MENGAJAK KEPADA KEBAIKAN
Serulah ( manusia ) kepada
jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orang orang yang mendapat
petunjuk .
( Q.S. An Nahl 125 )
Seandainya para wali dahulu tidak
berda’wah di tanah air Indonesia mungkinkah saat ini kita beragama Islam ?.
Seandainya para sahabat Nabi s.a.w. tidak berda’wah sampai ke Asia Tenggara, mungkinkah agama Islam sampai
ke tanah air Indonesia dan menghasilkan para juru da’wah ( para wali ) yang
sangat besar jasanya dalam menyebarkan agama Islam di tanah air kita ?.
PERAN DA’WAH
Demikian penting peran dan
manfaat da’wah ( seruan / ajakan ) atau tabligh
( penyampaian ) dalam agama, berkat da’wah agama Islam bisa tersebar di
seantero dunia, peran juru da’wah ( Da’i ) dan juru tabligh ( penyampai /
muballigh ) sangat penting dalam penyebaran agama Islam.
DASAR
Yang
merupakan motor penggerak sehingga para da’i / muballigh getol dalam menyampaikan
da’wahnya, pertama firman Allah : “ Serulah ( manusia )
kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik ...”.
Kedua sabda Nabi : “ Sampaikan dari aku walau hanya satu ayat
“. Dari sabda beliau yang merupakan perintah inilah para sahabat, tabi’in
dan generasi dibawahnya pada semangat berda’wah.
Ketiga sabda Nabi : Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al Anshary
Al Badry r.a. dia berkata : “ Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Barang siapa yang
memberi petunjuk kepada kebaikan, maka dia mendapat pahala seperti pahala orang
yang mengerjakannya “. ( H.R. Muslim )
Berdasar Firman
Allah dan hadits tersebut beliau sama bersemangat dalam berda’wah menyebarkan
agama.
DA’I DAN
MUBALLIGH
Dengan demikian Juru da’wah (
da’i ) atau juru tabligh ( muballigh ) merupakan ujung tombak dalam penyebaran
agama, demikian pula dengan para wali ( sunan ) beliau merupakan jajaran da’i /
muballigh juga. Betapa besar peran para da’i dan muballigh dalam penyebaran
agama Islam.
FORMAL DAN
INFORMAL
Jika saat ini para da’i dan
muballigh dalam menyampaikan ceramah perlu diminta atau diundang ( formal ),
beda dengan para wali dan para pedagang dari Gujarat, India ( merupakan
penyebar agama ke Indonesia ). Walau mereka tidak secara resmi ( informal ) diundang
untuk memberikan ceramah, namun berkat dorongan jiwanya yang ikhlas tekun dan
sabar, mereka dengan gigihnya menyampaikan da’wahnya sambil berdagang.
DA’WAH / TABLIGH
Mengajak kepada kebenaran
merupakan perintah, namun harus dilaksankan dengan cara penuh hikmah ( bijak :
perkataan
yang tegas dan benar dapat membedakan yang hak dan bathil ). Tegas bukan berarti keras dan kasar, namun kokoh dalam memegang prinsip
kebenaran, walau disampaikan dengan nada dan suara yang lembut dan halus.
Disamping bersikap bijak, yang disampaikan hendaklah bermuatan yang baik ( Al
Quran dan Sunnah Nabi s.a.w. )
SULIT DAN BERAT
Walau
yang disampaikan mengandung kebaikan dan kebenaran, bukan tidak mungkin akan
ditolak, maka hendaklah penolakan ini dihadapi dengan sabar dan cara yang baik.
Mengajak kepada kebenaran sangat berat dan sulit, bisa bisa dikatakan : “ sok alim, sok nyantri, apalagi nggak
pernah mondok kok pake nasehatin segala “.
Apalagi hidup di zaman sekarang,
zaman tehnologi makin canggih, sehingga kebutuhan hidup makin bertambah. Dengan
gemerlap dan tuntutan materi ini seolah dunia jadi tujuan, sehingga kebenaran mudah
terabaikan.
PENTINGNYA MENGINGATKAN
Karena manusia bersifat lupa dan salah, maka mengingatkan
merupakan hal yang penting dan bermanfaat. karenanya mengajak kepada yang ma’ruf ( perbuatan yang mendekatkan
kepada Allah ) dan mencegah kemunkaran ( perbuatan yang menjauhkan dari Allah ) sangat
ditekankah dalam agama. “
Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang orang yang beruntung “. ( Q.S. Ali Imran 104 )
LIPATAN PAHALA
Karena Kemurahan
Nya dan betapa pentingnya mengajak kebaikan, sehingga mendapat limpahan pahala
sebesar pahala yang diterima orang diajaknya, tanpa mengurangi pahala orang
yang diajaknya, Alhamdulillaah.
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullh s.a.w.
bersabda : “ Barang siapa yang mengajak kepada petunjuk ( Kebaikan ), maka dia
mendapat pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya dengan tidak
mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barang siapa yang mengajak kepada
kesesatan maka dia mendapat maka dia mendapat dosa seperti dosa dosa orang yang
megerjakannya dengan tidak mengurangi dosa dosa mereka sedikitpun “. ( H.R. Muslim )
LIMPAHAN DOSA
Demikian
pula yang mengajak kepada kesesatan, akan mendapat limpahan dosa yang
diajaknya, tanpa mengurangi dosa orang yang diajaknya.
Tahu pencipta goyangan lagu
dangdut yang seronok, tidak santun, dan mengundang birahi, kemudian diikuti goyang
goyang yang lain : goyang ngebor, goyang itik ( gotik ), goyang gergaji dan
goyang goyang lainnya. Bayangkan betapa besar dosa yang akan ditanggungnya
kelak di hari qiamat bagi penciptanya ?!.
Termasuk pula yang mengajarkan
ilmu agama tanpa dasar yang benar, apalagi sampai kepada kemusyrikan, betapa
besar dosa yang ditanggungnya.
JADILAH DA’I NON
FORMAL
Akankah
penyebaran agama hanya mengandalkan pada jajaran da’i yang formal saja (
ustadz, kyai, guru agama ) yang terbatas jumlahnya ?. Tidakkah anda ingin menjadi da’i non formal ?, di
kampung ( dengan pola cangkruan ) , di kantor, di pasar, di toko dan sebagainya
?. Tidakkah anda ingin mendapat pahala kebaikan dengan mengajak orang lain
berbuat baik ?, sayang kan.
Da’wah tidak perlu dengan dalil
yang muluk muluk, hanya diawali dari sikap yang jujur, akhlak yang baik (
ketauladanan ), kemudian diikuti dengan nasehat yang ringan dan lembut, sehingga
dapat menyentuh yang diajak bicara.
Da’wah yang ringan semacam ini tak
kalah penting dan manfaatnya dengan da’wah di mimbar, apalagi yang menyampaikan
seorang yang punya jabatan, betapa besar pengaruhnya. Bukankah banyak orang
yang sadar dan tobat hanya dengan da’wah yang ringan ini ?.
KISAH TAULADAN
UBAY BIN KA’AB
Nama
lengkap Ubay bin Ka’ab bin Qais bin bin Ubay Al Anshari Khazraji, Rasulullah
s.a.w. biasa memanggilnya Abu Mundzir. Bertubuh kurus dan pendek.
Ikut dalam
bai’at Aqabah dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah s.a.w. Salah seorang
juru tulis wahyu Al Quran dan salah seorang penghafal Al Quran di masa
Rasulullah s.a.w. Beliau pernah menugaskan untuk mengajarkan ilmu agama dan Al
Quran kepada para delegasi yang datang dari berbagai wilayah ke Madinah.
Apabila Rasulullah
s.a.w. bepergian ke luar kota Madinah, beliau sering menugaskan Ubay untuk
menjadi imam sholat di masjid Nabawi.
Tentang
keutamaan Ubay bin Ka’ab, Umar ibnul Khtaththab r.a. berkata sebagai berikut : “ Penghulu kaum
Muslimin adalah Ubay bin Ka’ab “. Rasulullah
s.a.w. bertanya kepada Ubay : “ Wahai Abu Mundzir apakah kamu faham ayat apa
yang paling agung dalam Al Quran ? “. Ubay menjawab : “ Allah dan Rasul Nya
lebih mengetahuinya “, beliau menanyakan lagi kemudian menjawab : “ Ayat yang
paling agung adalah firman Allah, Allah tidak ada Tuhan ( yang berhak disembah
) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus ( makhluk Nya ) “
( Q.S. Al baqarah 255 ).Setelah itu Rasulullah s.a.w. memegang dada Ubay sambil
berkata : “ Mudah mudahan ilmu membuatmu bahagia, wahai Abu Mundzir “.
Ketika
surat Al Bayyinah turun Rasulullah s.a.w. berkata kepada Ubay : “ Allah
memerintahkanku untuk membacakan kepadamu firman Nya : “ Orang orang kafir
yakni ahli kitab dan orang orang musyrik ( mengatakan bahwa mereka ) tidak akan
meninggalkan ( agamanya ) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata ( Q.S.
Al Bayyinah 1 ).
Utsman bin ‘Affan pernah menugaskan Ubay untuk mengumpulkan Al
Quran. Pernah meriwayatkan 164 hadits dari Nabi s.a.w.
Ubay bin
Ka’ab wafat pada di Madinah pada tahun 21 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar