Rabu, 13 Agustus 2014

HAKEKAT HARTA




HAKEKAT HARTA
M. FARID ANWAR
          “ Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda beda. Adapun orang yang memberikan ( hartanya di jalan Allah ) dan bertakwa. Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik ( syurga ).  Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.  Dan adapun orang orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup ( tidak memerlukan pertolongan Allah dan tidak bertakwa kepada Nya ). Serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya ( jalan ) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa “. ( Q.S. Al Lail 4-11 )
         Mencintai harta sudah menjadi fithrah manusia, ini menunjukkan Kemurahan Yang Maha Kuasa, berbekal fithrah ini manusia bisa menikmati apa yang ada di dunia :
             “ Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa apa yang diingini yakni kepada wanita wanita, anak anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi Allahlah tempat kembali yang baik (Syurga) “. ( Q. S. Ali Imran 14 )
          Dunia bisa dinikmati dengan modal harta, harta memang perlu dimiliki, namun memiliki harta perlu kendali, artinya jangan sampai dikuasai, justru kita yang seharusnya mengatur dan jadi pengendali !.
              Bila harta jadi penguasa demi memperturutkan nafsunya, berakibat fatal jadinya, hidup akan jadi tak tenang alias susah dan resah, lebih lebih kelak akan dihadang adzab yang menantinya !.Tetapi bila harta diatur menurut kaidah Pemberi Nya, urusan akan dipermudah dan akan membuat hidup jadi lancar, dengan demikian hidup akan tenang dan nyaman.       
NILAI DUNIA
Karena keterbatasan manusia banyak yang terlena dengan gemerlap dunia, padahal bila tahu hakekat dunia akan dibuat terheran dibuatnya. Karena Nabi s.a.w. secara extrem menjelaskannya, bahkan desertai peragaan seperti hadits yang disampaikan oleh sahabat Jabir bin Abdullah        “ Dari jabir bin Abdullah r.a. katanya : “ Pada suatu hari Rasulullah s.a.w. lewat di pasar melalui bagian atas. Orang banyak mengikuti beliau di kiri dan kanan. Beliau bertemu dengan bangkai seekor anak kambing yang kecil kedua telinganya. Kemudian dihampiri dan diambilnya anak kambing pada telinganya, sabda beliau : “ Siapakah diantara kamu yang suka membeli ini dengan satu dirham ? “. Jawab mereka : “ Kami tidak suka sedikitpun  untuk apa bagi kami ? “. Beliau bertanya : “ Sukakah kamu diberi dengan cuma cuma ? “, jawab mereka : “ Meskipun hidup kami tidak mau karena anak kambing itu cacat, kedua telinganya kecil, apalagi sudah menjadi bangkai “. Sabda Rasulullah s.a.w. : “ Demi Allah sesungguhnya dunia lebih hina di sisi Allah Ta’ala dari pada anggapanmu terhadap bangkai ini. ( H. R. Muslim )
   Begitu mengagetkan pernyataan Rasulullah s.a.w. bahkan sampai beliau bersumpah diakhir sabdanya : “ Demi Allah sesungguhnya dunia lebih hina disisi Allah Ta’ala dari pada anggapanmu terhadap bangkai ini “.        
  Kiranya pernyataan Rasulullah s.a.w. ini tak berlebihan, bukankah banyak tragedi terjadi disebabkan masalah dunia : Masalah harta, jabatan, gengsi, wanita dan sebangsanya !.            
HINANYA DUNIA
           Begitu menariknya gemerlap dunia sehingga banyak yang terkesima, sehingga  membuat lupa segalanya, berakibat kebenaran tertutup baginya dan terganti dengan kebatilan, sehingga segala cara ditempuhnya yang penting menghasilkan, walau orang lain menderita karena ulahnya :
           Karena ingin cepat kaya meja judi jadi langganan, sehingga hartanya ludes dan tak peduli walau anak isteri jadi korban. Demi mengejar harta dengan teganya para perampok menganiaya korbannya, tanpa peduli bahwa korbannya telah mencari harta yang halal dengan susah payah.              Demi harta sudi memutuskan hubungan keluarga bahkan tega membunuhnya agar memperoleh harta warisan orang tuanya. Para penjarah dan jajarannya dengan seenaknya menebang pohon yang ditanam puluhan tahun silam, tanpa peduli akibat yang ditimbulkannya, sehingga mengakibatkan banjir bandang yang menimpa banyak korban.            Dzalim pada putusan pengadilan demi mengejar uang sogokan sehingga yang salah jadi menang, yang benar dikalahkan, berakibat menimbulkan penyesalan dan penderitaan di fihak yang dikalahkan. Demi martabat dan gengsi dengan sadisnya mengambil keputusan perang, tanpa memperhitungkan banyaknya korban yang diakibatkan. Bahkan demi memperebutkan  wanita simpanan saja, tega melakukan pembunuhan dan memutilasinya. Itulah gemerlap dunia yang fana sehingga membuat gelap mata dan hati perilakunya !.
HAKEKAT DUNIA        
     Padahal ribuan tahun silaml Nabi s.a.w. sudah menjelaskan :
     “ Dari Abu Hurairah r.a. katanya : “ Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Seorang hamba berkata : “ Hartaku hartaku “. Padahal hartanya yang sesungguhnya hanya tiga macam ( 1 ) Apa yang dimakannya kemudian habis. ( 2 ) Apa yang dipakainya kemudian lusuh. ( 3 ) Apa yang disedekahkannya kemudian tersimpan ( untuk akherat ). Selain dari yang tiga macam itu lenyap atau ditinggalkannya bagi orang lain “. ( H. R. Muslim )
     Ternyata hakekat harta cuma tiga : “ Yang dimakan, yang dipakai dan disedekahkan “. Subhaanallah, ternyata banyak yang terkecoh dibuatnya !. Ini bukan berarti harta tidak perlu dicari, namun jangan sampai lupa pada hakekatnya !. 
YANG DIMAKAN
           Harta ada yang berupa makanan, yang telah dimakan jelas merupakan haknya karena telah dinikmati, adapun persediaan makanan yang disiapkan untuk hari esok dan seterusnya hakikinya belum miliknya, karena bisa saja busuk atau rusak, hilang, dicuri ?!.  
YANG DIPAKAI
                Demikian pula halnya dengan pakaian, yang sudah dipakai itulah sebenarnya miliknya, adapun yang disimpan bertumpuk tumpuk di almari diberi pewangi pada hakekatnya belum miliknya karena bisa saja rusak, hilang, atau terbakar ?!.
YANG DISEDEKAHKAN
            Namun beda dengan yang disedekahkan, nilainya secara mutlak kekal dan takkan rusak, bahkan dilipat gandakan hitungannya, karena dicatat secara akurat oleh Malaikat yang secara langsung diawasi Yang Maha Teliti dan Maha Kuasa. Bahkan kelak di hari kebangkitan akan diberikan balasannya berupa kenikmatan luar biasa yang belum pernah dinikmati ketika hidup didunia yang fana.
              Oleh karena itu biasakan menghitung sebelum dihitung dan ditanya Allah pada hari kebangkitan tentang keberadaan harta yang kita miliki. Apalah ruginya bila memiliki makanan yang lebih kemudian dibagi kepada yang membutuhkan ?. Apalah ruginya bila memberikan pakaian yang bertumpuk, yang terkadang membuat sibuk mana yang akan dipakainya, padahal masih banyak orang yang membutuhkannya ?.
            Semoga kita dijadikan hamba yang tak lupa diri,  suka memberi, bukankah dengan bersedekah berarti berbagi, sehingga membuat nyaman dan puas dihati, Amin !.    

KISAH TAULADAN
KARROMAH TIBA BERKAH SEDEKAH
          Abu Sa’id Al Khudry berkisah, suatu hari Imam Ali bertanya kepda isterinya : “ Fathimah adakah yang bisa aku makan hari ini ? “. “ Demi Allah yang memuliakan ayahku dengan Nubuwwah ( kenabian ), aku tidak mempunyai sesuatupun untuk dimakan hari ini, sejak pagi kita semua belum makan apapun, aku sendiripun sudah dua hari belum makan, dan aku benar benar pilu memikirkan anak anakku “, kata Fathimah.
            “ Mengapa engkau tak memberitahu padaku, agar aku berusaha mencari rizki “.
Tanya Ali. “ Aku malu kepada Allah aku tidak mau memberatkan dirimu dengan sesuatu yang dapat menambah pikiranmu sehingga engkau tak sanggup memikulnya “, jawab Fathimah. Mendengar jawaban isterinya dengan penuh iba, Ali langsung bergegas pergi kerumah sahabatnya guna meminjam uang, setelah didapatnya Ali membeli makanan.
  Namun tatkala saat mengeluarkan uang untuk membayar makanan, tiba tiba Ali melihat Miqdad berjalan lesu diterik panas matahari, sehingga Ali tak tega melihatnya dan bertanya : “ Wahai Miqdad apa yang memaksamu sampai berjalan diterik matahari ini ? “, “ Aku tak tahan melihat keluargaku menangis kelaparan dan berusaha mencari rizki “, kata Miqdad. Ali berkata : “ Wahai sahabatku, demi Allah aku baru saja mendapat uang ambillah !, engkau sangat membutuhkan agar aku puas dan tak gelisah karena melihat penderitaanmu “. Semula Miqdad ragu namun akhirnya diterimanya.
  Seusai memberikan uang Ali sholat berjamaah bersama Rasulullah s.a.w. di masjid dan tidak pulang hingga maghrib, ketika Nabi mendapati Ali masih di masjid beliau bertanya : “ Ali apakah engkau punya makanan malam ini ? “, Ali menundukkan kepala karena malu, Nabi s.a.w. bertanya kembali : “ Katakan jika tidak ada aku akan pulang, jika ada aku turut bersamamu “. Ali kebingungan dibuatnya demi mendengar ajakan mertuanya, namun mertuanya terus mengajak : “ Ayo kita pulang sama sama “.
  Setiba di rumah Rasulullah s.a.w. mendapati Fathimah sedang berada di mihrab, dibelakangnya nampak belanga sedang mengepulkan asap. Melihat ada masakan wajah Ali menampakkan kecurigaan bukankah Fathimah tak punya uang.   
   Melihat gelagat suaminya Fathimah berkata dengan lembutnya : “ Tuhanku mengetahui segala apa yang di langit dan di bumi, aku tidak mengatakan sesuatu yang salah padamu “. 
    Melihat situasi ini Nabi s.a.w. bersabda : “ Wahai Ali itu pahala satu dinar yang telah engkau berikan kepada Miqdad, Allah memberikan pahala kepada siapa saja yang dikehendaki tanpa hisab. Sungguh Allah Maha Pemurah memberikan balasan kepada siapa saja yang pemurah. Begitu pula Allah memberikan balasan kepada Ali, Siti Fathimah dan Maryam a.s. “.
            Bagi Ali kemiskinan bukan halangan untuk bersedekah, ia memberi walau ia sendiri dalam keadaan kesusahan, demi untuk melepaskan penderitaan sahabatnya yang kekurangan.   
             Semoga kita bisa bercermin dan meniru ketauladanan Ali r.a. yang suka membantu bagi yang memerlukan, Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar