Kamis, 28 Agustus 2014

MENGAJAK KEPADA KEBAIKAN




      MENGAJAK KEPADA KEBAIKAN
                   Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah   dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang orang yang mendapat petunjuk .
 ( Q.S. An Nahl 125 )  
Seandainya para wali dahulu tidak berda’wah di tanah air Indonesia mungkinkah saat ini kita beragama Islam ?. Seandainya para sahabat Nabi s.a.w. tidak berda’wah sampai ke  Asia Tenggara, mungkinkah agama Islam sampai ke tanah air Indonesia dan menghasilkan para juru da’wah ( para wali ) yang sangat besar jasanya dalam menyebarkan agama Islam di tanah air kita ?.  
PERAN DA’WAH
Demikian penting peran dan manfaat da’wah ( seruan / ajakan ) atau tabligh  ( penyampaian ) dalam agama, berkat da’wah agama Islam bisa tersebar di seantero dunia, peran juru da’wah ( Da’i ) dan juru tabligh ( penyampai / muballigh ) sangat penting dalam penyebaran agama Islam.  
DASAR
Yang merupakan motor penggerak sehingga para da’i / muballigh getol dalam menyampaikan da’wahnya, pertama firman Allah : “ Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik ...”.
Kedua sabda Nabi : “ Sampaikan dari aku walau hanya satu ayat “. Dari sabda beliau yang merupakan perintah inilah para sahabat, tabi’in dan generasi dibawahnya pada semangat berda’wah.
Ketiga sabda Nabi : Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al Anshary Al Badry r.a. dia berkata : “ Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Barang siapa yang memberi petunjuk kepada kebaikan, maka dia mendapat pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya “. ( H.R. Muslim )    
Berdasar Firman Allah dan hadits tersebut beliau sama bersemangat dalam berda’wah menyebarkan agama.
DA’I DAN MUBALLIGH
Dengan demikian Juru da’wah ( da’i ) atau juru tabligh ( muballigh ) merupakan ujung tombak dalam penyebaran agama, demikian pula dengan para wali ( sunan ) beliau merupakan jajaran da’i / muballigh juga. Betapa besar peran para da’i dan muballigh dalam penyebaran agama Islam.
FORMAL DAN INFORMAL
Jika saat ini para da’i dan muballigh dalam menyampaikan ceramah perlu diminta atau diundang ( formal ), beda dengan para wali dan para pedagang dari Gujarat, India ( merupakan penyebar agama ke Indonesia ). Walau mereka tidak secara resmi ( informal ) diundang untuk memberikan ceramah, namun berkat dorongan jiwanya yang ikhlas tekun dan sabar, mereka dengan gigihnya menyampaikan da’wahnya sambil berdagang.
DA’WAH / TABLIGH
Mengajak kepada kebenaran merupakan perintah, namun harus dilaksankan dengan cara penuh hikmah ( bijak : perkataan yang tegas dan benar dapat membedakan yang hak dan bathil ). Tegas bukan berarti keras dan kasar, namun kokoh dalam memegang prinsip kebenaran, walau disampaikan dengan nada dan suara yang lembut dan halus. Disamping bersikap bijak, yang disampaikan hendaklah bermuatan yang baik ( Al Quran dan Sunnah Nabi s.a.w. )
SULIT DAN BERAT
Walau yang disampaikan mengandung kebaikan dan kebenaran, bukan tidak mungkin akan ditolak, maka hendaklah penolakan ini dihadapi dengan sabar dan cara yang baik. Mengajak kepada kebenaran sangat berat dan sulit, bisa bisa dikatakan : “ sok alim, sok nyantri, apalagi nggak pernah mondok kok pake nasehatin segala “.           
Apalagi hidup di zaman sekarang, zaman tehnologi makin canggih, sehingga kebutuhan hidup makin bertambah. Dengan gemerlap dan tuntutan materi ini seolah dunia jadi tujuan, sehingga kebenaran mudah terabaikan.
PENTINGNYA MENGINGATKAN
Karena manusia bersifat lupa dan salah, maka mengingatkan merupakan hal yang penting dan bermanfaat. karenanya  mengajak  kepada yang ma’ruf ( perbuatan yang mendekatkan kepada Allah ) dan mencegah kemunkaran ( perbuatan yang menjauhkan dari Allah ) sangat ditekankah dalam agama. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang orang yang beruntung . ( Q.S. Ali Imran 104 )                                                                               
LIPATAN PAHALA
Karena Kemurahan Nya dan betapa pentingnya mengajak kebaikan, sehingga mendapat limpahan pahala sebesar pahala yang diterima orang diajaknya, tanpa mengurangi pahala orang yang diajaknya, Alhamdulillaah.
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullh s.a.w. bersabda : “ Barang siapa yang mengajak kepada petunjuk ( Kebaikan ), maka dia mendapat pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barang siapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia mendapat maka dia mendapat dosa seperti dosa dosa orang yang megerjakannya dengan tidak mengurangi dosa dosa mereka sedikitpun “.   ( H.R. Muslim )
LIMPAHAN DOSA
Demikian pula yang mengajak kepada kesesatan, akan mendapat limpahan dosa yang diajaknya, tanpa mengurangi dosa orang yang diajaknya.
Tahu pencipta goyangan lagu dangdut yang seronok, tidak santun, dan mengundang birahi, kemudian diikuti goyang goyang yang lain : goyang ngebor, goyang itik ( gotik ), goyang gergaji dan goyang goyang lainnya. Bayangkan betapa besar dosa yang akan ditanggungnya kelak di hari qiamat bagi penciptanya ?!.
Termasuk pula yang mengajarkan ilmu agama tanpa dasar yang benar, apalagi sampai kepada kemusyrikan, betapa besar dosa yang ditanggungnya.
JADILAH DA’I NON FORMAL
Akankah penyebaran agama hanya mengandalkan pada jajaran da’i yang formal saja ( ustadz, kyai, guru agama ) yang terbatas jumlahnya ?. Tidakkah  anda ingin menjadi da’i non formal ?, di kampung ( dengan pola cangkruan ) , di kantor, di pasar, di toko dan sebagainya ?. Tidakkah anda ingin mendapat pahala kebaikan dengan mengajak orang lain berbuat baik ?, sayang kan.
Da’wah tidak perlu dengan dalil yang muluk muluk, hanya diawali dari sikap yang jujur, akhlak yang baik ( ketauladanan ), kemudian diikuti dengan nasehat yang ringan dan lembut, sehingga dapat menyentuh yang diajak bicara. 
Da’wah yang ringan semacam ini tak kalah penting dan manfaatnya dengan da’wah di mimbar, apalagi yang menyampaikan seorang yang punya jabatan, betapa besar pengaruhnya. Bukankah banyak orang yang sadar dan tobat hanya dengan da’wah yang ringan ini ?.     


KISAH TAULADAN
UBAY BIN KA’AB
Nama lengkap Ubay bin Ka’ab bin Qais bin bin Ubay Al Anshari Khazraji, Rasulullah s.a.w. biasa memanggilnya Abu Mundzir. Bertubuh kurus dan pendek.  
Ikut dalam bai’at Aqabah dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah s.a.w. Salah seorang juru tulis wahyu Al Quran dan salah seorang penghafal Al Quran di masa Rasulullah s.a.w. Beliau pernah menugaskan untuk mengajarkan ilmu agama dan Al Quran kepada para delegasi yang datang dari berbagai wilayah ke Madinah.
Apabila Rasulullah s.a.w. bepergian ke luar kota Madinah, beliau sering menugaskan Ubay untuk menjadi imam sholat di masjid Nabawi.
Tentang keutamaan Ubay bin Ka’ab, Umar ibnul Khtaththab r.a.  berkata sebagai berikut : “ Penghulu kaum Muslimin adalah Ubay bin Ka’ab “. Rasulullah s.a.w. bertanya kepada Ubay : “ Wahai Abu Mundzir apakah kamu faham ayat apa yang paling agung dalam Al Quran ? “. Ubay menjawab : “ Allah dan Rasul Nya lebih mengetahuinya “, beliau menanyakan lagi kemudian menjawab : “ Ayat yang paling agung adalah firman Allah, Allah tidak ada Tuhan ( yang berhak disembah ) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus ( makhluk Nya ) “ ( Q.S. Al baqarah 255 ).Setelah itu Rasulullah s.a.w. memegang dada Ubay sambil berkata : “ Mudah mudahan ilmu membuatmu bahagia, wahai Abu Mundzir “.
Ketika surat Al Bayyinah turun Rasulullah s.a.w. berkata kepada Ubay : “ Allah memerintahkanku untuk membacakan kepadamu firman Nya : “ Orang orang kafir yakni ahli kitab dan orang orang musyrik ( mengatakan bahwa mereka ) tidak akan meninggalkan ( agamanya ) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata ( Q.S. Al Bayyinah 1 ). 
Utsman bin ‘Affan pernah menugaskan Ubay untuk mengumpulkan Al Quran. Pernah meriwayatkan 164 hadits dari Nabi s.a.w.

Ubay bin Ka’ab wafat pada di Madinah pada tahun 21 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar