Sabtu, 23 Agustus 2014

HUKUM JABAT TANGAN





HUKUM JABAT TANGAN
OLEH : M.FARID ANWAR

              “ Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka ......“(Q.S. Al Fath 29 )                         

Begitu akrab hubungan Rasulullah s.a.w. dan para sahabat, berkat tertanamnya rasa kasih sayang diantara mereka. Diantara bentuknya adalah  membiasakan berjabatan tangan.      
 Dengan berjabat tangan akan terasa keakraban, terasa menyatu, nyaman, damai  dan tenang.
TANDA PERDAMAIAN
Bukankah dalam persengketaan, bila sudah berakhir ditandai dengan jabat tangan, seolah antara tangan dan jiwa merupakan satu kesatuan. Maka sangat tepat bila agama mengajarkannya, karena merupakan fithrah, sebagaimana Rasulullah s.a.w. telah mencontohkannya.
ASAL MUASAL
Asal mula jabat tangan berasal dari kebiasaan orang Yaman. 
Dari Anas r.a. berkata : “ Ketika orang orang dari negeri Yaman datang, Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Orang orang dari Yaman telah datang dan mereka itulah orang pertama kali datang dengan berjabatan tangan “. ( H.R. Abu Dawud )                                                        
TUNTUNAN
Karena rasa persaudaraan diantara para sahabat begitu kental, sehingga jabat tangan merupakan kebiasaan yang sering  dilakukan sehari hari.
Kebiasaan jabat tangan ini sempat ditanyakan oleh seorang tabi’in ( orang yang hidup tidak sezaman ( bertemu ) dengan Nabi, namun sezaman dengan para shahabat ) kepada shahabat Nabi yakni Anas r.a.. 
Dari Abdul Khaththab Qatadah berkata : “ Saya bertanya kepada Anas : “ Apakah para shahabat Rasulullah s.a.w. itu biasa berjabatan tangan ? “, dia menjawab : “ Ya “.  ( H.R. Bukhari )Bahkan secara rinci ada seorang bertanya kepada Rasulullah s.a.w. tentang tata cara ketika bertemu sesama Muslim.
Dari Anas r.a. berkata : “ Ada seorang datang dan bertanya kepada Rasulullah s.a.w. : “ Wahai Rasulullah bila seseorang diantara kami bertemu dengan saudara atau kawannya apakah dia harus membungkukkan diri ? “, beliau menjawab : “ Tidak ! “. Dia bertanya : “ Apakah dia harus mendekap dan memeluknya ? “, beliau menjawab : “ Tidak ! “. Dia bertanya lagi : “ Apakah dia harus menyambut tangannya dan menjabatnya ? “, beliau menjawab : “ Ya “.  ( H.R. At Turmudzy )
Dengan demikian jelas bahwa berjabat tangan merupakan tuntunan agama, maka hendaknya jabat tangan ini dibiasakan, agar persahabatan makin akrab dan menambah point pahala.
DIAMPUNI DOSA
Begitu besar manfaat jabat tangan, disamping mempererat tali persaudaraan, hati juga merasa damai dan tenteram, ditambah pula mendapat ampunan selama keduanya belum berpisah, Alhamdulillaah.  Dari Al Barra’ r.a. berkata : “ Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Dua orang Islam yang bertemu kemudian berjabatan tangan, maka dosa kedua orang itu diampuni sebelum keduanya berpisah “. ( H.R. Abu Dawud )
JANGAN REMEHKAN
Walau jabat tangan nampak mudah, namun ada yang mengabaikannya, ini pertanda bahwa jiwanya kurang lembut, kurang kasih sayang, sehingga meremehkan dan menganggap apa perlunya jabat tangan.
Apalagi bila dilandasi rasa sombong, menganggap lebih mulia, lebih tinggi, lebih bermartabat, sehingga tak mau akrab dan menghargai kaum lemah, kaum bawahan, sehingga membuat semakin jauh, persaudaraan makin rapuh.
Dengan mengabaikan jabat tangan justru akan membuat hubungan makin renggang, tidak dihargai dan dihormati, karena terkesan angkuh.Ternyata tuntunan agama sangat besar hikmahnya, disamping berpahala, diampuni dosanya, persaudaraan makin erat dan terhormat.  
BERMUKA MANIS
Dalam berjabat tangan hendaklah disertai senyuman :
Dari Abu Dzaar r.a. berkata : “ Rasulullah s.a.w. bersabda kepada saya : “ Janganlah sekali kali kamu meremehkan sesuatu kebaikan walaupun hanya dengan muka manis bila kamu bertemu dengan saudaramu “.  ( H.R. Muslim )
YANG BOLEH DIJABAT TANGANI
Tidak semua orang ( lain jenis ) boleh dijabat tangani, yang diperbolehkan hanya yang ada hubungan mahram ( orang yang haram dikawin  karena dekatnya pertalian ).  
“ Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu ibumu, anak anakmu yang perempuan, saudara saudaramu yang perempuan, saudara saudara bapakmu yang perempuan, saudara saudara ibumu yang perempuan, anak anak perempuan dari saudara saudaramu yang laki laki, anak anak perempuan dari saudara saudaramu yang perempuan, ibu ibumu yang menyusui kamu, saudara perempuan sepersusuan, ibu ibu isterimu (mertua), anak anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan). Maka tidak berdosa kamu mengawininya, (dan diharamkan bagimu) isteri isteri anak kandungmu (menantu), dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “. ( Q.S. An Nisa’ 23 )
Dengan demikian yang boleh dijabat tangani : 1. Ibu / ayah, 2. Anak ( kandung ), 3. Saudara ( kandung ), 4. Keponakan ( kandung ), 5. Saudara bapak / ibu ( paman, pak de, tante, bu de ), 6. Ibu yang penah menyusui ( walau bukan ibu kandung ), 7. Saudara sesusuan ( walau bukan saudara kandung, tapi pernah disusui oleh ibu seperti pada no 6 ), 8. Mertua, 9. Anak tiri ( yang ibunya masih berstatus istri ) dan 10. Menantu.
RESIKO
Begitu besar resiko sembarangan dalam berjabat tangan, bedasar hadits dari Ma’qil bin Yasir :
Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi sungguh lebih baik baginya dari pada menyentuh wanita yang bukan mahromnya “. ( H.R. Thobroni )   
NABI TAK SEMBARANG JABAT TANGAN
‘Urwah bin Az Zubair berkata ‘Aisyah istri Nabi s.a.w. berkata : “ ......Rasulullah s.a.w. tidaklah pernah menyentuh wanita sama sekali, sebagaimana yang Allah perintahkan. Tangan beliau tidaklah pernah menyentuh tangan mereka, ketika ba’at beliau hanya membai’at melalui ucapan, sambil berkata : “ Aku telah membai’at kalian “.  ( H.R. Muslim )            
Semoga kita berhati hati dalam berjabatan tangan.



KISAH TAULADAN 
THALHAH BIN UBAIDILLAH RELA MENGGENDONG NABI
           
Nama lengkap Thalhah bin Ubaidillah bin Utsman bin Amr Ibn Ka’ab ibn Sa’ad At Taimi Al Qurasyi, biasa dipanggil Abu Muhammad. Lahir tahun 28 sebelum hijrah.
Dalam perang Uhud Rasulullah s.a.w. menggelarinya Thalhah Al Khair ( orang baik ), dalam perang Hunain menggelarinya Thalhah Al Jud ( orang yang dermawan ), dalam perang Tabuk menggelarinya Thalhah Al Fayyadh dan Ash Shubaih Al Mulaih Al Fusha.
Berwajah tampan, berambut lebat, berkulit putih kemerahan, dada dan bahunya lebar, postur tubuhnya pendek, kedua kakinya besar.
‘Ulama kaum Quraisy yang tergolong bijak. Temasuk yang mula mula memeluk Islam diantara delapan orang, memeluk Islam lewat Abu bakar As Shiddiq. Dia dan Abu Bakar dijuluki Al Qarinain ( dua sahabat akrab ).
Ketika melakukan perjalanan niaga keluar kota Mekkah, seorang pendeta mengkhabarkan tentang dekatnya waktu diutusnya Nabi akhir zaman, yang ditunggu tunggu di tanah haram. Saat dia kembali ke Mekkah, Nabi s.a.w. telah memperoleh wahyu dan menyiarkan dakwahnya secara terang terangan. Thalhah langsung mengikrarkan dirinya memeluk Islam setelah mengetahui ke Islaman Abu Bakar, saat itu Thalkhah berkata : “ Demi Allah Muhammad dan Abu Bakar keduanya tidak mungkin akan berkumpul dalam kesesatan ! “.
Ketika memeluk Islam orang quraisy menyiksanya sebagaimana terhadap shahabat lainnya. Termasuk diantara 10 orang shahabat yang disebut Nabi s.a.w. masuk syurga.
Dalam perang Uhud dia bagai seekor elang yang tajam penglihatannya, termasuk orang pertama yang berada di samping Nabi s.a.w. ketika beliau terluka, dia berjanji kepada beliau bahwa akan berjuang sampai titik darah penghabisan.
Akhirnya Thalhah terkena lebih dari 70 tusukan pedang, tombak dan panah, jari jari tangannya pun terputus. Dia sempat menggendong Nabi s.a.w. dan membawanya naik ke puncak bukit Uhud.
Tergolong shahabat yang kaya dan dermawan, Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Siapa yang ingin melihat seorang syahid berjalan di muka bumi, hendaklah melihat Thalkhah ibn Ubaydillah “. ( H.R. At Tirmidzy )
Sempat meriwayatkan 38 hadits dari Nabi s.a.w., gugur sebagai syahid pada 36 H. dalam perang Jamal ( perang unta ).     


Tidak ada komentar:

Posting Komentar