HUKUM JABAT TANGAN
OLEH : M.FARID ANWAR
“ Muhammad itu adalah
utusan Allah dan orang orang
yang bersama dengan dia
adalah keras terhadap orang orang
kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka ......“. (Q.S. Al Fath 29 )
Begitu akrab hubungan Rasulullah s.a.w. dan para sahabat, berkat tertanamnya rasa kasih sayang diantara mereka. Diantara bentuknya adalah membiasakan berjabatan tangan.
Begitu akrab hubungan Rasulullah s.a.w. dan para sahabat, berkat tertanamnya rasa kasih sayang diantara mereka. Diantara bentuknya adalah membiasakan berjabatan tangan.
Dengan berjabat tangan akan terasa
keakraban, terasa menyatu, nyaman, damai dan tenang.
TANDA PERDAMAIAN
Bukankah dalam persengketaan, bila
sudah berakhir ditandai dengan jabat tangan, seolah antara tangan dan jiwa
merupakan satu kesatuan. Maka sangat tepat bila agama mengajarkannya, karena
merupakan fithrah, sebagaimana Rasulullah s.a.w. telah mencontohkannya.
ASAL MUASAL
Asal mula
jabat tangan berasal dari kebiasaan orang Yaman.
Dari Anas r.a. berkata : “ Ketika orang orang dari negeri
Yaman datang, Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Orang orang dari Yaman telah
datang dan mereka itulah orang pertama kali datang dengan berjabatan tangan “. ( H.R. Abu Dawud )
TUNTUNAN
TUNTUNAN
Karena
rasa persaudaraan diantara para sahabat begitu kental, sehingga jabat tangan
merupakan kebiasaan yang sering
dilakukan sehari hari.
Kebiasaan
jabat tangan ini sempat ditanyakan oleh seorang tabi’in ( orang yang hidup tidak
sezaman ( bertemu ) dengan Nabi, namun sezaman dengan para shahabat ) kepada shahabat
Nabi yakni Anas r.a..
Dari Abdul Khaththab Qatadah berkata : “ Saya bertanya
kepada Anas : “ Apakah para shahabat Rasulullah s.a.w. itu biasa berjabatan
tangan ? “, dia menjawab : “ Ya “. ( H.R. Bukhari )Bahkan
secara rinci ada seorang bertanya kepada Rasulullah s.a.w. tentang tata cara
ketika bertemu sesama Muslim.
Dari Anas r.a. berkata : “ Ada seorang datang dan
bertanya kepada Rasulullah s.a.w. : “ Wahai Rasulullah bila seseorang diantara
kami bertemu dengan saudara atau kawannya apakah dia harus membungkukkan diri ?
“, beliau menjawab : “ Tidak ! “. Dia bertanya : “ Apakah dia harus mendekap
dan memeluknya ? “, beliau menjawab : “ Tidak ! “. Dia bertanya lagi : “ Apakah
dia harus menyambut tangannya dan menjabatnya ? “, beliau menjawab : “ Ya
“. ( H.R. At Turmudzy )
Dengan
demikian jelas bahwa berjabat tangan merupakan tuntunan agama, maka hendaknya
jabat tangan ini dibiasakan, agar persahabatan makin akrab dan menambah point
pahala.
DIAMPUNI DOSA
Begitu
besar manfaat jabat tangan, disamping mempererat tali persaudaraan, hati juga
merasa damai dan tenteram, ditambah pula mendapat ampunan selama keduanya belum
berpisah, Alhamdulillaah. Dari Al Barra’ r.a. berkata : “ Rasulullah s.a.w.
bersabda : “ Dua orang Islam yang bertemu kemudian berjabatan tangan, maka dosa
kedua orang itu diampuni sebelum keduanya berpisah “. ( H.R. Abu Dawud )
JANGAN REMEHKAN
Walau
jabat tangan nampak mudah, namun ada yang mengabaikannya, ini pertanda bahwa
jiwanya kurang lembut, kurang kasih sayang, sehingga meremehkan dan menganggap
apa perlunya jabat tangan.
Apalagi
bila dilandasi rasa sombong, menganggap lebih mulia, lebih tinggi, lebih
bermartabat, sehingga tak mau akrab dan menghargai kaum lemah, kaum bawahan, sehingga
membuat semakin jauh, persaudaraan makin rapuh.
Dengan mengabaikan
jabat tangan justru akan membuat hubungan makin renggang, tidak dihargai dan
dihormati, karena terkesan angkuh.Ternyata tuntunan
agama sangat besar hikmahnya, disamping berpahala, diampuni dosanya,
persaudaraan makin erat dan terhormat.
BERMUKA MANIS
Dalam
berjabat tangan hendaklah disertai senyuman :
Dari Abu Dzaar r.a. berkata : “ Rasulullah s.a.w.
bersabda kepada saya : “ Janganlah sekali kali kamu meremehkan sesuatu kebaikan
walaupun hanya dengan muka manis bila kamu bertemu dengan saudaramu “. ( H.R. Muslim )
YANG BOLEH DIJABAT TANGANI
Tidak
semua orang ( lain jenis ) boleh dijabat tangani, yang diperbolehkan hanya yang
ada hubungan mahram ( orang yang haram dikawin
karena dekatnya pertalian ).
“ Diharamkan
atas kamu (mengawini) ibu ibumu, anak anakmu yang perempuan, saudara saudaramu
yang perempuan, saudara saudara bapakmu yang perempuan, saudara saudara ibumu
yang perempuan, anak anak perempuan dari saudara saudaramu yang laki laki, anak
anak perempuan dari saudara saudaramu yang perempuan, ibu ibumu yang menyusui
kamu, saudara perempuan sepersusuan, ibu ibu isterimu (mertua), anak anak
isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi
jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan). Maka
tidak berdosa kamu mengawininya, (dan diharamkan bagimu) isteri isteri anak
kandungmu (menantu), dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang
bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “. ( Q.S. An Nisa’ 23 )
Dengan
demikian yang boleh dijabat tangani : 1. Ibu / ayah, 2. Anak ( kandung ), 3.
Saudara ( kandung ), 4. Keponakan ( kandung ), 5. Saudara bapak / ibu ( paman, pak
de, tante, bu de ), 6. Ibu yang penah menyusui ( walau bukan ibu kandung ), 7.
Saudara sesusuan ( walau bukan saudara kandung, tapi pernah disusui oleh ibu
seperti pada no 6 ), 8. Mertua, 9. Anak tiri ( yang ibunya masih berstatus
istri ) dan 10. Menantu.
RESIKO
Begitu
besar resiko sembarangan dalam berjabat tangan, bedasar hadits dari Ma’qil bin
Yasir :
Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Ditusuknya
kepala seseorang dengan pasak dari besi sungguh lebih baik baginya dari pada
menyentuh wanita yang bukan mahromnya “. ( H.R. Thobroni )
NABI TAK SEMBARANG JABAT TANGAN
‘Urwah bin Az Zubair berkata ‘Aisyah istri Nabi s.a.w.
berkata : “ ......Rasulullah s.a.w. tidaklah pernah menyentuh wanita sama
sekali, sebagaimana yang Allah perintahkan. Tangan beliau tidaklah pernah
menyentuh tangan mereka, ketika ba’at beliau hanya membai’at melalui ucapan,
sambil berkata : “ Aku telah membai’at kalian “. ( H.R. Muslim )
Semoga
kita berhati hati dalam berjabatan tangan.
KISAH TAULADAN
THALHAH BIN UBAIDILLAH RELA MENGGENDONG NABI
Nama
lengkap Thalhah bin Ubaidillah bin Utsman bin Amr Ibn Ka’ab ibn Sa’ad At Taimi
Al Qurasyi, biasa dipanggil Abu Muhammad. Lahir tahun 28 sebelum hijrah.
Dalam perang Uhud Rasulullah
s.a.w. menggelarinya Thalhah Al Khair ( orang baik ), dalam perang Hunain
menggelarinya Thalhah Al Jud ( orang yang dermawan ), dalam perang Tabuk menggelarinya
Thalhah Al Fayyadh dan Ash Shubaih Al Mulaih Al Fusha.
Berwajah tampan, berambut lebat,
berkulit putih kemerahan, dada dan bahunya lebar, postur tubuhnya pendek, kedua
kakinya besar.
‘Ulama kaum Quraisy yang tergolong
bijak. Temasuk yang mula mula memeluk Islam diantara delapan orang, memeluk
Islam lewat Abu bakar As Shiddiq. Dia dan Abu Bakar dijuluki Al Qarinain ( dua
sahabat akrab ).
Ketika melakukan perjalanan niaga
keluar kota Mekkah, seorang pendeta mengkhabarkan tentang dekatnya waktu
diutusnya Nabi akhir zaman, yang ditunggu tunggu di tanah haram. Saat dia
kembali ke Mekkah, Nabi s.a.w. telah memperoleh wahyu dan menyiarkan dakwahnya
secara terang terangan. Thalhah langsung mengikrarkan dirinya memeluk Islam
setelah mengetahui ke Islaman Abu Bakar, saat itu Thalkhah berkata : “ Demi
Allah Muhammad dan Abu Bakar keduanya tidak mungkin akan berkumpul dalam
kesesatan ! “.
Ketika memeluk Islam orang quraisy
menyiksanya sebagaimana terhadap shahabat lainnya. Termasuk diantara 10 orang
shahabat yang disebut Nabi s.a.w. masuk syurga.
Dalam perang Uhud dia bagai seekor
elang yang tajam penglihatannya, termasuk orang pertama yang berada di samping
Nabi s.a.w. ketika beliau terluka, dia berjanji kepada beliau bahwa akan
berjuang sampai titik darah penghabisan.
Akhirnya Thalhah terkena lebih
dari 70 tusukan pedang, tombak dan panah, jari jari tangannya pun terputus. Dia
sempat menggendong Nabi s.a.w. dan membawanya naik ke puncak bukit Uhud.
Tergolong shahabat yang kaya dan
dermawan, Rasulullah s.a.w. bersabda : “
Siapa yang ingin melihat seorang syahid berjalan di muka bumi, hendaklah melihat
Thalkhah ibn Ubaydillah “. ( H.R. At Tirmidzy )
Sempat meriwayatkan 38 hadits dari
Nabi s.a.w., gugur sebagai syahid pada 36 H. dalam perang Jamal ( perang unta
).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar