HAKEKAT HARTA
M. FARID ANWAR
“ Sesungguhnya usaha
kamu memang berbeda beda. Adapun orang yang memberikan ( hartanya di jalan
Allah ) dan bertakwa. Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik ( syurga ). Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan
yang mudah. Dan adapun orang orang yang
bakhil dan merasa dirinya cukup ( tidak
memerlukan pertolongan Allah dan tidak bertakwa kepada Nya ). Serta mendustakan
pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya ( jalan ) yang sukar. Dan
hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa “. ( Q.S. Al Lail 4-11 )
Mencintai harta sudah menjadi fithrah manusia, ini
menunjukkan Kemurahan Yang Maha Kuasa, berbekal fithrah ini manusia bisa
menikmati apa yang ada di dunia :
“ Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa apa yang diingini yakni kepada wanita wanita, anak anak,
harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi Allahlah
tempat kembali yang baik (Syurga) “. (
Q. S. Ali Imran 14 )
Dunia bisa dinikmati dengan modal harta, harta memang
perlu dimiliki, namun memiliki harta perlu kendali, artinya jangan sampai
dikuasai, justru kita yang seharusnya mengatur dan jadi pengendali !.
Bila harta jadi penguasa demi memperturutkan nafsunya,
berakibat fatal jadinya, hidup akan jadi tak tenang alias susah dan resah,
lebih lebih kelak akan dihadang adzab yang menantinya !.Tetapi bila harta
diatur menurut kaidah Pemberi Nya, urusan akan dipermudah dan akan membuat
hidup jadi lancar, dengan demikian hidup akan tenang dan nyaman.
NILAI DUNIA
Karena keterbatasan
manusia banyak yang terlena dengan gemerlap dunia, padahal bila tahu hakekat dunia
akan dibuat terheran dibuatnya. Karena Nabi s.a.w. secara extrem
menjelaskannya, bahkan desertai peragaan seperti hadits yang disampaikan oleh
sahabat Jabir bin Abdullah “
Dari jabir bin Abdullah r.a.
katanya : “ Pada suatu hari Rasulullah s.a.w. lewat di pasar melalui bagian
atas. Orang banyak mengikuti beliau di kiri dan kanan. Beliau bertemu dengan
bangkai seekor anak kambing yang kecil kedua telinganya. Kemudian dihampiri dan
diambilnya anak kambing pada telinganya, sabda beliau : “ Siapakah diantara
kamu yang suka membeli ini dengan satu dirham ? “. Jawab mereka : “ Kami tidak
suka sedikitpun untuk apa bagi kami ? “.
Beliau bertanya : “ Sukakah kamu diberi dengan cuma cuma ? “, jawab mereka : “
Meskipun hidup kami tidak mau karena anak kambing itu cacat, kedua telinganya
kecil, apalagi sudah menjadi bangkai “. Sabda Rasulullah s.a.w. : “ Demi Allah
sesungguhnya dunia lebih hina di sisi Allah Ta’ala dari pada anggapanmu
terhadap bangkai ini. ( H. R. Muslim )
Begitu mengagetkan
pernyataan Rasulullah s.a.w. bahkan sampai beliau bersumpah diakhir sabdanya : “ Demi Allah sesungguhnya dunia lebih hina disisi
Allah Ta’ala dari pada anggapanmu terhadap bangkai ini “.
Kiranya pernyataan
Rasulullah s.a.w. ini tak berlebihan, bukankah banyak tragedi terjadi
disebabkan masalah dunia : Masalah harta, jabatan, gengsi, wanita dan
sebangsanya !.
HINANYA
DUNIA
Begitu menariknya gemerlap
dunia sehingga banyak yang terkesima, sehingga
membuat lupa segalanya, berakibat kebenaran tertutup baginya dan
terganti dengan kebatilan, sehingga segala cara ditempuhnya yang penting menghasilkan,
walau orang lain menderita karena ulahnya :
Karena ingin cepat kaya meja judi jadi langganan,
sehingga hartanya ludes dan tak peduli walau anak isteri jadi korban. Demi
mengejar harta dengan teganya para perampok menganiaya korbannya, tanpa peduli
bahwa korbannya telah mencari harta yang halal dengan susah payah. Demi harta
sudi memutuskan hubungan keluarga bahkan tega membunuhnya agar memperoleh harta
warisan orang tuanya. Para penjarah dan jajarannya dengan seenaknya menebang
pohon yang ditanam puluhan tahun silam, tanpa peduli akibat yang
ditimbulkannya, sehingga mengakibatkan banjir bandang yang menimpa banyak korban. Dzalim pada putusan pengadilan demi mengejar uang sogokan sehingga yang salah
jadi menang, yang benar dikalahkan, berakibat menimbulkan penyesalan dan penderitaan
di fihak yang dikalahkan. Demi martabat dan gengsi dengan sadisnya mengambil
keputusan perang, tanpa memperhitungkan banyaknya korban yang diakibatkan. Bahkan
demi memperebutkan wanita simpanan saja,
tega melakukan pembunuhan dan memutilasinya. Itulah gemerlap dunia yang fana sehingga
membuat gelap mata dan hati perilakunya !.
HAKEKAT DUNIA
Padahal ribuan tahun
silaml Nabi s.a.w. sudah menjelaskan :
“
Dari Abu Hurairah r.a. katanya
: “ Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Seorang hamba berkata : “ Hartaku hartaku “.
Padahal hartanya yang sesungguhnya hanya tiga macam ( 1 ) Apa yang dimakannya
kemudian habis. ( 2 ) Apa yang dipakainya kemudian lusuh. ( 3 ) Apa yang disedekahkannya kemudian tersimpan ( untuk
akherat ). Selain dari yang tiga macam itu lenyap atau ditinggalkannya bagi
orang lain “. ( H. R. Muslim )
Ternyata hakekat
harta cuma tiga : “ Yang dimakan, yang dipakai dan disedekahkan “.
Subhaanallah, ternyata banyak yang terkecoh dibuatnya !. Ini bukan berarti harta
tidak perlu dicari, namun jangan sampai lupa pada hakekatnya !.
YANG DIMAKAN
Harta ada yang
berupa makanan, yang telah dimakan jelas merupakan haknya karena telah
dinikmati, adapun persediaan makanan yang disiapkan untuk hari esok dan
seterusnya hakikinya belum miliknya, karena bisa saja busuk atau rusak, hilang,
dicuri ?!.
YANG DIPAKAI
Demikian pula halnya
dengan pakaian, yang sudah dipakai itulah sebenarnya miliknya, adapun yang
disimpan bertumpuk tumpuk di almari diberi pewangi pada hakekatnya belum miliknya
karena bisa saja rusak, hilang, atau terbakar ?!.
YANG DISEDEKAHKAN
Namun beda dengan yang disedekahkan, nilainya secara
mutlak kekal dan takkan rusak, bahkan dilipat gandakan hitungannya, karena
dicatat secara akurat oleh Malaikat yang secara langsung diawasi Yang Maha Teliti
dan Maha Kuasa. Bahkan kelak di hari kebangkitan akan diberikan balasannya
berupa kenikmatan luar biasa yang belum pernah dinikmati ketika hidup didunia
yang fana.
Oleh karena itu biasakan menghitung sebelum dihitung dan
ditanya Allah pada hari kebangkitan tentang keberadaan harta yang kita miliki.
Apalah ruginya bila memiliki makanan yang lebih kemudian dibagi kepada yang
membutuhkan ?. Apalah ruginya bila memberikan pakaian yang bertumpuk, yang
terkadang membuat sibuk mana yang akan dipakainya, padahal masih banyak orang
yang membutuhkannya ?.
Semoga kita dijadikan hamba yang tak
lupa diri, suka memberi, bukankah dengan bersedekah berarti berbagi, sehingga membuat nyaman dan puas dihati, Amin !.
KISAH TAULADAN
KARROMAH TIBA BERKAH
SEDEKAH
Abu
Sa’id Al Khudry berkisah, suatu hari Imam Ali bertanya kepda isterinya : “
Fathimah adakah yang bisa aku makan hari ini ? “. “ Demi Allah yang memuliakan
ayahku dengan Nubuwwah ( kenabian ), aku tidak mempunyai sesuatupun untuk
dimakan hari ini, sejak pagi kita semua belum makan apapun, aku sendiripun
sudah dua hari belum makan, dan aku benar benar pilu memikirkan anak anakku “,
kata Fathimah.
“ Mengapa
engkau tak memberitahu padaku, agar aku berusaha mencari rizki “.
Tanya
Ali. “ Aku malu kepada Allah aku tidak mau memberatkan dirimu dengan sesuatu
yang dapat menambah pikiranmu sehingga engkau tak sanggup memikulnya “, jawab
Fathimah. Mendengar jawaban isterinya dengan penuh iba, Ali langsung bergegas
pergi kerumah sahabatnya guna meminjam uang, setelah didapatnya Ali membeli
makanan.
Namun tatkala saat mengeluarkan uang untuk membayar makanan, tiba tiba
Ali melihat Miqdad berjalan lesu diterik panas matahari, sehingga Ali tak tega
melihatnya dan bertanya : “ Wahai Miqdad apa yang memaksamu sampai berjalan
diterik matahari ini ? “, “ Aku tak tahan melihat keluargaku menangis kelaparan
dan berusaha mencari rizki “, kata Miqdad. Ali berkata : “ Wahai sahabatku,
demi Allah aku baru saja mendapat uang ambillah !, engkau sangat membutuhkan agar
aku puas dan tak gelisah karena melihat penderitaanmu “. Semula Miqdad ragu
namun akhirnya diterimanya.
Seusai memberikan uang Ali sholat berjamaah bersama Rasulullah s.a.w. di
masjid dan tidak pulang hingga maghrib, ketika Nabi mendapati Ali masih di
masjid beliau bertanya : “ Ali apakah engkau punya makanan malam ini ? “, Ali
menundukkan kepala karena malu, Nabi s.a.w. bertanya kembali : “ Katakan jika
tidak ada aku akan pulang, jika ada aku turut bersamamu “. Ali kebingungan
dibuatnya demi mendengar ajakan mertuanya, namun mertuanya terus mengajak : “
Ayo kita pulang sama sama “.
Setiba di rumah Rasulullah s.a.w. mendapati Fathimah sedang berada di
mihrab, dibelakangnya nampak belanga sedang mengepulkan asap. Melihat ada masakan
wajah Ali menampakkan kecurigaan bukankah Fathimah tak punya uang.
Melihat gelagat suaminya Fathimah berkata dengan lembutnya : “ Tuhanku mengetahui
segala apa yang di langit dan di bumi, aku tidak mengatakan sesuatu yang salah
padamu “.
Melihat situasi ini Nabi s.a.w. bersabda : “ Wahai Ali itu pahala
satu dinar yang telah engkau berikan kepada Miqdad, Allah memberikan pahala
kepada siapa saja yang dikehendaki tanpa hisab. Sungguh Allah Maha Pemurah
memberikan balasan kepada siapa saja yang pemurah. Begitu pula Allah memberikan
balasan kepada Ali, Siti Fathimah dan Maryam a.s. “.
Bagi Ali kemiskinan bukan halangan untuk bersedekah,
ia memberi walau ia sendiri dalam keadaan kesusahan, demi untuk melepaskan
penderitaan sahabatnya yang kekurangan.
Semoga kita bisa bercermin dan meniru ketauladanan Ali r.a. yang suka membantu bagi yang memerlukan, Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar