Rabu, 13 Agustus 2014

HIKMAH MENAHAN MARAH





HIKMAH MENAHAN MARAH
Oleh : H.M.FARID ANWAR

" ( yakni ) orang-orang yang menafkahkan ( hartanya ), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan ( kesalahan ) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan." ( Q.S. Ali Imraan : 134 )

   Marah merupakan luapan emosi yang tak terkendali, diantara penyebabnya karena tersinggungnya harga diri. Dengan tidak disadari, bila amarah terus dibiarkan, akan berakibat merusak ruhani dan jasmani,  Mengumbar amarah berarti mencelakai diri !. Ini perlu difahami.
      Ironisnya puluhan tahun silam dinegara jepang yang dikenal maju ini, didirikan tempat untuk melampiaskan marah atau emosi, seperti dimuat dimajalah intisari. Sipelaku dapat melampiaskan amarahnya dengan sepuas dan sesuka hati, dengan merusak, membanting dan memecahkan benda yang tersedia ditempat ini. Seusai melampiaskan emosi, sipelaku menghitung dan membayar ongkos pengganti, barang barang yang telah dirusaknya tadi.
    Sekilas nampak lega dan puas disatu sisi, namun ini bukan cara tebaik sebagai solusi.
     Alhamdulillah berkat hadirnya agama Islam, bisa memberikan jalan keluar yang prima, karena bersumber dari Allah Sang Pencipta, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Tahu segala rahasia, termasuk cara mengatasi masalah marah. Semoga Allah selalu memberikan hidayah Nya, agar selamat dan terhindar dari bahaya marah dan segala akibatnya.
PENYEBAB MARAH
       Diantara penyebab timbulnya marah :
    Ujub ( rasa bangga terhadap diri sendiri ), rasa bangga terhadap pendapat, status sosial, nasab (keturunan), dan harta merupakan salah satu pangkal permusuhan yang dapat membangkitkan kemarahan jika tidak diikat ataupun diarahkan dengan nilai nilai Islam. Oleh sebab itu, perasaan bangga yang berdampak negatif ini perlu dikendalikan.
            Diriwayatkan bahwa Yahya bin Zakaria a.s. bertemu dengan Nabi Isa bin Maryam a.s. kemudian meminta wasiat kepada Nabi Isa a.s., : " Beritahukanlah kepadaku perbuatan perbuatan yang dapat mendekatkan diri kepada ridho Allah dan menjauhkan diri dari murka Nya ! ". Isa bin Maryam a.s. menjawab : " Jangan marah "
     Yahya a.s. kembali bertanya : " Apakah penyebab munculnya rasa marah ? " Isa a.s. menjawab : " Merasa mulia dengan diri sendiri, adanya semangat yang terlampau menggebu gebu, dan munculnya perasaan sombong dan bangga ".
KENDALIKAN MARAH
       Marah berakibat tidak bisa mengontrol akal sehat, sehingga sistim kontrol sehatnya lepas tak terarah, expresinya menakutkan, memalukan dan bahkan membahayakan !. Begitu berbahayanya sampai Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan : " Marah itu bagai binatang buas, bila engkau membebaskannya, ia akan menerkammu ".
      Mengapa ?, karena marah dapat menjauhkan peran akal dan agama dalam kehidupan manusia, sehingga ia pun tidak bisa memandang, berpikir, dan memilih dengan baik. Bahkan marah dapat menjadikan pelakunya buta dan bisu dari segala nasihat dan peringatan yang disampaikan kepadanya. Kemudian lahirlah perbuatan perbuatan yang tidak terkontrol, dan akan bertindak seperti orang yang tidak waras.
ORANG KUAT
     Suatu saat Rasulullah s.a.w. bertanya kepada para sahabat : " Siapakah orang yang kuat menurut kalian ?". Maka ada yang menjawab : " Seorang yang tidak dapat dikalahkan dalam gulatnya ". Rasulullah s.a.w. menjawab : " Bukan, akan tetapi orang yang dapat menahan dirinya sewaktu marah ". ( H.R. Muslim )
MARAH KARENA ALLAH
       Kemarahan ini timbul karena Allah, ketika larangan dan apa apa yang diharamkan oleh agama dilanggar. Marah semacam ini merupakan buah dari keimanan, namun bila bersikap sebaliknya, berarti menunjukkan kelemahan iman.
           Abdullah bin Amru r.a. berkata : " Rasulullah saw pernah keluar menemui sahabatnya. Ketika itu mereka sedang bersitegang karena membahas persoalan takdir. Melihat hal ini, seakan muncul api kemarahan pada wajah beliau, kemudian beliau bersabda : " Apakah dengan ini kalian diperintahkan ?. Apakah untuk ini kalian diciptakan ?. Kalian pertentangkan ayat satu dengan lainnya. Disebabkan hal semacam inilah umat umat sebelum kalian binasa ".  ( H.R. Ahmad )
        Beliaupun pernah marah ketika dilapori adanya seorang imam yang memperpanjang shalatnya,  sehingga sebagian jamaah tidak mau shalat bersamanya lagi. Kemudian beliau menasehati dan memerintahkan siimam agar memperingan shalatnya .
        Demikian pula ketika melihat dahak yang menempel di kiblat masjid, beliau marah sambil membersihkannya seraya bersabda : " Sesungguhnya saat seseorang di antara kalian bila melakukan shalat, Allah ada di hadapannya, maka janganlah ia membuang dahak kedepan diwaktu shalat ".  ( H.R. Al Bukhari )
INDAHNYA MENAHAN AMARAH
       Suatu hari budak perempuan Ali bin Husain menuangkan air wudhu untuk Ali bin Husain, tiba tiba ceret yang digunakan untuk menuang air terlepas dari tangan sibudak wanita dan menimpa wajah Ali bin Husain hingga melukainya. Serta merta Ali bin Husain mengangkat kepalanya dan menatap budak perempuannya dengan wajah yang mengekspresikan kemarahan. Melihat hal ini, budak perempuan  berkata : " Sesungguhnya Allah SWT, berfirman : " Dan orang-orang yang menahan amarahnya ". Mendengar ucapan budak tersebut, Ali menjawab : " Aku telah menahan amarahku ". Kemudian sibudak melanjutkan ucapannya : " Serta orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain ".  ( Q.S. Ali Imran : 134 ).
      Ali menimpali : " Aku telah memaafkan kesalahanmu ". Budakpun meneruskan ucapannya : " Sedangkan Allah menyukai orang orang yang berbuat kebajikan ".  ( Q.S. Ali Imran : 134 ).
   Ali berkata : " Pergilah, mulai saat ini kamu menjadi orang merdeka ". ( H.R. Al Baihaqi )
SOLUSI KETIKA MARAH
   Ketika marah mencekam, janganlah memperturutkannya, berusahalah untuk menahan diri, redakan dan kendalikan, paksalah diri untuk tidak menuruti tuntutan kemarahan dan apa apa yang mendorongnya. Dengan demikian akibat buruk dari kemarahan akan bisa dihindari.
      Nabi s.a.w. telah memerintahkan untuk menghilangkan sebab yang dapat memancing kemarahan, meredakannya dan mencegah dampak buruknya.
Diantaranya :
       1. Mengubah posisi duduk atau berbaring :
   Dari Abu Dzar ra. Rasulullah saw, bersabda : " Apabila salah seorang di antara kamu marah, sedangkan ia dalam keadaan berdiri, maka hendaklah ia duduk agar hilang kemarahan darinya. Bila tidak, maka berbaringlah ".  ( H.R. Akhmad )
       2. Membaca ta`awwudz ;
         Memohon perlindungan dan berdoa kepada Allah dari godaan syetan. Sulaiman bin Shurad berkata : " Suatu ketika aku duduk di sisi Nabi saw. Ketika itu ada dua orang yang sedang bertengkar. Salah seorang di antara mereka wajahnya menjadi merah dan urat nadi lehernya menegang karena marah, maka Nabi saw bersabda : " Aku ajari kalian suatu kalimat. Seandainya ia mau mengucapkannya, niscaya akan hilang apa yang dirasakan. Ucapkanlah : " Aku berlindung kepada Allah dari syetan ", niscaya hilang apa yang dirasakan ".Salah seorang berkata kepada yang lain ( yang sedang marah ), " Sungguh Nabi s.a.w. telah bersabda " Bacalah ta`awwudz ". Namun lelaki itu justru membalas : " Memangnya aku ini gila ? ".  ( H.R. Al Bukhari dan Muslim )
       " Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang orang yang bodoh. Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya orang orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa was was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan kesalahannya ". ( Q.S. Al A`raf  199 – 201 )
       3. Wudlu
   Diriwayatkan dari Athiyah Sa`di ra. Rasulullah saw, bersabda : " Setan merupakan makhluk yang diciptakan dari api, sedangkan api akan pada dengan air. Oleh karena itu, jika salah seorang di antara kalian sedang marah, hendaklah ia berwudlu ". ( H.R. Ahmad )
       4. Diam
    " Berilah pelajaran dan selalu berbuatlah dalam hal yang dapat menggembirakan orang lain. Janganlah kalian mempersulit seseorang, dan jika salah seorang di antara kalian marah, maka hendaknya dia diam ".  ( H.R. Ahmad )
DAMPAK TERHADAPTUBUH
     Marah dapat mempengaruhi saraf dan mengeluarkan hormon adrenalin. Hormon ini merupakan sari dari gundukan lemak yang ada di pinggang bagian atas, dan berfungsi sebagai jaringan adaptasi tubuh, serta menyiapkannya untuk menerima pengaruh pengaruh goncangan syaraf, di antaranya ketika marah, akan berakibat tekanan darah meningkat, sehingga wajahnya berubah nampak merah.
      Dari tekanan ini akan berakibat membuat pecahnya pembuluh darah diotak, dan mengakibatkan stroke dan kelumpuhan.
   Hormon tersebut bergerak menuju ke saluran pankreas untuk menghentikan insulin, dan akan menambah kadar gula dalam darah, sehingga akan menambah kadar gula dalam darah, sehingga  menaikkan produktivitas gula dalam organ produksi minyak dalam tubuh, juga protein. Kemudian akan berpengaruh terhadap jantung, bahkan bisa mengakibatkan berhentinya detak jantung, hingga terjadilah kematian. juga dapat menjadikan detak jantung bertambah cepat dan kuat, memompa lebih banyak darah, mengeluarkan banyak cairan keringat, dan mempercepat denyut nadi serta meninggikan tensi darah.
      Itulah yang disebut serangan jantung. Maka berhati hatilah dengan marah, yang bisa berakibat pada : penyakit gula dan penyakit jantung, begitu fatal akibatnya. 
    Sebagai seorang mukmin hendaknya bisa mengendalikan marah atau meminimalisirnya sebisa mungkin dan hendaklah mempertimbangkan maslahat ( dampak positif ) dan mafsadat ( dampak negatif ) dari rasa marah.
      Alangkah fatalnya akibat marah, untuk itulah marah perlu dan harus dikendalikan.                 
KEUTAMAAN MENAHAN MARAH
      1. DIJAMIN SURGA
  Abu Darda` berkata : " Aku pernah bertanya kepada Rasulullah s.a.w. :  " Wahai Rasulullah tunjukkanlah kepadaku satu amalan yang dapat menghantarkanku masuk surga '. Rasulullah menjawab : " Jangan marah, maka bagimu surga ! ". ( H.R. At Thabrani )
     2. DIBANGGAKAN  DI HARI KIAMAT
 Anas meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : " Barangsiapa dapat menahan marahnya di saat ia mampu untuk meluapkannya, niscaya Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di antara para pemuka makhluk. Kemudian ia disuruh memilih bidadari yang disukainya ". ( H.R. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi )
     3. SELAMAT DARI MURKA ALLAH
 Abdullah bin Amru ra, berkata : " Aku bertanya kepada Rasulullah saw, Wahai Rasulullah, apakah yang dapat menghindarkanku dari kemurkaan Allah ?", Rasulullah saw, menjawab : " Jangan marah ".  ( H.R. Ahmad )
    4. BERTAMBAHNYA IMAN
 Nabi saw, bersabda : " Tidak ada perasaan yang lebih Allah senangi selain kemarahan yang mampu diredam oleh seorang hamba. Tidaklah seorang hamba Allah meredam kemarahannya kecuali akan Allah penuhi rongga dadanya dengan keimanan ".  ( H.R. Ahmad )
     5. BERPAHALA BESAR
  Ibnu Umar ra, meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw, bersabda : " Tidak ada perasaan yang lebih besar pahalanya disisi Allah selain kemarahan yang mampu diredam oleh seorang hamba karena mencari wajah Allah ".   ( H.R. Ahmad )
       6. DILINDUNGI, DIRAHMATI DAN DISAYANG ALLAH
   Ibnu Abbas ra, berkata : " Rasulullah bersabda, " Ada tiga perkara yang jika terdapat pada diri seseorang, niscaya Allah akan melindunginya dalam naungan Nya, meliputinya dengan rahmat Nya, serta memasukkannya dalam kasih sayang Nya ". Ada yang bertanya : " Apa saja tiga perkara tersebut, wahai Rasulullah ? ". Rasulullah saw menjawab : " Seseorang yang jika diberi ia berterima kasih ( bersyukur ), dan jika mampu untuk marah ( hendak marah ) ia memberikan maaf, serta pada saat marah ia bisa meredakan kemarahannya ".  ( H.R. Ahmad )
    Demikian indah derajat orang yang dapat mengendalikan marah sehingga banyak manfaat didapatnya baik dari segi dunia maupun akherat. Alhamdu lillah.




KISAH TAULADAN
RASULULLAH MENGETAHUI SIKSA KUBUR
       Rasulullah s.a.w. satu satunya rasul yang memiliki beraneka ragam bentuk mukjizat. Hampir hampir semua tindakan beliau menunjukkan kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain, diantaranya beliau diperlihatkan siksa kubur oleh Allah s.w.t..
   Dikisahkan oleh Umar ibnul Khaththab. “ Pada suatu pagi, aku menjumpai Rasulullah saw. bersama Abu Bakar sedang duduk sambil menangis. Rasulullah s.a.w. kemudian bersabda : " Aku menangis karena kawanmu menawarkan kepadaku untuk menerima uang tebusan, dan kini telah diperlihatkan kepadaku adzab yang nyaris menimpa kalian. Adzab tersebut tampaknya lebih dekat lagi dari pohon ini “, sambil menunjuk ke arah sebatang pohon yang tidak jauh darinya “.
   Dari kejadian di atas, kemudian turunlah ayat berikut ini.
 “ Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kalau Sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil. Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik, dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “.   ( Q.S. Al Anfaal 67 – 69 )
Apa yang dilihat oleh Rasulullah saw. dengan wujudnya siksa itu merupakan suatu mukjizat bagi dirinya. Sebab, hal tersebut tidak bisa dilakukan oleh manusia.
Diceritakan oleh Ibnu Abbas r.a.,
“ Sewaktu Nabi saw. berjalan bersama para sahabatnya melewati kuburan, tiba-tiba beliau berkata, orang yang berada didalam dua kubur ini telah disiksa oleh Allah. Para sahabat lalu bertanya : “ Apakah keduanya itu disiksa karena melakukan dosa besar ?”. Nabi s.a.w. menjawab : “ Benar, salah satunya berjalan (di muka bumi ini) dengan suka mengadu domba. Adapun yang satunya lagi tidak pernah menutupi dari air kencingnya (artinya : percikan dari air kencingnya  seringkali mengenai tubuhnya atau pakaiannya. Kemudian langsung dipakainya untuk melakukan shalat tanpa mencucinya terlebih dahulu atau berganti dengan pakaian yang suci). Kemudian Rasulullah saw. mengambil kayu yang masih basah lalu dipecahnya menjadi dua. Selanjutnya, beliau menancapkan kayu tersebut pada masing masing kubur, seraya bersabda : “ Semoga kayu ini dapat meringankan siksa keduanya selama ia belum kering “.  ( H.R. Bukhari )
Dalam riwayat yang lain diceritakan oleh Abi Ayyub r.a., ia berkata,
“ Sewaktu Rasulullah saw. keluar (dari rumahnya) matahari telah terbenam, beliau lalu mendengar suara. Kemudian beliau berkata : “ Orang Yahudi telah disiksa di dalam kuburnya “. ( H.R. Bukhari )

Masih banyak lagi hadits yang menceritakan kemampuan beliau yang dapat mengetahui siksa kubur dan soal soal gaib. Karena merupakan mukjizat beliau yang diberikan oleh Allah.

1 komentar: