu, 24 Agustus 2014

SISI KEMANUSIAAN NABI S.A.W.



                                             
                                      SISI KEMANUSIAAN NABI S.A.W.
                                              OLEH : M. FARID ANWAR
 “ Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. ( Q.S. Al Anbiyaa 107 ) 

Sebagai utusan ahir zaman Nabi s.a.w. berpenampilan fisik sangat sempurna, kulitnya putih kemerahan, berhidung mancung, berdada bidang, rambutnya tidak terlampau keriting tidak terlampau lurus, panjang sebatas bahu, bau keringatnya harum, perutnya datar, kekuatan tenaganya prima dan berwajah tampan. Kata Ali r.a. : “ Siapa memandangnya pasti tertarik karena tampannya “.
Beliau adalah sosok manusia biasa, yang juga makan minum, tidur, bergaul, juga beristeri, namun bedanya beliau mendapat wahyu. 
öKatakanlah : Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku : "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".  ( Q.S. Al Kahfi 110 )
MISI
Sebagai seorang Nabi penampilan beliau sangat simpatik, tidak angkuh, tidak angker, ramah suka senyum, sangat akrab bergaul dengan isterinya, putra puteri, cucu dan akrab bahkan suka bercanda dengan para sahabatnya, suka menyapa siapa saja yang dijumpainya. Dengan demikian kehadirannya tidak membuat jarak, justru  membuat makin memikat dan akrab. Dengan sikap beliau ini maka sangat pas dengan misi beliau :
“ Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan keluhuran akhlak “.  ( H.R. Ahmad )
Dan sangat pas pula dengan firman tersebut diatas : “........untuk ( menjadi ) rahmat bagi semesta alam.                                   
MANDIRI
        Walau seorang Nabi sekaligus sebagai pimpinan rumah tangga, beliau tidak suka main perintah, beliau lebih suka mandiri dalam menyelesaikan urusannya, beliau sering menambal jubah dan sandalnya yang sobek, bahkan suka menyapu rumahnya.
SANTUN TERHADAP ISTERI
    Karena santun dan sayangnya terhadap sang isteri, beliau memanggilnya : “ Wahai yang kemerah merahan “. Suatu hari beliau menanyakan tentang adanya persediaan makanan, maka isteri beliau menjawab tentang ketiadaan makanan, beliau tidak marah, justru beliau langsung berpuasa ( sunnah ).
Suatu saat ketika sedang sholat, beliau pernah membukakan pintu untuk isteri beliau yang pulang. 
AKRAB DENGAN CUCU
Begitu akrab dan sayangnya terhadap cucu, sehingga ketika sholat beliau sampai menggendongnya, ketika rukuk diletakkan, namun ketika sujud sang cucu naik kepunggungnya, dan beliau tidak segera bangun mungkin hawatir jatuh, sehingga beliau memperpanjang sujudnya.
SIKAP TERHADAP ORANG KAFIR
       Suatu saat ketika beliau sedang duduk, tiba tiba lewat serombongan orang membawa jenazah, beliau langsung berdiri, kemudian sahabat membisikkan ketelinga nya disangka beliau tidak mengerti bahwa jenazah tersebut jenazah orang kafir : “ Ya Rasulullah dia adalah jenazah orang Yahudi “.
      Diluar dugaan justru beliau menjawab : “ Bukankah dia manusia “. Demikian manusiawi sikap beliau terhadap jenazah, walau terhadap jenazah orang kafir.
        Di depan pasar sering berdiri seorang yahudi yang buta, yang sering mengolok dan menjelekkan Nabi s.a.w.. Suatu hari sahabat menyuapi orang tersebut, namun orang buta tadi bukannya berterima kasih, justru berkata sambil mengolok sahabat : “ Suapanmu tidak sehalus dan sebaik orang kemarin “. Maka sahabat Nabi menjawab : “ Orangnya sudah wafat “, “ Siapa dia ? “, tanya orang yahudi, “ Muhammad Rasulullah “. Betapa kaget dan menyesalnya orang yahudi tersebut, orang yang selalu dicaci dan dioloknya justru selalu menyuapinya dengan halus dan santunnya. Begitu santunnya sikap beliau walau terhadap orang kafir yang selalu menghinanya.  
MEMELUK ISLAM
Nabi s.a.w juga pernah memberi ratusan ekor unta kepada beberapa orang, bahkan pernah memberi juga 300 ekor unta kepada shofwan bin Umayyah, kemudian Shofwan berkata : “ Nabi Muhammad telah memberi apa saja kepadaku, padahal dulunya adalah orang yang paling kubenci. Karena beliau terus menerus memberi kepadaku, maka sekarang beliau adalah orang yang paling kusukai, sungguh saya bersaksi bahwa tidak akan ada seorang manusia pun yang sebaik itu, melainkan pasti dirinya seorang Nabi “. Dengan kedermawanan Nabi ini, maka Showan bin Umayyah sadar dari kekafirannya dan memeluk Islam.
SERING LAPAR 
         Imam Tirmidzi meriwayatkan bahwa Abu Thalhah berkata :
“ Kami pernah mengeluh karena kelaparan kepada Rasulullah, maka kami mengeluarkan sebuah batu ( sebagai pengganjal rasa lapar ) dari perut kami masing masing, namun Rasulullah s.a.w.  justru mengeluarkan dua buah batu dari perutnya “.
Begitu terkejutnya para sahabat, dengan tanpa banyak bicara justru beliau juga menderita kelaparan, begitu bijaknya sikap beliau.  
        Sebagai seorang Nabi dan pemimpin umat, sangat luhur sikap beliau dengan seringnya mengosongkan perut, dengan demikian dalam jiwanya akan tumbuh kepekaan dan ketajaman pada penderitaan umat, sekaligus sebagai cermin kesederhanaan dan keperdulian sebagai seorang pemimpin.        
DERMAWANNYA
    Kemiskinan dalam keseharian beliau bukan karena tidak empunya, namun karena beliau lebih mengutamakan kepentingan umatnya, karena beliau tidak suka menyimpan dan mengumpulkan harta demi kepentingan dirinya.
    Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w pernah diberi harta yang sangat besar jumlahnya dari Bahrain, beliau bersabda : “ Sebarkan olehmu harta itu ! , kemudian beliau pergi ke masjid tanpa melihat harta tadi. Kedermawanan beliau diriwayatkan pula oleh imam Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Anas bin Malik r.a. :
“ Rasulullah adalah manusia terbaik, paling dermawan dan pemberani “.
TIDAK PERNAH MENOLAK
Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Jabir bin Abdullah r.a. berkata : “ Rasulullah tidak pernah mengatakan tidak bila dimintai sesuatu “.
Imam Baihaqi dan Al Khatib meriwayatkan dari Hasan bin Muhammad bahwa ia berkata :  Rasulullah s.a.w. apabila mendapat harta, beliau tidak menyimpannya baik pada waktu tidur malam maupun siang hari “.             
TAWADHDHU’NYA
      Sebagai seorang Nabi beliau tidak suka dihormati secara berlebihan, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud dari Abu Umamah r.a. ia berkata : “ Rasulullah s.a.w. pernah datang kepada kami dengan memegang sebuah tongkat, maka berdirilah kami untuk menghormat kedatangan beliau, kemudian beliau bersabda : “ Janganlah kamu berdiri seperti orang orang yang selain bangsa Arab berdiri, sebagian mereka memuliakan sebagiannya “.
    Bahkan ketika beliau membeli barang, ada seorang shahabat akan membawakannya, namun beliau justru bersabda : “ Yang empunya barang yang berhak membawanya “.
      Begitu mulia akhlak beliau, walau sebagai seorang Nabi dan pemimpin umat namun beliau tidak tinggi hati, pola kepemimpinannya tidak hanya sekedar disampaikan namun diikuti pula dengan ketauladanan. Maka pantas bila pola kepemimpinan beliau berhasil dan bisa merubah dari kejahiliaan ke era kemuliaan dalam tempo relatif singkat.      



Tidak ada komentar:

Posting Komentar